Rabu, 13 Februari 2013

Pohon Cemara 1

                  Namaku Rifky, aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Aku anak termuda di keluargaku. Umurku saat ini 19 tahun. Aku tinggal di sebuah desa kecil di Banyuwangi. Desa itu bernama Losari. Aku anak sederhana dari seorang pasangan petani miskin di Desa itu. Biarpun miskin, tapi kami hidup rukun dan menghadapi susah senang bersama. Sebagai anak paling kecil, aku begitu di manja oleh ke dua orang tuaku jika di banding kakak kakak ku. Aku memang tipe anak yang berbeda dari anak anak desa lain nya. Aku cenderung pendiam dan tak banyak bicara. TapiAku sedikit bersyukur ber otak lumayan encer. Yang cukup aku banggakan ketika waktu sekolah dari SD sampai SMA selalu menduduki peringkat 3 besar. Aku jarang keluar rumah. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah seperti membaca buku , bantu orang tua. Kadang sesekali ke sawah untuk membantu ayah dan ibu. secara sifat aku memang sedkit punya sikap yang berbeda. Aku itu cenderung pendiam. Tapi bukan berarti aku selalu bersikap dingin. Aku selalu senyum pada siapapun yang menyapaku. Hanya saja dalam sebuah obrolan , aku jarang sekali menunjukan kalau aku ingin lebih akrab. Aku hanya menjawab seperlu nya. Kadang itu mungkin yang membuatku sulit untuk beradaptasi dan banyak teman seperti yang lain. Tapi aku punya sahabat yang baik dan memahamiku lah.
Aku baru saja menyelesaikan sekolah SMA ku. Rencana punya rencana aku ingin kerja di luar kota. Kerja di mana pun yang penting aku tak harus jadi kuli bangunan seperti kebanyakan teman teman di desaku lain nya. Aku sih sebenarnya mau saja jadi kuli bangunan. Hanya saja fisik ku itu terlalu lemah , dan tak se kekar teman teman di kampungku. Lagi pula aku tak ingin banyak merepotkan orang tuaku. Aku ingin mandiri dan seandainya bisa aku akan membantu mereka walau tak seberapa. Awalnya orang tuaku tak mengijinkan aku tapi aku meyakinkan mereka kalau aku akan baik baik saja. Akhirnya mereka bisa melepasku dengan berat hati.

             Hari itu, aku sudah putuskan untuk kerja di Bali. Aku dapat informasi pekerjaan di Bali dari temanku , kakak kelas ku dulu di SMA. Tanpa basa basi aku pun membulatkan tekad untuk merantau ke pulau sebrang. Ah , sperti mau keluar negri saja. Banyuwangi dan Bali kan dekat. Aku akan sering sering pulang. karena aku mudah rindu pada apapun di desaku itu. Ayah , ibu dan kakak kakak ku. pasti juga akan ada yang rindu berat padaku. Aulia , bunga desa itu begitu menyukaiku. Memang tak benar benar dia menyatakan nya. Tapi dari sikap nya yang suka curi curi perhatian saat di hadapanku. Kita memang sering di jodoh jodohkan oleh ibu ibu di kampung. Mereka bilang kita serasi. Sama sama manis dan kalem. Ya, begitulah kata orang orang itu. Aku hanya tersipu mendengar kata kata mereka.

                 Sebelum hari keberangkatanku ke Bali. Benar saja Aulia datang kerumahku. Ini hal yang langka. Biasa nya dia malu malu walau hanya sekedar bertemu pandang. Dia selalu menyembunyikan pipi merahnya di balik jilbab nya. Aku pun tak siap dengan kedatangan nya. Karena jujur aku pun pemalu pada nya. Aku pun sebenar nya tak ada rasa spesial padanya. Tapi aku hanya bersikap ramah dan sopan. Walaupun seperti biasanya aku tak menunjukan bahwa aku tertarik untuk lebih akrab.

                   Padahal dulu waktu kita kecil kita selalu bermain bersama. Namun , dia kembali dari pondok pesantren di Jawa tengah dalam keadaan sudah dewasa. Dia mungkin tak mengira kalau aku di umur dewasa akan semenarik ini. Ya , itu hanya dugaanku. Karena aku pun demikian. Begitu mengagumi perbedaan yang begitu jauh. Sekarang dia jauh lebih cantik , manis ,putih dan ramah.
'' kamu kapan berangkat ke Bali Cak Rif?''
Tanya Lia padaku. Dia memanggilku dengan panggilan ''cak'' yang berarti kakak. Padahal kita seumuran. Mungkin itu bagian dari rasa sopan nya.
'' Besok Lia , Lia mau ikut?'' aku mencandainya. Dia hanya senyum senyum malu.
'' Hati hati ya cak , oya, ada sesuatu buat cak rif'' ucap lia sambil memberikan sebuah buku. Bukan, itu bukan buku. Itu Al Qur'an.
'' Lia?? Kenapa kamu ngasih aku Al-Quran?'' tanyaku.
'' menurut cak rif , apa fungsi alqur'an buat cak rif?'' dia balik bertanya dengan senyuman manis nya.
Aku pun tak berkata apa apa hanya menrima pemberian Aulia itu dengan hati yang bahagia. Begitu baik sekali gadis ini. Pujaan semua pemuda di kampung ini. Kadang aku begitu menyesali diriku kenapa aku tak bisa mencintai nya.

                Sabtu sore aku di antar mas Hafiz ke pelabuhan ketapang. Tas yang penuh dan sebuah kardus yang berisi macam macam turut serta dalam perjalanan ku. Ibu ku , membekali ku barang yang banyak. Yang menurutku rasanya tak perlu ku bawa. Tapi demi menenangkan hati nya aku pun nurut. Kaos hitam dan topi hitam terlihat begitu kontras dengan kulitku yang putih. Ya, topi ini juga pemberian Aulia.

                Aku pun mencium tangan mz Hafis dan berpamitan. Se Jujur nya ini pertama kali aku bepergian jauh sendirian. Biasa nya di temani keluarga atau kadang teman. Tapi kali ini aku sendirian. Perasaan berat , tertantang dan juga takut berkecamuk di pikiranku. Pikiranku terlalu menerawang jauh tentang bagaimana aku di sana? , Bgaimana kehidupanku di sana.

                 Setelah membeli tiket aku segara menuju ke kapal. Dengan penampilan khas pemudik lengkap dengan tentengan kardus, aku melangkah menginjakkan lantai kapal dengan rasa sedikit takut. lelash sekali , aku ambil duduk di atas. Di Deck atas yang bisa jelas melihat pemandangan laut selat bali dan juga belaian angin. Aku segera sms Danu temenku kalau aku sudah di kapal. Supaya dia bisa siap siap menjemputku. Danu teman yang mengajak ku kerja di Bali itu, kakak kelasku.

              '' Keep giving me hope for a better day . Keep giving me love to find a way. Through this heaviness I feel. I just need someone to say, everything's okay ''
              Alunan lagu ceria Lenka ''everything ok'' begitu menghanyutkanku sambil menikmati keindahan lautan yang tenang. Deru mesin kapal sama sekali tersamarkan oleh musik yang tersalurkan dari HP ke telingaku lewat kabel headset. Sesekali aku mengalun alu pelan sambil mengangguk anggukan kepala menikmati musik ini.
'' mas .... Mas ... Mas....''
Seseorang menepuk pelan pundak ku. Karena aku tak mendengar panggilan nya.
Aku pu n melepas headsetku dan berbalik badan.
''iya mas?'' tanyaku.
''punya korek nggak?'' Tanya pemuda itu.
''nggak punya mas, aku nggak ngerokok''
''oke makasih ya'' dia pun pergi mencari korek apai ke orang lain.

              Aku  kembali memasang headsetku untuk menikmati kembali musik yang terputus tadi. Kembali aku terbawa suasana lagu nya Lenka ''two''.
''mas'' oke, panggilan itu cukup sekali saja segera aku sadari.
'' iya mas?'' jawabku . Pemuda itu kembali lagi dan rokok nya sudah berapi dan panas. Apa pula mau ini orang? Tanyaku dalam hati.
'' Mau ke Bali ya mas?'' tanya nya.
''iya'' jawabku singkat. Adakah kapal ini menuju ke papua? Ya pasti ke Bali lah. Aku menggurutu dalam hati.
'' Kuliah?'' tanya nya lagi.
''enggak mz, kerja'' ini orang se norak itu kah. Mana ada orang kuliah bawa kardus kaya gini.
'' o, aku pikir kuliah mas. Kaya anak kuliahan sih'' jawab nya enteng nyaris sangat sedikit senyum dan sambil menikmati rokok nya.
                 Orang yang aneh. Topi coklat nya di pakai terlalu dalam sehingga sedkit menutup setengah wajah nya. Tas di punggung nya jauh lebih besar dan sesak dari punyaku.
'' kerja di Mana mas?'' tanya di kembali.
'' di Daerah Kuta mas'' aku jawab seperlunya saja dan melanjutkan kembali kesibukanku dengan HP ku.
Orang ini menyeramkan, pakaian nya kaya preman. Celana jeans nya di sayat pas di bagian lutut dengan gaya khas preman. Badan nya yang tinggi dan lengat berurat nya menambah kesan preman nya. Dali dalih karena aku takut aku berusa ramah dan menanyainya balik.
'' mau ke Bali juga mas? Bali mana?'' tanyaku.
'' Belum tahu bali mana, tergantung proyeknya ada nya dimana' jawabnya datar.
'' kerja di proyek? '' tanyaku.
''iya, aku cuma kuli bangunan kok''
''oooo''. Pantas saja penampilan nya seperti preman. Sekarang aku tahu, dia tak mungkin bermaksud berpakaian preman. Hanya saja dia tak peduli dengan penampilan nya itu.

                                                                ************                Kapal mulai merapat di pelabuhan Gilimanuk. Para penumpang mulai berhamburan dan sibuk mempersiapkan diri untuk keluar kapal. Mas preman tadi telah berlalu tanpa berkata kata lagi dan aku pun juga tak peduli. Aku cek semua barangku takut ada yang tertinggal. Pintu keluar yang berdesakan. Payah , diantara semua orang yang naik kapal hanya aku saja yang tak memakai kendaraan. Dan terpaksa dari pelabuhan ke terminal bus aku jalan kaki. Untung saja tak terlalu jauh. Hanya saja barang barang ini terlalu berat bagi tubuh ku yang sedkit kurus ini.

                   Bersyukur sekali akhirnya aku sampai di terminal dengan keringat deras dari kulit. Segera saja aku naik bus jurusan Ubung. Damn , bus nya penuh. Untung saja dengan sedikit usaha keras aku bisa naik tapi belum dapat tempat duduk. Benar benar sial , giliran ada yang kosong tapi posisi penumpang nya seenak nya saja. Karena aku kecapekan berdiri aku pu memberanikan diri untuk meminta ijin pada orang yang duduknya aga tiduran dan memakan tempat itu. dia sengaja acuh pada penumpang lain dengan menutup kan jaketnya ke muka nya dan melipat kedua tangan nya di dada.

                 Dia pun menggeser duduk nya tanpa berkata apa apa dan aku mensyukurinya.
'' Kamu lagi?'' kata orang yg tadi tiduran di sebelahku.
''???????'' aku mengernyitkan dahi tanda tidak paham. Dia bilang ''kamu lagi'' padahal ketemu saja baru kali ini.
'' aku yang tadi di kapal , masa ga kenal'' katanya.
aku pun makin mengernyitkan dahi. Mengamati orang ini. Oh benar saja, lihat celana yang robek robek ala preman itu. Tentu saja aku tak kenal, di kapal tadi dia mengenakan topi yang menutupi wajah nya sekali. Kali ini dia melepas topi nya. Mas kuli bangunan itu seperti power ranger yang tak sedang bertransformasi, payah. Kembali ku amati dia , rambut hitamnya yang kemerahan mungki karena sering di bawah matahari. Hanya saja , apa benar itu dia? Si preman itu?. Soalnya wajauh nya jauh lebih tampan dan terlihat sopan dan menyejuk kan. Bibir manis nya begitu jauh menutupi kejelekan akan kulit gelap nya. Ya, kulit gelapnya jauh terkalahkan oleh bibir manis nya.
Aku pun sedikit lega. Karena aku pikir dia berwajah beringas ala preman. Dan aku tak jadi takut pada nya.

'' lha mas ini , kok ketemu lagi sih mas?'' ucapku dengan expresi sok kaget, tapi memang kaget sih.
'' kenapa mas, nggak nyangka kalo aku ganteng ya?'' dia bercanda sambil senyum manis.
'' heh' pecundang'' , kataku...maksudku kataku dalam hati saja.
'' hehehe '' jawabku tertawa kecil dan malas.
'' Nama nya siapa mas?'' tanya nya padaku sambil mengulurkan tangan.
'' Fikri maz, kamu?'' jawabku sambil menjabat tangan nya.
'' Ilham'' jawab nya.
'' tinggal di mana mas?''
'' di Rogojampi''
.............
............ (percakapan panjang).......

                      Intermezzo ya ini pastinya. Hal hal perkenalan seperti ini pasti sering terjadi pada banyak orang. aku berkenalan dengan nya. Ternyata dia pandai melucu. Aku pun berhasil di buat nya tertawa gara gara cerita nya pas waktu SD nya dulu.
'' lho , mas fikri bisa tertawa juga tho?, aku pikir anti tertawa hahaha'' goda nya yang benar benar menusuk hati.
'' aku akan tertwa kalo cerita nya fokus di depanku'' aku jawab dengan aneh. Entahlah apa dia paham akan jawabnku. Bahkan aku sendiri kurang memahaminya.

Aku terbangun dari tidurku di pundak Ilham. Menyebalkan sekali kenapa harus tidur di pundak nya. Dia juga tampak tertidur bersandar di jendela bus. Segera aku beringsut menjauhinya namun malah membuat nya dia terbangun.
''ehhh.... Udah sampe mana?'' tanya Ilham sambil menggeliatkan badan nya.
'' ga tahu nih nyampe mana?'' jawabku.
Kurasa perjalan masih beberapa jam lagi. Satu , dua , tiga aku tertidur lagi.

                 Aku terbangun untuk ke dua kali karena goncangan bus. Aku terbangun dari pundak Ilham lagi dan aku merasakan kepala Ilham juga bersandar di kepalaku. Posisi ini seperti sepasang kekasih saja. Aku membuka mata namun masih tak berani bergerak. Nafas halus nya begitu dekat dengan pendengaranku. Bisa ku rasakan betapa lelap nya dia tertidur. Aku tak tega membangunkan nya. Maka aku biarkan dia tertidur bersandar di kepalaku. Walau kepalaku sedikit sakit tapi tak apa.

                                                        *******************

                      Sekitar pukul 6 pagi aku terbangun. Mendapati tempat kost ku yang berantakan karena aku belum sempat membereskan barang barang ku yang hanya sekedar ku taruh saja. Danu masih terlelap di sampingku. Ah , biasanya aku di Banyuwangi bangun kurang dari jam 5 pagi. Kenapa aku se siang ini ya sekarang?, mungkin karena aku kecapean. Aku ambil hape ku dan melihat jam. Ternyata jam di HP ku masih menunjukan jam 5 pagi. Beda dengan jam dinding di kost ini. Ya , aku baru sadar kalau sekarang aku di Bali WITA.

                    Mandi pagi ku selesai. Walau tak sesegar air di kampung tapi lumayan membuatku fresh setelah perjalanan kemarin. Ku dapati Danu sudah terbangun dan sibuk dengan ponsel nya.
'' Kamu udah buat surat lamaran belum rif?'' tanya Danu.
'' udah Dan , aku buat 5 malah''
'' kamu pengen kerja di mana Rif? , aku sih ada 3 pilihan buat kamu''.
''Di mana aja Dan?'' tanya ku kembali.
'' Pertama di hotel , aku dapet info lowongan dari temenku. Cuma di situ kamu harus siap untuk sift malem yang kemungkinan sampe pagi. Yang ke Dua di restoran , kalo di Restoran gaji aga sedikit lebih tapi harus tenaga lumayan extra. Datang pagi dan pulang kadang larut malam. Dan yang ke 3 di Sogo , semacam ramayana dan matahari gitu rif , cuma kalo sogo lumayan untuk kalangan menengah ke atas. Masalah waktu ini paling nyantai, cukup 7 jam kerja. Cuma gajinya UMR aja sih dan sedikit ada tambahan''. Danu menjelaskan dengan tanpa basi basi dan jelas. Aku pun mulai berpikir pikir. Ya sebagai pelajar yang hanya lulusan SMA memang tak bisa untuk cari pekerjaan yang lebih dari itu. Ku timbang timbang akhirnya aku putuskan untuk di SOGO saja.
'' Kamu yakin mau di SOGO?'' tanya Danu.
'' Iya dan, aku masih belum bisa kayaknya untuk yang berat berat , SOGO itu di mana sih?''
'' Sogo itu di mall discovery, yang semalem kita lewatin'' jelas Danu , aku mengingat nya dan itu tak terlalu jauh dari kost ku. Masih bisa di tempuh jalan kaki 10 menit.
'' oh , di situ. Ya udah aku gpp dah di situ. Kamu temenin aku nganterin surat lamaran nya ya Dan''.
'' iya aku anterin, ga usah khawatir, kalo kamu ga betah bisa pindah cari kerja lain. Kalo di Bali cari kerjaan itu tak se sulit di Jawa. Di sini malah sering perlu tenaga kerja'' terang Danu yang membuat aku begitu lega.

                 Besok pagi nya aku di antar Danu ke SOGO untuk naruh surat lamaran. Sesampai di pintu karyawan Danu menyuruhku masuk sendiri. Ah, aku benar benar takut. Ini pertama kali seperti ini. Aku terus mendesak Danu untuk mengantarku tapi dia tak mau. Dia bilang aku harus belajar berani. Lagi pula nanti kalau aku di wawancarai aku juga harus sendiri.

Aku masuk dan di sambut security kantor.
'' ada perlu apa mas?'' tanya si security.
'' mau naruh surat lamaran pekerjaan'' jelasku sambil menyerahkan amplop surat lamaran.
'' masuk aja mas, soalnya di sini langsung interview, ga perlu nunggu di telpon'' jelas pak security. Apa?, langsung interview? Baiklah , siap tak siap aku siap.

               Aku masuk menuju ruangan interview. Sial, ternyata tak hanya aku. Ada sekitar 8 orang yang hendak interview. Mereka sedang asyik bercakap cakap dengan bahasa Bali yang tak aku mengerti. Canda mereka terhenti sejenak karena kedatanganku. Mukaku benar benar me merah. Mereka semua mengamatiku dari ujung kaki sampe ujung kepala. KU lemparkan senyum pada mereka semua sambil bilang ''permisi'' dan segera ambil tempat duduk yang kosong. Mereka masih terdiam , beberapa ada yang berbisik bisik kecil ke teman nya. Aku mulai tidak nyaman, apa ada yang salah dengan penampilanku. Bisikan bisikan mereka rasanya sedang membicarakanku. Baiklah , abaikan.

               Pak wahyu masuk ke ruangan dan membuat kita semakin tegang. Nama pak Wahyu terlihat jelas pada Name tag di dada nya. Pertama, pak wahyu memperkenalkan diri. Dia masih tetlihat muda. Ternyata dia baru berumur 27. Ke dua , giliran kita di suruh memperkenalkan diri masing masing. Damn , kenapa acara seperti ini selalu ada.
Majulah kita semua satu persatu.
Satu Ngurah, selesai. Dua Arya , selesai. Tiga Eka budayasa , selesai. Empat Ni Luh vina , selesai. Lima Sayful , selesai..... Tunggu, nama sayful nama orang bali kah?. Enam , Desi , selesai. Tujuh Davio , selesai. Delapan
'' perkenalkan , nama saya Rifqy Aghady. Umurku 19 tahun. Saya asli Banyuwangi. '' selesai, dan aku tak pernah punya keinginan untuk memperpanjang kata kata.

           Sesi introducing yang ke kanak kanakan itu selesai. Pak Wahyu menjelaskan bahwa kita harus melakukan beberapa tes. Karena hari ini SOGO butuh 1 orang karyawan SOGO tetap atau di sebut pramuniaga dan butuh juga beberapa SPG beberapa brand yang kebetulan spg nya resign.

               Tes demi tes selesai. Tanpa basa basi aku lah denga hasil terbaik. Maka aku pun di panggil ke dalam untuk di beri arahan. Pak wahyu memberikan 2 pilihan. Jadi pramuniaga atau jadi SPG di brand favorit Levi's?. Aku sempat terdiam, namun aku memilih untuk jadi SPG saja. Pak wahyu pun setuju. Dan resmilah aku di terima di SOGO. Setelah di beri penjelasan sana sini aku pun pulang dengan perasaan senang. Akhirnya mulai besok aku kerja.
chapter 2
go to Chapter 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar