Senin, 13 Agustus 2012

What Is Friend? (chapter 2)


*********************************   KOST  *************************************

               Pagi pagi aku dan Ardan   berangkat sekolah bareng. Dan sampai di pertigaan kita berpisah.
''bro,tar pulang sekolah anterin aku ke warnet lagi yo!!'' teriak ardan dari kejauhan
''oke!!!'' balasku dengan suara lantang.

                Pukul 14.00 aku sudah sampai di kost terlebih dahulu. Tumben Ardan belum pulang,  biasanya dia dlu yang sampai kost. Ku keluarkan amplop berisi uangku yang hendak aku belikan HP baru. Aku senang sekali hari ini . Aku di beri uang 2juta oleh nenek untuk beli hape baru. 1,5 juta akan aku  gunakan untuk beli hape lalu ku selipkan pembatas bertuliskan
''buat beli hp'' di kertas kecil itu dan ku lipatkan di tumpukan uang  1,5juta itu. Begitu juga di uang
yang 500ribu, ku selipkan kertas bertuliskan ''buat bayar skul''.
             
              Belum sempat aku sibuk membereskan uangku,tiba-tiba Ardan masuk.
''ueehh...banyak uang ni bro'' godanya padaku sambil tertawa.
''hehe...aku mau beli hp bro,kaya punyamu'' terangku padanya.
''wah,bagus donk'' dia tersenyum.

             Tapi aku lihat ada yang berbeda dengannya. Dia tampak murung dan kebingungan. Aku segera  mengkap gelagatnya yang tak biasa .
''km kenap bro?'' tanyaku  penasaran.
''gpp bro''dia jawab dengan malas.
''bohong ah, udah cerita aja ada
apa?'' Desak ku pada nya. namun dia ngotot tak mau membertitahuku. namun aku juga terus memaksanya dan akhirnya dia buka mulut.
''uangku ilang bro 300ribu, padahal buat bayar iuran  komputer besok''
terangnya secara to the point dengan murung.  Di menceritakan awal mulanya. Sepertinya dia ragu ragu,apakah benar hilang atau lupa naruh.
''gimana uangnya bro?, pecahan berapa? '' tanyaku sambil bantu nyari nyari di kamar.
''6 lembar pecahan 50rbuan bro'' .

Ku bantu dia mencri di bawah kasur,di lemari, di tas nya. Nyaris semua tempat di cari tapi hasilnya nol.
''kamu pake uangku aja ya bro''
''jangan bro'' jawabnya singkat sambil mengobrak abrik lemarinya.
''udah gpp, pake aja'' jelasku.
''aku bilang ga usah ya ga usah!! kamu denger ga sih!!'' teriak
ardan dengan emosi tanpa menoleh ke arahku.
           
             Aku tidak menyangka tawaranku malah membuat dia marah.  Tak pernah aku melihat ardan se marah ini, se kasar ini bicara padaku. Tapi perlahan aku memaklumi pikirannya yang sedang  kacau. Aku hanya bisa diam dan  tertunduk. Dia mendekatiku.

''maaf bro aku emosi, ga usah my bro, itu kan buat beli hp mu,aku bisa pnjem temen lain kok'' dia
berkata begitu halus sambil tangannya menepuk-nepuk bahuku. Aku cuma bisa mengangguk.

''ya udah, aku pinjem ke temanku dulu ya bro'' ucap ardan sambil keluar kamar.

             Setelah 30 menit dia kembali. Dari raut wajahnya tampak sepertinya dia tak mendapat pinjaman itu. Aku tak berani untuk menawari bantuan untuk yang kedua kali. Takut dia marah lagi. Dia terbaring di sebelahku dengan tumpuan kedua tangannya di kepala. Raut wajahnya tampak lelah. Akhirnya dia tertidur. Aku pandangi wajahnya yang menyejukkan itu. Wajahnya tampak penuh keringat.
''ah...ingin sekali aku membantumu kawan,tapi aku bingung '' ucapku dalam hati sambil menatap wajahnya yang terlelap.
Ku usap kening nya yang penuh keringat. Dan lagi lagi aku tak bisa berpaling dari memandang wajah nya. Sebenar nya kenapa dengan diri ku. Perasaan ini benar benar menakutiku . Aku ngeri seandainya benar perasaan itu terjadi. ah, itu tidak mungkin.

              Akhirnya di tengah lamunanku aku punya ide. Diam-diam aku taruh uang 300 ribu di bawah
tumpukan pakaiannya. Mungkin  harus begini caranya karena aku tak berani untuk yang kedua kali menawarinya bantuan ku. Sebenar nya aku paham kebingungan nya. Kemarin kemarin dia juga cerita tentang administrasi komputer nya.

              Ke esokan paginya, Ardan bangun terlebih dahulu sementara aku yang terbangun karena suara gaduh nya masih pura pura tidur. Dia masih sibuk mencari cari uangnya.  Akhirnya dia membuka lemarinya dan menemukan uang yang ku taruh semalam.

''broooo!!!!,uangkuu ketemuu'' teriak ardan kegirangan.
aku yang kaget segera terbangun
''eh? Ketemu dimana bro? Tanyaku pura-pura tidak tahu.
''di bawah pakaianku bro''
''syukurlah''senyumku padanya.

Wajah ardan kembali ceria. Dia tampak fresh pagi ini. Aku yang menyaksikannya ikut senang. Mungkin ini caranya aku membantunya.

         Ah... Hari sabtu yang melelahkan, aku pulang sekolah lebih awal karena ada sesuatu di sekolah. Akhirnya aku pulang pukul 9 pagi. Aku putuskan segera mudik kerumah tanpa pamitan ardan terlebih dulu karena dia belum pulang.

        Seperti biasa ku habis kan waktu weekend ku dengan teman teman rumah. Sabtu dan minggu itu berarti waktu di mana harus tak ada buku.
                
               Bro, besok datang ke kost nya jangan Senin pagi ya , minggu sore ajaSMS singkat dari Ardan yang membuat hatiku ber bunga-bunga. kenapa ya tiba tiba dia begitu?. rindukah dia padaku? haha.

            Ke esokan harinya di minggu sore, aku kembali ke kost lebih awal dari biasanya. Aku tahu Ardan sekarang juga sudah di kost. Dan setelah masuk kamar benar saja dia ada di kamar.

'' Eh, udah nyampe duluan kamu bro, tumben sih dateng nya sore sore gini'' Sapa ku ke ardan.

           Tapi tunggu dulu, aku merasa ada yang tidak beres. Tatapannya begitu beda. Seperti ada aura marah di matanya .

''mana HP barumu bro?'' dia bertanya padaku, aku yang tak siap dengan pertanyaan itu menjawab sekenanya .

''ee...anu bro, belum beli, aku nitip ,mas ku aja,dia mau ke Surabaya'' jelasku sedikit gugup.
''ini apa bro?'' tanya ardan sambil menunjukan secari kertas yang bertuliskan  ''buat beli hp''.
''aku nemuin ini di sela uangku kemarin, itu uangmu kan bro?''sambung ardan dengan
pelan namun seperti menahan emosi.

Otak ku seperti seketika itu gosong di sambar petir. Kenapa aku bisa se bodoh itu.

''jawab broo!!!!!!!'' teriak ardan ke wajahku.

Dia benar benar marah besar padaku. Aku cuma bisa dia mematung di depannya.

''aku cuma ingin membantu bro'' ucapku lirih sambil menunduk.
Aku benar benar tak kuasa menahan luapan emosi ku. Bukan emosi untuk marah tapi rasa nya mataku pedih ingin ngeluarin air mata. Aku bingung, sungguh sebenar nya aku hanya ingin membantu nya. Dia sudah banyak membantu ku.

''tapi bukan gini caranya!!!!'' bentak Ardan.

Ini benar benar gawat. mataku....Tak kuasa aku di marahi sperti ini. Dengan ku sadari aku netesin air
mata. Walau sampai tak ter isak isak tapi merah mataku tak bisa aku sembunyikan.  .Memalukan sekali pikirku bisa nangis di depan orang yang seumur-umur belum pernah ku lakukan  Sebenar nya aku takut , aku taku Ardan benci padaku. Karena dia sahabat terbaikku. Takut sekali.

''Aku minta maaf bro'' Kata kata ku begitu lirih dan terasa serak .

Ardan yang menyadarinya mendekatiku.

''maafin aku my bro,aku cuma ga ingin ngerepotin kamu, apa lagi menyangkut sebuah uang'' ardan berkata dengan halus. Aku lihat emosi nya benar benar lenyap dan itu membuatku sedikit lega. Dia
memelukku dengan tenangnya. Rangkulan yang begitu aneh. Bukan cara dia saat merangkul ku tapi dada ku ini seperti berhenti berdetak. Aku pun membalas merangkulnya. Tak banyak kata yang terucap dari nya. Dia minta maaf padaku dan akhirnya semua baik baik saja.

           Apapun yang terjadi . apa pun keputusan nya nanti ataupun sekarang , Aku tetap menyayangi sahabat ku itu.

           Setelah beberapa hari sejak kejadian itu, keadaan kembali normal. Minggu sore aku sampai kost seperti biasa. Ardan pun sudah ada di kost. Terkejut sekali, ardan membawa bebrapa foto yg di cetak. Tentu saja isi foto itu adalah dia  dan aku di berbagai tempat. Ada satu foto yang aku suka. Saat kita foto di balkon. Foto itu di edit se demikian rupa. Tak lupa di situ ada tulisan '' what is
friend? friend is u n me'' tulisan itu berada di tengah2.

''wihh...keren bro, dapat dr mana kata-kata itu'' tanyaku sambil tak henti henti nya melihat lihat foto itu.

''haha..nggak tahu bro,aku copy paste dari sebuah tulisan'' jawabnya cuek.
aku tak melanjutkan pembicaraan. Tapi yang pasti , aku kecewa berat dengan jawaban nya tadi. Tadi nya aku senang serasa elang yang terbang di langit. tapi dengar jawaban nya, burung elang itu berubah bentuk jadi burung pipit kecil. tak bisa terbang tinggi dan terjatuh . Lebih parah nya tu burung jatuh nya ke aspal. Mungkin dah -mecodot- tu burung. Ah.. seburuk itukah perasaanku. Lebay!!!!
''hahaha'' aku tertawa nyaris tanpa expresi karena malas.

                Dia tempel foto itu acak di  dinding. Dia tempel acak tapi dalam satu tempat. Wajar saja dia begitu , sudah hampir dua tahun kurang kita bersahabat. Iya, kita sudah dua tahun. cerita yang setiap hari kita jalani berbeda ternyata sudah selama ini. se andainya ku ceritakan semua, mungkin  dua tahun pula aku selesai mengetik nya. Walaupun terkadang hal itu ingin aku lakukan.



******************************  ICA OH ICA ********************************
sebenar nya aku benci menulis bagian ini. tapi ini semua berhubungan.              

             Selasa sore yang cerah. Matahari memancarkan cahaya senjanya di atas lapangan yang
hijau. Sore itu aku jalan-jalan dengan ardan di GOR Tawang alun dekat sekolah. Kita biasanya seminggu sekali jalan-jalan kesini. Ya sekedar lari-lari sekaligus cuci mata.

              Aku dan Ardan duduk di trotoar jalan raya di gor yang hanya berisi muda mudi yang sedang lari-lari olahraga sore.
''eh broo... Lihat tu, buset ..manis bener tu cewek'' ucapku pada ardan.
''mana bro?'' tanya dia penasaran.
''Itu'' aku mennjuk pada gadis seumuran ku.
Dia memakai kaos pink, rambutnya di kuncir dan dia memakai earphone di telinganya sambil lari lari.
''kita samperin yok bro'' usul ardan dan langsung aku setujui.
''mbak sendirian aja, mana temennya?'' basa basi ardan yang mengejutkan gadis itu.
''eh?,,iya aku cuma sendirian'' Jawab gadis itu sambil senyum manis.
Kita  berkenalan dengan cewek itu yang ternyata bernama Ica. Kita tuker tukeran
no hp.

***
Singkat cerita , setelah sebulan berkenalan dengan Icha. Icha cewek yang baik dan ramah. Akrab dengannya tak susah. Kita bertiga sering ke mall bareng dan sering renang bareng. Saat komunikasi , icha tidak pernah pilih kasih. Dia adil membalas sms aku dan ardan. Karena kebaikannya itu, diam diam aku menaruh hati padanya. Dan ternyata Ardan pun demikian. Padahal kita masing-masing sudah punya pacar.

           Begini cerita nya.  Aku dan Ardan sudah punya pacar. Pacarku Putri. Aku jadian dengannya 3
tiga bulan lalu. Dan pacar Ardan bernama Rini, mereka jadian dua bulan lalu. Putri pacarku gadis
manis berjilbab. Sedngkan Rini gadis cantik namun tak berjilbab, bahkan ku pikir dia tampak terlihat judes. Tapi entahlah..aku ttak tahu. kalian tahu, kita sekarang sudah kelas 3. Dan bulan depan kita akan ujian nasional.

                  Ica yang lembut sudah mengetahui kalo aku dan Ardan punya pacar. Ica bertanya padaku lewat sms

''aldy, boleh ga aku berteman
dengan cewekmu? Biar kita ga ada
salah paham''

Aku pun meng iya kan permintaannya. Aku kasih ica nomor Putri pacarku. Setelah beberapa hari ternyata kini Ica dan putri jadi teman baik dan akrab. Aku tahu hal ini konyol. tapi jika Icha yang meminta aku pun tak kuasa.

               Kini giliran Icha meminta pada Ardan untuk mengenalkan ceweknya ke Icha. Ardan pun setuju. Ica mengirim sms ke Rini .
''hai rin, aku temennya ardan ...................''

                Jariku serasa lemas setelah sms san dengan icha di kamar. Kebetulan Ardan saat itu ada kegiatan di sekolahnya. Lalu
karena merasa sepi,aku kembali sms icha.

''ca, aku main ke kost mu ya?'' sms ku ke ica
''ngapain di?''bls ica ''ya pengen main ja''
''oke deh,tapi tar aja jam 3 ya''
''oke deh''.

             Aku jam 3 hendak ke tempat icha, karena skrg sudah pukul 14.30 jadi aku harus buru-buru.
Setelah mandi dan siap berangkat, aku kembali sms Ica .

''ca,aku ke situ sekarang''
Namun beberapa kali sms ku tidak di balas nya. Aku pun memutuskan langsung saja ke kost nya.

           Kost nya yang biasanya sepi itu begitu ramai ketika teman-temen kost nya yang lain sedang nge rumpi di teras.
''Ndin,Icha mana? '' tanyaku pada Andin teman kost Icha.

''kayaknya di kamar di'' jawb andin.

Aku hampiri saja ke kamarnya. Ku ketuk pintu tapi ica tak menjawab. Ku ulang terus tapi dia tetap tak merespon. Akhirnya aku buka pintu, ku lihat Ica duduk di kasurnya,dia berlinang air mata. aku yang penasaran mendekatinya.

''kamu kenapa ca?'' tanyaku khawatir.

Namun dia tak menjawab. Ku ambil HP nya yang terjatuh di lantai. Di layar itu ada sms yang masih terbuka. Yang isinya .

''heh, lho itu perempuan gatel, bisa ga sih ga ikut campur urusan orang? nggak usah ganggu pacarku, Pelacur''

aku terkejut baca pesan itu . Dan aku lebih terkejut lagi bahwa sms itu dari Rini pacar Ardan. Aku yang kebingungan berusaha menenangkan Ica. Namun usahaku sia sia. Dia masih mematung sambil menangis.

            Aku jadi geram. ada aja orang yang tega nyakitin gadis sebaik dia. Aku begitu menyayangi  icha. Aku tak mau dia menangis. Aku tak terima dia di guncing sperti itu.

           Aku segera pulang dari kost Ica. Sampai di kost ku ,aku sms Rini .

''heh rin, kamu sms apa ke ica? Kamu itu cewek,seharus nya kamu tahu cewek kalo di katain pelacur
itu sakit, sebelum ngatain orang lain, instropeksi diri dlu donk!!!''

          SMS ku berisi kata-kata yang pedas buat Rini. Aku benar benar geram padanya. Ya mungkin ica juga salah, tapi cara Rini menolak juga sangat salah.

            Aku masih sibuk dengan hp ku di atas kasur ku. Ardan datang tiba-tiba
tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Di menaruh tas nya di atas meja belajar.

'' kamu sms apa ke rini?'' tanya Ardan pelan namun dingin.
''oh, ember juga mulut pacar kamu'' jawabku pelan tanpa mengalihkan pandanganku dr hp ku.
''jaga mulut kamu!!'' ancam Ardan.
''jaga mulut katamu? Bisa ga kamu ngajarin pacarmu jaga mulut juga''.
''tapi kamu seharusnya ga usah ikut campur!!''
''masa bodoh!!, aku sayang sama Icha, aku ga suka dia di katain pelacur sama pacarmu yang bermulut tajam itu, jangan-jangan dia sendiri pelacur!'' kataku begitu ber api-api ,aku sampai tak sadar apa yang baru ku katakan. Wajahku panas,mataku merah menahan emosi.

''resek kamu bro!!!'' teriak ardan ,dia memukul lenganku dengan kerasnya sampai aku merasa sakit sekali. Aku pun yang emosi balik membalas pukulannya di dadanya. Dia tersungkur ke meja sampai-sampai dia menjatuhkan botol-botol parfum. Aku tak pernah semarah ini.

          Dia berdiri mendekat padaku. mata merahnya seakan menyala menahan emosi yang meluap. Aku pkir dia akan memukulku lagi, dia ambil botol parfum dan membanting nya keras-keras di depanku. pyarrrr!!!, lalu dia pergi begitu saja sambil menutup pintu begitu kerasnya. Blangg!!

         Ya Allah, apa yang sudh terjadi?,kenapa aku tadi?. Kenpa aku tak kuasa menahan emosiku. Apa benar tadi itu aku? , sejak kapan aku bisa se kasar itu?. Pikiranku begitu kacau. Otak ku berisi hal-hal yang tak aku pahami. Aku melamun, ah... Otakkku benar-benar gelap. Segelap malam ini.

       Tak sadar hari pun sedah berganti malam tapi aku belaum beranjak dari tempat tidur. Apa yang harus aku pebuat? Bahkan aku sendiri saat itu sperti tak peduli kalau aku berada di gelap gulita. lampu kamar belum aku nyalakan. Ku habiskan malam itu dengan memikirkan kejdian tadi.

          Jam sudah menunjukkan pukul 21.20.  Ah... Tapi Ardan belum pulang juga. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung menuju ke atas tempat tidur dan mencoba terlelap. Sialnya mata ini begitu kuat terjaga. Sms dari icha bahkan tak aku hiraukan saking kacaunya. Aku terus berpikir, apakah jika aku
mendapatkan ica,lalu aku harus kehilangan sahabatku?. Sebenarnya apa yang aku takutkan sudah jelas. Aku lebih takut kehilangan temanku yang sudah bertahun-tahun bersamaku itu. Aku lebih sayang sahabat ku Ardan .Namun dasar keras kepalanya aku
''ah...masa bodoh! Mau si ardan pergi aku juga ga ngurus'' ,dalam hati aku berusaha bersikap tegas
dan egois.

          Pukul 22.00 ardan pulang dan masuk kamar tanpa suara.sedangkan aku masih terjangga sambil memainkan hape ku di atas tempat tidur membelakangi ardan. Sejenak aku ingin berbalik dan menengoknya tapi aku tahan. Ardan tampak mengambil gitarnya dan langsung keluar lagi. Aku semakin kecewa padanya, saat seperti ini dia hendak keluar bermain dengan teman-teman nya.

''waktu terasa semakin
menjauh tinggalkan cerita tentang
kita.... Ada cerita tentang aku dan
dia,saat kita bersama saat kita
tertawa''

suara yang sayup-sayup itu ku dengarkan dengan seksama. Dengan alunan gitar yang begitu
meretakkn kesunyian malam. Itu suara Ardan sedang memainkan gitarnya di balkon kost. Lagu
peterpan yang dibawakannya begitu pelan tapi entah kenapa begitu menyayat hatiku. Suara nya yang pas pas an entah kenap tiba-tiba suara itu begitu merasuki pikiranku. Tak terasa aku lagi-lagi menangis. Apa yang sebenarnya terjadi. Aku terus bertanya tanya dalam hati. Tapi...aku tak boleh
cengeng, pikiran keras kepalaku mulai beraksi .

''ah,siapa Ardan. Aku masih bisa hidup tanpa dia ''. Aku berusaha melawan perasaan sedihku waktu
itu.
Lagi pula, 4 hari lagi aku menjalani ujian nasional. Aku tak boleh terganggu dengan ke adaan ini.


*****************************  SUNYI  * *************************************


          Seminggu sudah sejak pertengkaranku dengan Ardan. Keadaan seperti 180 derajat berubah. Aku dan dia hanya saling diam. Aku dan dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar kost. Kadang dia membawa temannya ke kost, seolah olah dia ingin menunjukan padaku. Bahwa dia masih bisa ceria tanpa aku. entahlah...mungkin hanya perasaanku saja dia memanas manasi aku. Aku pun demikian, karena tak ada teman ngobrol, aku sering mnyuruh Reza datang ke kost ku. Seolah-olah ritual mengajak teman masih masing sepeti sebuah peluru yang saling balas membidik antara aku dan
Ardan.

          Malam yang begitu sunyi. Aku membaca buku Fisika ku di atas tempat tidur. Di sebelahku
Ardan juga membaca buku. Tentu saja masih kondisi diam. Kadang saat kita tak sengaja bertemu
pandang ,membuat aku serba salah tingkah. Dalam kediaman kita, rasanya salah satu dari kita ingin
mengawali percakapan. Tapi masing-masing terlalu keras kepala.

          Kontras sekali malam ini dengan malam biasanya. Biasanya jam segini aku dan ardan bermain
kartu sambil tertawa, bermain gitar, menjadikan kamar tempat konser pribadi kita. Malam yang biasanya di kamar ini penuh kegaduhan kecerian. Penuh dengan suara kamera hp yang saling berebut mengambil gambar. Kini sunyi... Sunyi sekali. jarakku dan dia tak lebih dari sperempat meter, tapi kita masih saling berdiam.

''ya allah, aku nggak kuat sperti ini ya Allah, malam ini sperti neraka'' suara batinku yang seolah-olah ingin ku teriakkan.

          Kita masing-masing masih sibuk belajar, sungguh aku sudah tak konsen dengan buku. apakah Ardan juga sama? Aku tak tahu. Padahal besok pagi aku harus menghadapi Ujian Nasional (UN). begitupun juga Ardan.

********************

               Tak terasa sudah 3 minggu ku lalui sejak UN berakhir, semua ulangan ulangan yang lain juga sudah selesai. Kegiatan di sekolah begitu mulai tak ada pelajaran. Sumpah... Dunia benar2
benar sperti neraka. Hampir satu bulan aku dan Ardan masih saling diam. Aku pun sekarang jadi jarang bertemu dia. Saat sekolahku masuk,sekolah ardan libur. dan saat sekolahku libur,sekolah ardan
masuk. Begitu seterusnya. Padahal jujur aku merindukannya. Kita tak bisa bertemu karena pasti jika
libur kita gunakan untuk mudik.

''ardan ...aku kangen kamu bro'',lamunku dalam hati berharap bisa ketemu dia.


***************************   YOGYAKARTA  *****************************
bersambung ke chapter 3
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar