Rabu, 13 Februari 2013

pohon cemara 4

(coming soon)             Kasur yang tak terlalu bersih tergeletak di lantai dengan alas karpet biru. Dinding dari batu bata yang belum di tutup oleh semen.
'' Sabar ya Rif , mungkin setelah dia melihat mu kalu seperti itu dia akan sedikit sadar'' kata mas Ilham menenangkanku.
'' iya sih Mas , tapi aku ga betah mas. Aku ingin pindah kerja rasanya''
'' jangan gitu , itu kan masalah kecil Rif . Kan udah aku bilang. Kita laki laki. Lihat saja Kakashi ini. Dia ninja kuat dari konoha. Dia begitu sabar dalam menghadapi masalah dengan rekan nya'' tidak, sejak kapan dia berkata seperti itu di hadapanku. Kakashi. Erhhh, aku memang terpaksa menceritakan nya . Malah Mas Ilham besar kepala saja.
Aku hanya bisa tersenyum mendapati jawaban nya seperti itu. Mas Ilham selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.

             Ku buka mata ku pelan dan menangkap cahaya lampu kamar mas Ilham yang redup. Ah, aku tertidur di kamar mas Ilham. Dadaku bergetar hebat mendapati kepalaku tidur di lengan kekar mas Ilham yang tanpa baju. Kulit nya terasa menyentuh tengkuk leherku. Aku bangkit dan melihat jam di ponsel ku menunjukan pukul 12 malam.

                Aku bangun dengan pelan supaya mas Ilham tak terbangun. aku pandangi wajah nya yang tertidur lelap dengan alunan dengkuran halus nya yang begitu merdu. Aku tersenyumm menatapnya. Aku jadi ingat pertama kali melihat dia ter tidur di Bus dulu. Pikiranku pun kembali ke masa itu saat bertemu dengan dia di Bus. Siapa sangka aku saat ini begitu dekat dan akrab seperti ini. Si preman itu. Aku nyalakan kipas angin dan mengarahkan ke badan dia yang mengkilap penuh dengan keringat. Aku benar benar iri akan badan mas Ilham yang atletis. Aku ingin jadi kuli saja rasanya.

                Istirahat kerja seperti biasa aku ngantri makanan. Aku tak pernah lagi memakan makananku di bangku. Walaupun ada tempat kosong dan walaupun tak ada Dedik. Rasanya aku trauma saja. Lebih baik aku makan di bangku tangga, sendiri tanpa ada yang mengganggu.

               Aku tercekat dan menghentikan langkahku. Minuman di tanganku nyari tumpah. Aku mendapati dedik sedang asyik makan di bangku Tangga. Aku yang berada di belakangnya berusaha tak membuat suara dan mundur pelan pelan. Damn, dia melihat ke arahku . Aku seperti maling yang ketangkep.
'' Ngapain jalan mudur gitu? '' tanya Dedik. Aku tak menjawab nya dan berlalu dari hadapannya.
'' Rifqy , kamu duduk sini'' perintah Dedik.
Seperti kerbau di cocok hidung nya aku menurut perintah dia. Aku terlalu malu ketika dia tahu aku jalan mundur.
Aku menghampiri nya berusaha ber expresi muka datar.
'' Aku minta maaf '' kata Dedik.
'' iya '' jawabku singkat sambil meneruskan makan ku.
'' ini minuman nya'' dia menyerahkan segelas es jeruk.
'' kan aku udah ada'' jawabku sambil mengangkat gelas di sebelahku.
'' bukan nya kamu biasanya minum dua gelas?'' kata nya. Ah, kenapa dia bisa tahu. Memang biasa nya aku pas makan bawa satu minuman. Tapi habis makan pasti aku beli minuman lagi.
'' makasih '' jawabku.
'' Kamu banyuwangi mana?'' tanya Dedik
'' di Kebalenan '' jawabku bohong.
'' kebalenan berapa''
'' satu ''
'' masa? Kok aku nggak pernah lihat kamu?''
''......'' shit, apa dia tempat tinggal nya di situ. Memalukan sekali aku kethuan berbohong.
'' kamu bohong ya?''
'' hehe'' aku nyengir terpaksa dan muka merah.
Selanjut nya kita terdiam dan memakan makanan kita masing.
'' eh , Rif'' kata Dedik tiba tiba.
'' Kebalenan itu mana sih?''
'' ............'' aku dorong jidat nya. Dia hanya tertawa memperlihatkan senyum nya yang seperti Zayn Malik itu. Aku benar benar di tipu mentah mentah.

Apa aku mimpi? . Aku melihat dia tersenyum padaku. Nggak salah. Begitu dekat dan janggal rasa nya.

'' oke, makan ku sudah selesai , aku masuk duluan ya Rif , aku mau nyelesain laporan dlu '' , dia beranjak dan mengacak rambutku seperti yang di lakukan mas Ilham ke aku. Aku hanya mematung dgn mulut terbuka seolah olah tak percaya. Mataku mengkuti langkah nya yang menghilang di balik pintu. Plak! , aku menampar pipiku sendiri. sakit. Ini bukan Mimpi pastinya.

Aku pulang dengan perasaan berkecamuk namun sedikit lega. Aku langsung menuju ke kost mas Ilham. Aku ceritakan semua kejadian tadi dan juga sifat Dedik yang berubah.
'' mending kamu jauhin dia deh Rif'' kata mas Ilham.
'' kenapa mas?''
'' ya aku rasa dia tak begitu baik''
'' ah , mas ini ada ada saja. Dulu kamu bilang nya kita tak boleh bersikap sombong ke siapa pun.'' bantahku.
'' iya , tapi aku kurang suka ma sikap si Dedik itu''
'' ehm....'' . Entah kenapa dia berbicara sedkit ngotot. Seperti bukan mas Ilham saja.
'' Oya , aku punya sesuatu buat Rifqy ''
'' apa mas?''
'' nih'' sambil mas Ilham menyerahkan T-shirt hitam bertuliskan. '' You say i'm nasty but i don't give a damn''
.
'' wah, mas... Ini beli di Mana?'' tanyaku sambil membalik balikan baju itu.
'' di pasar kreneng , tadi pas nganterin boss ku aku lihat kaos itu cocok buat kamu''
'' apik iki mas, regane piro tho?''
'' 25 ribu ''
'' wow sekali mas harga nya. Mahal banget''
'' mahal gundul mu! , nyindir ga usah terang terangan gitu''
'' xixxixixi, makasih ya mas. Aku suka sekali, warna item cocok buat aku''
Ku lihat ada rona puas di mata mas Ilham melihat tingkahku yang senang. Aku bahagia sekali. Di hidupku selama ini jarang sekali ada yang memberiku sesuatu. Boleh di bilang hanya dua orang. Aulia dan mas Ilham ini.
'' Rif, kamu besok masuk apa?''
'' siang mas jam 2 , kenapa''
'' aku tidur di kost mu ya?, bosan di kamar ga ada teman ngobrol''
'' boleh mas, ayok dah''

               Mas ilham tdur di kost ku malam ini. Wahahaha.... Kapan bisa tidur nya kalau ada dia bisa nya hanya bergurau saja.
'' Rif, coba pake T shirt tadi'' kata mas Ilham.
Aku pun melepas pakaian ku dan mengenakan T shir nya. Aku begitu menyukai nya. Cocok sekali buat ku dan aku melepas nya lagi tak ingin merusak nya untuk tidur.
Ketika aku hendak mengenakan kaos ku mas ilham malah menahan nya.
'' nggak usah pakai baju , kamu nggak gerah? Nggak ada kipas''
Aku nurut apa yang dia katakan. Dia pun melakukan hal yang sama. Melepas kemeja kotak kotak nya dan mempertontonkan dada bidang nya yang berkeringat.
'' Kenapa kamu itu kok kurus sih rif?''
'' tahu deh yang badan nya gede''
'' hehe, kamu jarang olah raga ya?''
'' enggak juga mas, aku sering kok. Ya pas di bali ini aja belum nemuin waktu yang pas''
''ehm...... Berarti kamu sering coli ya?''
'' ehh?'' mataku terbelalak heran.
'' enggak, aku ga sering coli, cuma sesekali saja lah mas''
'' nah lo, ketahuan, tiap malem ya. Ni buktinya sprei kok banyak noda?''
'' dasar'' aku mendaratkan bantal ke muka nya. Di malah menangkis nya dan berbalik menyerangkau. Malah jadi nya kita bergulat salah menutup wajah dengan bantal. Aku berusaha memnyembunyikan bantal ku yang ku peluk erat supaya tak bisa di ambil mas Ilham. Dia berusaha merebut nya dengan kasar dari belakang. Namun dia terdiam. Dia memeluk ku dari belakang. Kulit di dada bidang nya menyentuh kulit punggung ku.
'' Rifky'' bisik mas Ilham begitu pelan di telingaku.
''iya mas'e''
'' ayo tidur''
'' baik lah mas''
Kita tertidur tak merbuah posisi. Pelukan nya di tubuh ku makin erat. Ini lah pertama kali nya aku merasa nyaman. Pertama kali nya di dekap seseorang di hidup ku. Damaiiii sekali. Aku tarik tangan mas Ilham berharap dia makin erat memeluk ku.

********************

coming soon chapter 5

Pohon Cemara 3


           Ku sambut pagi dengan perasaan yang fresh dan bersemangat. Entahlah kenapa. Rasanya wejangan wejangan mas Ilham pas ngobrol semalam begitu merasuki pikiranku. Dia bilang aku tak perlu merasa kesepian. Tak perlu merasa ter telantarkan karena jauh dari keluarga. Kita ini lelaki , Keras nya hidup adalah tantangan bagi kita. Kelak kita akan tersenyum bangga setelah nanti ternyata dapat melewati hidup yang keras ini.

Seperti biasa aku berangkat pagi lewat depan tempat kerja mas Ilham.
'' Hai mas Ilham'' sapaku dari kejauhan.
'' Halo rif, mau kerja ni?'' balas nya sambil melambaikan tangan dari atas gedung yang tak berdinding itu.
'' yoi mas , oke, selamat kerja juga ya kakashi'' aku begitu sambil tertawa.
''eh , rif.. Kakashi apa sih? Kemarin aku lupa nanya'' tanya dia penasaran setengah berteriak.
'' haha... Aku berangkat dulu mas, dada'' aku berlalu sambil mengerjainya. Dia pun tampak bersungut sungut tak puas ataa jawaban ku.

Tiap pagi, dia seperti energi buat ku. Rasa nya setiap pagi tanpa melihat senyum nya seperti akan ada firasat kalau hari ini akan jadi hari yang menjengkelkan. Aku mengagumi sifat nya. Dia itu begitu berwibawa dan santun. Dan semua kebaikan rasanya melekat didiri nya. Senyum nya yang tulus setiap kali bertemu membuat dia itu seperti bercahaya. Entahlah, bagaimana aku harus menjelaskan sosok nya.

*********

(di tempat kerja)

Jam menunjukan pukul 14.00 tanda jam istirahat sudah datang. Aku pun ngantri untuk beli makanan di kantin kantor seperti antri sembako. Makanan di sini cukup murah. Dengan 4 ribu saja rasanya sudah kenyang dan nikmat.

Dapat juga giliranku untuk di layani bu Eni , si penjaga kantin itu. Dia juga orang banyuwangi. Makanan sudah di tangan dan minuman di tangan kiri. mataku sibuk mencari bangku kosong untuk menikmati makananku ini. Ah, rasanya semua bangku sudah penuh. Aku melihat sedikit ada celah di kerumunan anak anak sogo yang sedang makan. Damn, itu di sebelah nya Dedik. Dengan ragu dan enggan aku putuskan saja untuk menepati tempat itu. Dari pada aku harus makan di tangga yang panas itu. Ku letakkan piring ku tepat di sebelah Dedik. Tanpa bicara dan permisi aku berusaha tak melihat wajah nya.

Menyadari aku duduk di sebelah nya , Dedik mengaangkat makanan nya dan segera pindah tempat entah di mana. Sungguh aku merasa seperti penyakit yang benar benar harus di jauhi. Sakit banget rasanya. Dia pergi dengan ekspresi wajah datar dan sedkit aura tak suka padaku. Lagi lagi aku cukup mengelus dada. Rasa nya aku jadi tak selera makan lagi. Entah mengapa , wajah Dedik yang sempurna itu malah membuat nafsu makanku hilang. Kleng!.
Arghhh... Aku ingin pulang dan dan ketemu mas Ilham.

aku kembali ke konter setelah menyelesaikan acara istirahatku. Rasa nya makanku mencekik leherku sendiri saking aku tak menikmatinya. Aku lihat ke arah Dedik yang sedang melayani customer. Lihat senyuman nya yang menawan itu. Kenapa dia begitu senyum manis pada setiap customer yang datang. Sangat bertolak belakang pada saat dia berbicara dengan teman teman nya. Lihatlah lagi wajah nya. Andai saja dia berambut pirang dan berkulit pucat , pasti dia sudah ku anggap Zayn Malik. Sayang sekali , sikap nya itu menutupi ke indahan lembaran kulit di wajah nya itu. Shit you.

Bad mood lagi seperti yang sudah sudah. Sudah seminggu kerja, hanya 3 hari kerja yang tak badmood. Dan itu semua karena satu orang bedebah, Dedik.

Antri untuk absen pulang adalah ritual paling tak aku suka. Lelah dan rasanya aku tak cukup sabar. Ingin rasanya terbang dan langsung sampai kost. Antri seperti orang beli tiket kereta, giliran ku tiba untuk absen munculah Dedik menyerobot antrian ku dan mendahuluiku. Ya ampun, dia lagi dia lagi. Ya Allah , kenapa ada orang seperti ini de depanku.

Dia menatapku sepintas, aku pasang tampang super BT ku. Ku pasang tampang yang lusuh dan menyedihkan. Biarlah , biar dia sadar kalau perbuatan nya itu tak aku sukai. Hah, itu hanya sia sia. Dia pergi tanpa ada expresi dia membuat kesalahan.

Rasa lelahku tak tertahankan. Ku hempaskan badanku ke kasur dan menarik nafas dalam dalam. Bete , hanya kata itu untuk hari ini. Segera ku ambil air wudlu dan sholat isya'. Sholat itu memang meredam hal hal negatif di diriku.

Aku ingat mas Ilham. Aku ingin ngajak dia ngopi bareng seperti kemarin. Lebih baik aku sms dia.
'' mas , ngopi yok '' message sent.
no replay :( .
Aku terlalu stuck untuk tidur lebih awal. Aku putuskan ngopi sendiri di lesehan tempat biasa. Ngopi , bukan... Lebih tepatnya nge Teh. Kalo mas Ilham baru ngopi. Ku minum se pelan mungkin teh hangatku sambil menikmati keadaan kota yang hendak terlelap.
'' Nunggu seseorang? '' , Mas Ilham muncul tiba tiba di depanku. Dia mengenakan sarung dan baju koko hitam. Manis sekali. dia seperti nya habis sholat. Hatiku senang, rasanya hatiku ingin melompat dari dadaku. Andai wajar , aku pasti udah merangkul nya erat seperti tak bertemu bertahun tahun.
'' eh , pak Haji Ilham. Alim banget'' godaku.
'' hehe, baru tahu?''

Badmood meter ku turun jadi nol karena mas Ilham. Entah kenapa di dekat nya aku tak pernah kuasa untuk tak menceritakan masalahku. Aku pun cerita tentang masalah Dedik di tempat kerja. Dia mendengar dengan seksama dan tiba tiba dia malah tertawa terbahak bahak.
'' hey , apa yang lucu mas? Aku serius erghh'' kataku jengkel.
dia terus tertawa dan dengan suara tertahan tahan. Ingin rasa nya mencekik nya. Dan akhirnya tertawa nya reda. Dia mulai tenang dan memberiku wejangan. Wejangan yang aku tunggu setelah tertawa nya yang sadis itu.
'' Menurutku Dedik itu iri padamu. Dia iri kenapa kau yang pendiam tapi masih bisa di ramahi oleh teman temanmu. Dia pernah mencoba sepertimu dan mungkin dia tidak berhasil '' jelas mas Ilham dengan singkat dan jelas.
'' memang aku pendiam mas?'' tanyaku.
'' iya , tak begitu sulit menebak watakmu Rif. Kau itu pendiam namun masih bisa memberi senyuman''
'' ah masa sih mas , rasanya aku tak seperti itu ''
'' ya itu penilaianku saja , silahkan adu dengan Dedik. Perang sikap dingin. Itu akan lucu pastinya''
'' maksudnya aku harus sama sama dingin dan cuek terhadap nya?''
'' ya , kalau itu menurutmu benar. Lakukan saja. Ide yang keluar dari otakmu sendiri itu kadang lebih berguna dari pada yang keluar dari mulutku ini''
''ehm.... Entahlah mas, aku tak mau pikir pusing akan hal itu'' .
Ya aku tak ambil pusing. Jika di tempat kerja ku ada lah penyakit. Yang terpenting ada obat nya di sini. Orang di sampingku ini.

Mas Ilham membeli 2 jagung bakar yang kita habiskan tanpa ampun. Tertawa lepas , bercanda dan menikmati indah nya malam.
Mas ilham berhenti menggerogoti jagung di tangan nya beberapa saat sambil mimik wajah mengkerut.
Aku pun kaget dan mengerutkan dahi.
'' ada apa mas? Kok jadi bengong?'' tanyaku heran.
'' eh Rif, Kakashi apa sih?''
''.................'' plak. Aku menepuk dahiku sendiri.

Kembali aku pulang dengan perasaan bahagia. Seperti pulang dari pengajian dan mendapat siraman rohani. Walau Ustadnya aga dodol seperti mas Ilham. Paling aku suka saat berpamitan dia selalu mengacak acak rambutku. Aku merasa dia kakak ku yang datang dari langit. Aku rela jika rambut ini di acak acak dengan semen sekali pun.


Kerja lagi. Bertemu lagi dengan Dedik di tempat parkir. Bertemu pandang pula dan aku segera menarik wajahku menjauh dari pandangan nya. Aku tinggalkan seonggok raga tanpa hati itu tanpa ingin aku lihat ke belakang lagi.

Aku hendak memasuk kan tas ku ke loker umum yang kebetulan sedang kosong. Lalu Dedik datang lagi dan mendahului nya. Setelah itu dia pergi seperti biasa. Ughhh, sabar rifqy sabarkan hatimu. Di konter kembali bertemu pandang lagi dan aku enneg sekali.
'' Pinjem sapu nya '' kata Dedik yang tiba tiba ada di depanku. Oh, sejak kapan dia bisa bicara.
'' aku belum selesai Ded'' jawabku pelan.
Dan... Dia ambil begitu saja sapu di tanganku tanpa berkata apa apa lagi. Dan setelah dia selesai menyapunya dia mengembalikan tanpa ada ucapan terimakasih.

Kadang aku heran sendiri. Kenapa sikap nya seperti itu padaku. Dan kenapa hanya padaku. ke yang lain memang cuek , tapi tak pernah membuat masalah seperti yang di lakukan padaku. Sudahlah, abaikan.

Makan di tangga darurat terpaksa aku lakukan. Aku tak mau dan tak akan lagi menepati celah tempat duduk kosong di sebelah Dedik. Panas, tapi melihat es jeruk di gelasku aku jadi semangat untuk makan di manapun. Makananku telah habis setengah nya.
Tumpah.......'' eh sory ya'' , terburu2 ke bawah dan tak sengaja menendang Gelas berisi es jeruk punya ku. Dan ahal paling aku kutuk adalah mendapati orang itu adalah Dedik.

Aku pun tak kembali selera makan. Aku taruh piring yang masih ada makanan nya di depanku dengan sedikit membanting nya. Aku mengacak acak rambutku merasa putus asa. Expresi wajahku kesal seperti hendak menangis. Aku benar benar lelah. Aku ingin keluar dari tempat ini. Aku ingin pulang , aku ingin mas Ilham di sini menghajar Dedik.

Benar saja , tiba tiba hujan rintik rintik. Jatuhnya di pelupuk mataku. Di lorong ini aku sendiri putus asa. Sampai sampi aku meneteskan air mata karena hal yang sepele ini. Ku benturkan kepala belakang ku ke tembok. Tiba tiba Dedik datang setengah berlari dari bawah. Mendapati aku yg stress dan sedikit melihat aku menangis. Dia memelankan langkahku. Aku pun salah tingkah dan berusaha mengusap air mataku dan pura pura sibuk dengan ponselku. Sebelum dia makin dekat denganku aku beranjak pergi meninggalkannya.

Muka ku kuyu tak bersemangat. KU habiskan waktu di konter hanya dengan melamun. Aku tahu saat ini Dedik sedang mengamatiku. Entah apa yang di pikiran nya. Semoga dia sadar dan minta maaf. Ah, tidak... Tak perlu minta maaf. Cukup jauhi aku saja aku sudah sangat berterimakasih

Kasur yang tak terlalu bersih tergeletak di lantai dengan alas karpet biru. Dinding dari batu bata yang belum di tutup oleh semen.
'' Sabar ya Rif , mungkin setelah dia melihat mu kalu seperti itu dia akan sedikit sadar'' kata mas Ilham menenangkanku.
'' iya sih Mas , tapi aku ga betah mas. Aku ingin pindah kerja rasanya''
'' jangan gitu , itu kan masalah kecil Rif . Kan udah aku bilang. Kita laki laki. Lihat saja Kakashi ini. Dia ninja kuat dari konoha. Dia begitu sabar dalam menghadapi masalah dengan rekan nya'' tidak, sejak kapan dia berkata seperti itu di hadapanku. Kakashi. Erhhh, aku memang terpaksa menceritakan nya . Malah Mas Ilham besar kepala saja.
Aku hanya bisa tersenyum mendapati jawaban nya seperti itu. Mas Ilham selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.

Ku buka mata ku pelan dan menangkap cahaya lampu kamar mas Ilham yang redup. Ah, aku tertidur di kamar mas Ilham. Dadaku bergetar hebat mendapati kepalaku tidur di lengan kekar mas Ilham yang tanpa baju. Kulit nya terasa menyentuh tengkuk leherku. Aku bangkit dan melihat jam di ponsel ku menunjukan pukul 12 malam.

Aku bangun dengan pelan supaya mas Ilham tak terbangun. aku pandangi wajah nya yang tertidur lelap dengan alunan dengkuran halus nya yang begitu merdu. Aku tersenyumm menatapnya. Aku jadi ingat pertama kali melihat dia ter tidur di Bus dulu. Pikiranku pun kembali ke masa itu saat bertemu dengan dia di Bus. Siapa sangka aku saat ini begitu dekat dan akrab seperti ini. Si preman itu. Aku nyalakan kipas angin dan mengarahkan ke badan dia yang mengkilap penuh dengan keringat. Aku benar benar iri akan badan mas Ilham yang atletis. Aku ingin jadi kuli saja rasanya.

Istirahat kerja seperti biasa aku ngantri makanan. Aku tak pernah lagi memakan makananku di bangku. Walaupun ada tempat kosong dan walaupun tak ada Dedik. Rasanya aku trauma saja. Lebih baik aku makan di bangku tangga, sendiri tanpa ada yang mengganggu.

Aku tercekat dan menghentikan langkahku. Minuman di tanganku nyari tumpah. Aku mendapati dedik sedang asyik makan di bangku Tangga. Aku yang berada di belakangnya berusaha tak membuat suara dan mundur pelan pelan. Damn, dia melihat ke arahku . Aku seperti maling yang ketangkep.
'' Ngapain jalan mudur gitu? '' tanya Dedik. Aku tak menjawab nya dan berlalu dari hadapannya.
'' Rifqy , kamu duduk sini'' perintah Dedik.
Seperti kerbau di cocok hidung nya aku menurut perintah dia. Aku terlalu malu ketika dia tahu aku jalan mundur.
Aku menghampiri nya berusaha ber expresi muka datar.
'' Aku minta maaf '' kata Dedik.
'' iya '' jawabku singkat sambil meneruskan makan ku.
'' ini minuman nya'' dia menyerahkan segelas es jeruk.
'' kan aku udah ada'' jawabku sambil mengangkat gelas di sebelahku.
'' bukan nya kamu biasanya minum dua gelas?'' kata nya. Ah, kenapa dia bisa tahu. Memang biasa nya aku pas makan bawa satu minuman. Tapi habis makan pasti aku beli minuman lagi.
'' makasih '' jawabku.
'' Kamu banyuwangi mana?'' tanya Dedik
'' di Kebalenan '' jawabku bohong.
'' kebalenan berapa''
'' satu ''
'' masa? Kok aku nggak pernah lihat kamu?''
''......'' shit, apa dia tempat tinggal nya di situ. Memalukan sekali aku kethuan berbohong.
'' kamu bohong ya?''
'' hehe'' aku nyengir terpaksa dan muka merah.
Selanjut nya kita terdiam dan memakan makanan kita masing.
'' eh , Rif'' kata Dedik tiba tiba.
'' Kebalenan itu mana sih?''
'' ............'' aku dorong jidat nya. Dia hanya tertawa memperlihatkan senyum nya yang seperti Zayn Malik itu. Aku benar benar di tipu mentah mentah.

Apa aku mimpi? . Aku melihat dia tersenyum padaku. Nggak salah. Begitu dekat dan janggal rasa nya.

'' oke, makan ku sudah selesai , aku masuk duluan ya Rif , aku mau nyelesain laporan dlu '' , dia beranjak dan mengacak rambutku seperti yang di lakukan mas Ilham ke aku. Aku hanya mematung dgn mulut terbuka seolah olah tak percaya. Mataku mengkuti langkah nya yang menghilang di balik pintu. Plak! , aku menampar pipiku sendiri. sakit. Ini bukan Mimpi pastinya.

Aku pulang dengan perasaan berkecamuk namun sedikit lega. Aku langsung menuju ke kost mas Ilham. Aku ceritakan semua kejadian tadi dan juga sifat Dedik yang berubah.
'' mending kamu jauhin dia deh Rif'' kata mas Ilham.
'' kenapa mas?''
'' ya aku rasa dia tak begitu baik''
'' ah , mas ini ada ada saja. Dulu kamu bilang nya kita tak boleh bersikap sombong ke siapa pun.'' bantahku.
'' iya , tapi aku kurang suka ma sikap si Dedik itu''
'' ehm....'' . Entah kenapa dia berbicara sedkit ngotot. Seperti bukan mas Ilham saja.
'' Oya , aku punya sesuatu buat Rifqy ''
'' apa mas?''
'' nih'' sambil mas Ilham menyerahkan T-shirt hitam bertuliskan. '' You say i'm nasty but i don't give a damn''
.
'' wah, mas... Ini beli di Mana?'' tanyaku sambil membalik balikan baju itu.
'' di pasar kreneng , tadi pas nganterin boss ku aku lihat kaos itu cocok buat kamu''
'' apik iki mas, regane piro tho?''
'' 25 ribu ''
'' wow sekali mas harga nya. Mahal banget''
'' mahal gundul mu! , nyindir ga usah terang terangan gitu''
'' xixxixixi, makasih ya mas. Aku suka sekali, warna item cocok buat aku''
Ku lihat ada rona puas di mata mas Ilham melihat tingkahku yang senang. Aku bahagia sekali. Di hidupku selama ini jarang sekali ada yang memberiku sesuatu. Boleh di bilang hanya dua orang. Aulia dan mas Ilham ini.
'' Rif, kamu besok masuk apa?''
'' siang mas jam 2 , kenapa''
'' aku tidur di kost mu ya?, bosan di kamar ga ada teman ngobrol''
'' boleh mas, ayok dah''

Mas ilham tdur di kost ku malam ini. Wahahaha.... Kapan bisa tidur nya kalau ada dia bisa nya hanya bergurau saja.
'' Rif, coba pake T shirt tadi'' kata mas Ilham.
Aku pun melepas pakaian ku dan mengenakan T shir nya. Aku begitu menyukai nya. Cocok sekali buat ku dan aku melepas nya lagi tak ingin merusak nya untuk tidur.
Ketika aku hendak mengenakan kaos ku mas ilham malah menahan nya.
'' nggak usah pakai baju , kamu nggak gerah? Nggak ada kipas''
Aku nurut apa yang dia katakan. Dia pun melakukan hal yang sama. Melepas kemeja kotak kotak nya dan mempertontonkan dada bidang nya yang berkeringat.
'' Kenapa kamu itu kok kurus sih rif?''
'' tahu deh yang badan nya gede''
'' hehe, kamu jarang olah raga ya?''
'' enggak juga mas, aku sering kok. Ya pas di bali ini aja belum nemuin waktu yang pas''
''ehm...... Berarti kamu sering coli ya?''
'' ehh?'' mataku terbelalak heran.
'' enggak, aku ga sering coli, cuma sesekali saja lah mas''
'' nah lo, ketahuan, tiap malem ya. Ni buktinya sprei kok banyak noda?''
'' dasar'' aku mendaratkan bantal ke muka nya. Di malah menangkis nya dan berbalik menyerangkau. Malah jadi nya kita bergulat salah menutup wajah dengan bantal. Aku berusaha memnyembunyikan bantal ku yang ku peluk erat supaya tak bisa di ambil mas Ilham. Dia berusaha merebut nya dengan kasar dari belakang. Namun dia terdiam. Dia memeluk ku dari belakang. Kulit di dada bidang nya menyentuh kulit punggung ku.
'' Rifky'' bisik mas Ilham begitu pelan di telingaku.
''iya mas'e''
'' ayo tidur''
'' baik lah mas''
Kita tertidur tak merbuah posisi. Pelukan nya di tubuh ku makin erat. Ini lah pertama kali nya aku merasa nyaman. Pertama kali nya di dekap seseorang di hidup ku. Damaiiii sekali. Aku tarik tangan mas Ilham berharap dia makin erat memeluk ku.

chapter 4
go to chapter 4

Pohon Cemara 2

ke                      Mendengar kabar kalau aku di terima kerja Danu tampak senang. Walaupun dia tampak kusut karena menunggu ku di tempat parkir cukup lama.
'' lama banget sih rif , kulitku sampe eksotis nih '' gerutu Danu.
'' Nigga '' Jawabku singkat sambil menjulurkan lidah dan membuat Danu diam seribu bahasa. Kenapa dengan kata ''NIGGA'' ? Nanti saja aku ceritakan.

Cuaca bali yang panas memang seperti membakar kulit. Terlebih kita jalan kaki ke Centro. Walaupun tak jauh dari kost tetap saja panas ini tak tertahankan.
'' Dan , Aku beli minum bentar ya di Minimart'' kataku sambil nunjuk minimart di sebrang jalan.
''Oke, aku juga beliin ya'' balas Danu.

Dengan rasa tak sabar aku sambar 2 botol minuman isotonik untuk segera ke kasir. Ngantri nya nggak tahan. Tidak ngantri, hanya satu orang di depanku. Tapi kenapa begitu lama?. Dia pun hanya membeli sebungkus rokok. Orang ini lama sekali. mana aroma keringat nya kurang menyenangkan. Pakaian lusuh dengan penuh noda noda semen di seluruh baju dan celananya. Dan masker putih yang sudah tak terlihat putih menutupi wajah nya. Heran sekali. Di sini Kuli bangunan pun beli nya di Minimart. Mewah sekali ya, pikirku. Haha, norak nya diriku. Masa seperti itu ganjil sih, kan sudah biasa.
'' Rifqy????!!'' sapa orang itu.
Aku menaikan alis heran. Dia tahu namaku?!!.
'' Aku Ilham '' lanjut dia sambil membuka masker yang di kenakan nya.
'' Mas Ilham??!!, Kok di sini mas?'' tanyaku kaget sambil bersalaman.
'' Iya , aku kerja di sini. Itu di depan'' ucap Ilham sambil menunjuk ke pembangunan Hotel di depan yang masih dalam tahap pembangunan.
'' oh, di situ proyek nya mas. Wah , aku kost deket sini mas , aku juga kerja di Centro situ'' jelasku.
'' wah sip donk, eh ngomong2 minta tolong donk''
'' apa mas?''
'' Dompetku ketinggalan nih. ni di suruh beli rokok ma si boss''
'' oh, oke sip'' jelasku sambil membayar minuman dan rokok mas Ilham.

Ku minum minumanku tanpa ampun sambil berjalan menuju kost. Danu pun hanya sekali teguk menghabiskan setengah botol minuman nya.
'' Rif , kamu Ninja dari konoha ya?''
'' ???????? '' aku heran dengan pertanyaan Danu.
'' Kok kamu punya temen Kakashi?''
''kakashi?''
'' Iya kakashi, temenmu pas keluar dari Minimart tadi loh. Pake masker dan rambut nya putih, hahaha''
'' dasar! '' aku menjitak kepala Danu.
'' Dia itu anak banyuwangi loh, kemarin pas di Bus ketemu, eh tenyata di kerja di bangunan situ. Rambutnya bukan putih. Itu tadi kepala nya mungkin banyak kapur nya, kau ini payah'' jelasku ke Danu.
'' wah, ketemu di sini lagi Rif, Romantis nya. Kaya di film film aja. Jodoh mungkin, haha'' kata Danu sambil nyengir menggodaku.
'' Iya , kita memang jodoh untuk berteman Dan'' jawabku datar.
'' Duh Rif, kalo di becandain itu bales dengan becandaan juga donk. Nggak asik puol kamu ni mah''
'' ooo, gitu ya'' jawabku sambil menaikkan alis dan meneguk minumanku.
Dan Danu pun tak tertarik mengajak ku bercanda kembali.

Jam 13.30 siang aku sudah rapi dengan kemeja hitam dan sepatuku yang hitam mengkilap. Ini hari pertamaku merasakan yang nama nya kerja. Di kamar sebelah , kamar Danu, aku dengar dia sedang telponan sambil marahan dengan cewek nya. Aku hanya senyum senyum mendengar ucapan danu '' Ayo to yank jok marah , ngono ae marah a''
Haha itu lah sepenggal kata dari percakapan nya.

Deg deg an juga saat jalan pertama kali nya menuju tempat kerja. Pasti banyak orang baru yang nggak aku kenal. Aku nanti harus bagaimana ya? , ngobrol dengan siapa?. Semua pikiranku berkecamuk dengan pertanyaanku itu.
'' Woey! Rifqy!!'' .
Aku menoleh ke arah suara yang memangilku. Ternyata itu Mas Ilham yang sedang istirahat duduk di lantai dua bangunan yg belum jadi.
'' Woey, Mas Ilham, lagi istirahat ni!?'' Teriakku sambil melambaikan tangan.
'' Ganteng banget kamu Rif, mau kemana tu rapi amat''
'' Mau ke proyek bangunan mas''
'' hah? Proyek bangunan?''
'' haha, ya enggak lah. Aku mau kerja di Centro situ mas. Masa cakep gini percaya aku mau jadi kuli bangunan'' aku jawab sambil senyum2 bercanda.
'' Eh , jangan salah kamu. Kuli bangunan juga ada yang ganteng'' Jawab Mas Ilham sambil menunjuk2kan jempol nya ke dada nya pamer diri.
'' haiissshhh, dasar Kakashi'' aku jawab sambil terus berjalan meninggalkan nya.
'' kakashi apa Rif, woey'' teriak Mas Ilham yang makin jauh ku tinggalkan.
Lucu juga mas Ilham. Memang iya sih, Kok ada Kuli bangunan se tampan dia. Jadi artis pun dia sangat sangat pantas. Hanya kulitnya yang kecoklatan membuat dia sedikit terlihat tak ter urus. Tapi senyuman nya bagai malaikat. Seolah olah ketika dia biacara dan tersenyum itu seperti ada kupu kupu indah dari bibir nya. Haiiishhhh bang Ilham kakashi.

***********************

Hari pertama kerja yang melelahkan. Capek juga ternyata berdiri 7 jam. Tapi seru juga karena ternyata temen temen di sini penuh canda. Dan aku bersyukur konterku hari ini menjual 15 pieces jeans. aku pikir itu sedikit, tapi kata teman teman itu sudah bagus. Dia saja hari ini menjual 8 pieces. Aku jadi senang mendengar nya. Padahal satu piece celana jeans Levi's itu harga nya 699 ribu. Aku sendiri menggeleng gelengkan kepala. Ni celana jeans Mahal amat..

Saat nya me review teman teman kerja. Ya karena karyawan SOGO itu ratusan orang, Maka yang ku review hanya teman teman yang dekat konterku saja.
Sebalah kiri konterku pas ada konter Baju POLO. SPG nya cewek namanya Eci. Ini gadis tingkah nya binal banget. Tapi dia itu bercanda. Hanya saja dia suka bercanda yang erotis. Beberapa teman teman cowok banyak suka menggodai nya dan bercanda sampai terbahak bahak. Dia pun kalo menggodaku binal sekali. Seperti ini.
'' Eh rifqy , Kamu udah punya cewek belum.? Oya , aku jual obat obatan kuat loch. Mau beli nggak?, di jamin cewek mu akan kewalahan nerima pelayananmu setelah kamu minum obat itu. Tokcer pokok nya''
Jdieng, Bitch please!. Dia berbicara seperti itu dengan suara lantang. Tapi teman teman di samping hanya tersenyum dan sudah biasa.
'' Hati hati Rif, tar kamu di lahap ma Eci'' kata temenku Eka.
'' eh Eka, kok tahu sih aku suka melahab , apalagi sosis'' balas Eci ke eka yang kemudian di sambut ketawa Eka yang khas.

Teman teman yang lain ada Fandi , Herman , Nyoman , Yasa dan lain lain. Mereka adalah temen temen tetangga konterku. Baru 2 hari saja teman teman disini sudah banyak yang mengenal aku. Di sini itu adalah contoh sebuah keragaman dan kerukunan. Di sini itu ada Orang Bali , Jawa , madura , sumba dan kupang. Ada agama Hindu , islam dan protestan. Semua perbedaan itu di satukan oleh satu hal, Senasib.
Ya kira kira seperti itulah. Senasib memang. Kita semua pastinya bukan orang orang mampu dan kaya. Kalau kaya kenapa harus kerja di sini. Biarpun kadang penampilan teman teman ku itu tampan, cantik dan penampilan ala orang kaya. Tapi tetap mereka semua se nasib. Dan itu membahagiakan.

7 meter di depan konterku adalah konter nya Adidas. Yang boleh di bilang itu brand unggulan di Sogo karena harga nya sedikit di atas Levi's. boleh di bilang sejajar lah. Dan SPG nya menyebalkan. Nama nya Dedik , aku bahkan tahu namanya dari name tag di saku nya. Dia tak pernah mau ramah seperti yang lain. Ketika dia bertemu pandang dengan ku tak sedikit senyum tampak di bibir nya. Dia super cuek dan dingin. Dan itu tak cuma ke aku saja. Itu ke semua teman di sini. Baiklah, dia memang tampan. Mungkin paling tampan di antara semua karyawan laki laki di sini. Aku benci sekali mengakui nya. Rambutnya yang rapi dan kulit nya yang bersih . Dan dia begitu pandai menyempurnakan penampilan nya dengan gaya rambutnya yang keren. Keren seperti apa? Intinya keren lah. Malas sekali aku mendeskripsikan nya lebih jauh. Buang buang otak.

Jam 20.38. Siap siap untuk tutup toko dan kita semua menyapu konter kita masing masing. Aku lihat Dedik menyapu dengan cepat dan sigap. Kalau masalah pekerjaan dia memang sempurna. Penjualannya pun selalu bagus. Banyak para supervisor yang menyukai hasil kerja nya. Dia menyapu debu debu itu ke arah konterku tanpa peduli kalau itu mengotori konterku. Aku tahu dia menyadari , atau mungkin dia sengaja. Aku berhenti sejenak , memandangi dia yang se enak jidat mengotori konterku. Dia malah cuek dan kembali ke konter nya. Aku menarik nafas dalam dalam dan menyapu kembali konterku.
'' Sabar rifky, namanya juga dia senior'' ucapku dalam hati.

Akhirnya lampu toko pun di matikan, kita semua sudah berkumpul di ruang absensi. Gawat, kertas absenku tertinggal di konter. Aku pun menuju ke konter tergesa gesa dan takut setengah mati. Takut takut pintu sudah di tutup. Sialnya lampu benar benar sudah di matikan total. Aku tak bisa melihat apapun. Gerayangan, begitulah aku menuju konterku. Tiba tiba Dedik berdiri di belakan sambil menyalakan senter dari jam tangan nya. Dia tak berkata apa apa dan aku pun tak ingin berkata apa apa dan segera sigap mengambil abesnsiku sebelum cahaya itu benar benar di matikan.
Aku hendak berterimakasih dengan nya namun dia sudah melangkah membelakangiku seolah olah dia amnesia akan apa yg dia lakukan 1 menit lalu. Sudahlah, aku tak mau ambil pusing.

- Pulang kerja-

Aku jalan sempoyongan kecapaian menuju kost. Aku berhenti sejenak di depan gedung proyek mas Ilham. Sudah sepi. Pasti mas Ilham sudah tidur. Padahal aku ingin mendengar sedkit suara nya untuk menghilangkan badmood ku hari ini yang mengganjal di hati.

'' Rif, kakashi itu apa?''
Itu sms dari Ilham. Sebaiknya aku panggil dia Ilham saja. Dia hanya lebih tua 2 tahun. Sms itu membuatku senyum geli sendiri. Bagaimana mungkin dia mengingat perkataan kakashi yang konyol itu. Ya, dia sempat meminta nomorku saat pas di Minimart kemarin.
aku pun membalas sms nya.
'' kakashi itu apa ya, panjang mas, males ngetik nih''
Balasku singkat.

Dia balas lagi.

'' Ya udah, ketemu aja. Aku mau makan ni, kamu sudah makan belum?''

Ku balas

'' Belum mas, traktir aku ya mas, hehehe :D ''

'' Siiip, keluar aja. Di dkat Minimart''

Tanpa ganti seragam kerja ku, aku menuju ke warung dekat minimart. Ilham sudah menunggu dan duduk di lesehan. Goshhhhhh, dia berbeda sekali. Dia dalam keadaan bersih. Dia mengenakan celana selutut model army. Mengenakan singlet merah dan wajahnya terlihat segar. Aku tak mempercayai mataku. Apa itu Ilham? .
'' wuih, cakep banget kamu mas, tumben ga belepotan semen'' gurauku ke dia.
'' kan dah ku bilang, aku ni kuli paling tampan''
'' xixixixixi , iya bener itu mas'' aku jawab sambil cengengesan.
'' Jadi benar aku tampan?''
'' Iya''
'' iya apa rif?''
''iya itu tadi''
'' tadi apa sih?''
'' kamu tampan! Puas''
''ohhh... , eh apa? Aku nggak denger''
'' .................'' segera aku pesan makanan.

Mas ilham begitu baik. Dan dia begitu pintar. Tak ku sangka seorang kuli bangunan seperti dia tahu banyak hal. Tutur katanya pun tak pernah kasar seperti para kuli kuli di kampungku yang mulutnya seperti setan tak karuan. Kita ngobrol banyak hal dan semua dia tahu. Sperti masalah misteri segitiga bermuda , misteri danau Lochness dan lain lain. Aku benar benar tak menduga dia tahu semua itu.

Umurnya memang muda, tapi entah kenapa dia begitu dewasa dan punya aura aura mengayomi. Gurat gurat otot dan sorot mata nya yang tajam seperti bayangan atas hidupnya yang keras. Aku sebelumnya tak pernah mengobrol seakrab ini dengan orang lain. Bahkan dengan Danu pun masih sering terlalu formal.
'' Kamu di Jawa punya cewek Rif?'' tanya Ilham.
'' belum punya''
'' kok bisa? Kan kamu manis''
'' manis? Tampan maksudnya kali ya ?'' becandaku ke dia.
'' iya gitu dah, sama aja ''
'' biar di kata banyak yang bilang aku manis lah , gini lah. Lha faktanya aku nggak laku laku. Gimana nih mas?''
'' mungkin kamu terlalu manis. Namamu juga terlalu manis. Rifqy , nama itu terlalu imut buat kamu''
'' jadi menurtmu mas Ilham nama itu ga cocok?'' tanyaku.
'' iya, ga cocok''
'' gimana sih, tadi muji sekarang menjatuhkan, payah!''
'' hehehehehehe''
Aku ambil tisu dan segera membungkamkan ke mulutnya supaya dia berhenti tertawa yang menyayat hati.
Dan berhasilah aku menyumpal kan tisur ke bibirnya. Respon nya yang telat untuk menutup mulutnya denga tangan nya malah membuat suasana aneh dan serasa runyam. Bagaimana tidak, maunya mau becandain dia. Malah terlihat aku hendak mengelap bibirnya denga tisu karena tangan nya menahan tanganku. Dan kejadian itu terbeku beberapa detik. Dengan tatapan nanar dan manis nya dia menikmati kejanggalan itu. Tersadar, kita pun malah salah tingkah.
'' Ya udah, kita pulang yuk, udah malem'' ajak Ilham.
'' Iya mas, ayok''. Padahal aku tak ingin cepat cepat pulang.

Kita pun berdiri dari tempat duduk dan beranjak.
'' eh Rif, ini buat kamu'' kata Ilham sambil memberikan sesuatu padaku.
'' eh? Chocolatos?'' tanya ku heran sambil menerima chocolatos itu.
'' iya , masa buah kelapa'' jawabnya.
'' bukan gitu mas, aku pikir ini kapur''
Dia malah gemes dan mengacak acak rambutku.

Kita pulang dengan hati yang senang. Segala badmood hari ini telah di hilangkan oleh Ilham. Si kakashi dari Banyuwangi. Sejak itu aku selalu terbayang terus oleh wajah nya yang menyejuk kan itu. Rasa nya ingin terus berbagi cerita dengan dia. Apa pun pertanyaan ku selalu dia jawab dengan jawaban yang aku suka.

chapter 3
go to chapter 3

Pohon Cemara 1

                  Namaku Rifky, aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Aku anak termuda di keluargaku. Umurku saat ini 19 tahun. Aku tinggal di sebuah desa kecil di Banyuwangi. Desa itu bernama Losari. Aku anak sederhana dari seorang pasangan petani miskin di Desa itu. Biarpun miskin, tapi kami hidup rukun dan menghadapi susah senang bersama. Sebagai anak paling kecil, aku begitu di manja oleh ke dua orang tuaku jika di banding kakak kakak ku. Aku memang tipe anak yang berbeda dari anak anak desa lain nya. Aku cenderung pendiam dan tak banyak bicara. TapiAku sedikit bersyukur ber otak lumayan encer. Yang cukup aku banggakan ketika waktu sekolah dari SD sampai SMA selalu menduduki peringkat 3 besar. Aku jarang keluar rumah. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah seperti membaca buku , bantu orang tua. Kadang sesekali ke sawah untuk membantu ayah dan ibu. secara sifat aku memang sedkit punya sikap yang berbeda. Aku itu cenderung pendiam. Tapi bukan berarti aku selalu bersikap dingin. Aku selalu senyum pada siapapun yang menyapaku. Hanya saja dalam sebuah obrolan , aku jarang sekali menunjukan kalau aku ingin lebih akrab. Aku hanya menjawab seperlu nya. Kadang itu mungkin yang membuatku sulit untuk beradaptasi dan banyak teman seperti yang lain. Tapi aku punya sahabat yang baik dan memahamiku lah.
Aku baru saja menyelesaikan sekolah SMA ku. Rencana punya rencana aku ingin kerja di luar kota. Kerja di mana pun yang penting aku tak harus jadi kuli bangunan seperti kebanyakan teman teman di desaku lain nya. Aku sih sebenarnya mau saja jadi kuli bangunan. Hanya saja fisik ku itu terlalu lemah , dan tak se kekar teman teman di kampungku. Lagi pula aku tak ingin banyak merepotkan orang tuaku. Aku ingin mandiri dan seandainya bisa aku akan membantu mereka walau tak seberapa. Awalnya orang tuaku tak mengijinkan aku tapi aku meyakinkan mereka kalau aku akan baik baik saja. Akhirnya mereka bisa melepasku dengan berat hati.

             Hari itu, aku sudah putuskan untuk kerja di Bali. Aku dapat informasi pekerjaan di Bali dari temanku , kakak kelas ku dulu di SMA. Tanpa basa basi aku pun membulatkan tekad untuk merantau ke pulau sebrang. Ah , sperti mau keluar negri saja. Banyuwangi dan Bali kan dekat. Aku akan sering sering pulang. karena aku mudah rindu pada apapun di desaku itu. Ayah , ibu dan kakak kakak ku. pasti juga akan ada yang rindu berat padaku. Aulia , bunga desa itu begitu menyukaiku. Memang tak benar benar dia menyatakan nya. Tapi dari sikap nya yang suka curi curi perhatian saat di hadapanku. Kita memang sering di jodoh jodohkan oleh ibu ibu di kampung. Mereka bilang kita serasi. Sama sama manis dan kalem. Ya, begitulah kata orang orang itu. Aku hanya tersipu mendengar kata kata mereka.

                 Sebelum hari keberangkatanku ke Bali. Benar saja Aulia datang kerumahku. Ini hal yang langka. Biasa nya dia malu malu walau hanya sekedar bertemu pandang. Dia selalu menyembunyikan pipi merahnya di balik jilbab nya. Aku pun tak siap dengan kedatangan nya. Karena jujur aku pun pemalu pada nya. Aku pun sebenar nya tak ada rasa spesial padanya. Tapi aku hanya bersikap ramah dan sopan. Walaupun seperti biasanya aku tak menunjukan bahwa aku tertarik untuk lebih akrab.

                   Padahal dulu waktu kita kecil kita selalu bermain bersama. Namun , dia kembali dari pondok pesantren di Jawa tengah dalam keadaan sudah dewasa. Dia mungkin tak mengira kalau aku di umur dewasa akan semenarik ini. Ya , itu hanya dugaanku. Karena aku pun demikian. Begitu mengagumi perbedaan yang begitu jauh. Sekarang dia jauh lebih cantik , manis ,putih dan ramah.
'' kamu kapan berangkat ke Bali Cak Rif?''
Tanya Lia padaku. Dia memanggilku dengan panggilan ''cak'' yang berarti kakak. Padahal kita seumuran. Mungkin itu bagian dari rasa sopan nya.
'' Besok Lia , Lia mau ikut?'' aku mencandainya. Dia hanya senyum senyum malu.
'' Hati hati ya cak , oya, ada sesuatu buat cak rif'' ucap lia sambil memberikan sebuah buku. Bukan, itu bukan buku. Itu Al Qur'an.
'' Lia?? Kenapa kamu ngasih aku Al-Quran?'' tanyaku.
'' menurut cak rif , apa fungsi alqur'an buat cak rif?'' dia balik bertanya dengan senyuman manis nya.
Aku pun tak berkata apa apa hanya menrima pemberian Aulia itu dengan hati yang bahagia. Begitu baik sekali gadis ini. Pujaan semua pemuda di kampung ini. Kadang aku begitu menyesali diriku kenapa aku tak bisa mencintai nya.

                Sabtu sore aku di antar mas Hafiz ke pelabuhan ketapang. Tas yang penuh dan sebuah kardus yang berisi macam macam turut serta dalam perjalanan ku. Ibu ku , membekali ku barang yang banyak. Yang menurutku rasanya tak perlu ku bawa. Tapi demi menenangkan hati nya aku pun nurut. Kaos hitam dan topi hitam terlihat begitu kontras dengan kulitku yang putih. Ya, topi ini juga pemberian Aulia.

                Aku pun mencium tangan mz Hafis dan berpamitan. Se Jujur nya ini pertama kali aku bepergian jauh sendirian. Biasa nya di temani keluarga atau kadang teman. Tapi kali ini aku sendirian. Perasaan berat , tertantang dan juga takut berkecamuk di pikiranku. Pikiranku terlalu menerawang jauh tentang bagaimana aku di sana? , Bgaimana kehidupanku di sana.

                 Setelah membeli tiket aku segara menuju ke kapal. Dengan penampilan khas pemudik lengkap dengan tentengan kardus, aku melangkah menginjakkan lantai kapal dengan rasa sedikit takut. lelash sekali , aku ambil duduk di atas. Di Deck atas yang bisa jelas melihat pemandangan laut selat bali dan juga belaian angin. Aku segera sms Danu temenku kalau aku sudah di kapal. Supaya dia bisa siap siap menjemputku. Danu teman yang mengajak ku kerja di Bali itu, kakak kelasku.

              '' Keep giving me hope for a better day . Keep giving me love to find a way. Through this heaviness I feel. I just need someone to say, everything's okay ''
              Alunan lagu ceria Lenka ''everything ok'' begitu menghanyutkanku sambil menikmati keindahan lautan yang tenang. Deru mesin kapal sama sekali tersamarkan oleh musik yang tersalurkan dari HP ke telingaku lewat kabel headset. Sesekali aku mengalun alu pelan sambil mengangguk anggukan kepala menikmati musik ini.
'' mas .... Mas ... Mas....''
Seseorang menepuk pelan pundak ku. Karena aku tak mendengar panggilan nya.
Aku pu n melepas headsetku dan berbalik badan.
''iya mas?'' tanyaku.
''punya korek nggak?'' Tanya pemuda itu.
''nggak punya mas, aku nggak ngerokok''
''oke makasih ya'' dia pun pergi mencari korek apai ke orang lain.

              Aku  kembali memasang headsetku untuk menikmati kembali musik yang terputus tadi. Kembali aku terbawa suasana lagu nya Lenka ''two''.
''mas'' oke, panggilan itu cukup sekali saja segera aku sadari.
'' iya mas?'' jawabku . Pemuda itu kembali lagi dan rokok nya sudah berapi dan panas. Apa pula mau ini orang? Tanyaku dalam hati.
'' Mau ke Bali ya mas?'' tanya nya.
''iya'' jawabku singkat. Adakah kapal ini menuju ke papua? Ya pasti ke Bali lah. Aku menggurutu dalam hati.
'' Kuliah?'' tanya nya lagi.
''enggak mz, kerja'' ini orang se norak itu kah. Mana ada orang kuliah bawa kardus kaya gini.
'' o, aku pikir kuliah mas. Kaya anak kuliahan sih'' jawab nya enteng nyaris sangat sedikit senyum dan sambil menikmati rokok nya.
                 Orang yang aneh. Topi coklat nya di pakai terlalu dalam sehingga sedkit menutup setengah wajah nya. Tas di punggung nya jauh lebih besar dan sesak dari punyaku.
'' kerja di Mana mas?'' tanya di kembali.
'' di Daerah Kuta mas'' aku jawab seperlunya saja dan melanjutkan kembali kesibukanku dengan HP ku.
Orang ini menyeramkan, pakaian nya kaya preman. Celana jeans nya di sayat pas di bagian lutut dengan gaya khas preman. Badan nya yang tinggi dan lengat berurat nya menambah kesan preman nya. Dali dalih karena aku takut aku berusa ramah dan menanyainya balik.
'' mau ke Bali juga mas? Bali mana?'' tanyaku.
'' Belum tahu bali mana, tergantung proyeknya ada nya dimana' jawabnya datar.
'' kerja di proyek? '' tanyaku.
''iya, aku cuma kuli bangunan kok''
''oooo''. Pantas saja penampilan nya seperti preman. Sekarang aku tahu, dia tak mungkin bermaksud berpakaian preman. Hanya saja dia tak peduli dengan penampilan nya itu.

                                                                ************                Kapal mulai merapat di pelabuhan Gilimanuk. Para penumpang mulai berhamburan dan sibuk mempersiapkan diri untuk keluar kapal. Mas preman tadi telah berlalu tanpa berkata kata lagi dan aku pun juga tak peduli. Aku cek semua barangku takut ada yang tertinggal. Pintu keluar yang berdesakan. Payah , diantara semua orang yang naik kapal hanya aku saja yang tak memakai kendaraan. Dan terpaksa dari pelabuhan ke terminal bus aku jalan kaki. Untung saja tak terlalu jauh. Hanya saja barang barang ini terlalu berat bagi tubuh ku yang sedkit kurus ini.

                   Bersyukur sekali akhirnya aku sampai di terminal dengan keringat deras dari kulit. Segera saja aku naik bus jurusan Ubung. Damn , bus nya penuh. Untung saja dengan sedikit usaha keras aku bisa naik tapi belum dapat tempat duduk. Benar benar sial , giliran ada yang kosong tapi posisi penumpang nya seenak nya saja. Karena aku kecapekan berdiri aku pu memberanikan diri untuk meminta ijin pada orang yang duduknya aga tiduran dan memakan tempat itu. dia sengaja acuh pada penumpang lain dengan menutup kan jaketnya ke muka nya dan melipat kedua tangan nya di dada.

                 Dia pun menggeser duduk nya tanpa berkata apa apa dan aku mensyukurinya.
'' Kamu lagi?'' kata orang yg tadi tiduran di sebelahku.
''???????'' aku mengernyitkan dahi tanda tidak paham. Dia bilang ''kamu lagi'' padahal ketemu saja baru kali ini.
'' aku yang tadi di kapal , masa ga kenal'' katanya.
aku pun makin mengernyitkan dahi. Mengamati orang ini. Oh benar saja, lihat celana yang robek robek ala preman itu. Tentu saja aku tak kenal, di kapal tadi dia mengenakan topi yang menutupi wajah nya sekali. Kali ini dia melepas topi nya. Mas kuli bangunan itu seperti power ranger yang tak sedang bertransformasi, payah. Kembali ku amati dia , rambut hitamnya yang kemerahan mungki karena sering di bawah matahari. Hanya saja , apa benar itu dia? Si preman itu?. Soalnya wajauh nya jauh lebih tampan dan terlihat sopan dan menyejuk kan. Bibir manis nya begitu jauh menutupi kejelekan akan kulit gelap nya. Ya, kulit gelapnya jauh terkalahkan oleh bibir manis nya.
Aku pun sedikit lega. Karena aku pikir dia berwajah beringas ala preman. Dan aku tak jadi takut pada nya.

'' lha mas ini , kok ketemu lagi sih mas?'' ucapku dengan expresi sok kaget, tapi memang kaget sih.
'' kenapa mas, nggak nyangka kalo aku ganteng ya?'' dia bercanda sambil senyum manis.
'' heh' pecundang'' , kataku...maksudku kataku dalam hati saja.
'' hehehe '' jawabku tertawa kecil dan malas.
'' Nama nya siapa mas?'' tanya nya padaku sambil mengulurkan tangan.
'' Fikri maz, kamu?'' jawabku sambil menjabat tangan nya.
'' Ilham'' jawab nya.
'' tinggal di mana mas?''
'' di Rogojampi''
.............
............ (percakapan panjang).......

                      Intermezzo ya ini pastinya. Hal hal perkenalan seperti ini pasti sering terjadi pada banyak orang. aku berkenalan dengan nya. Ternyata dia pandai melucu. Aku pun berhasil di buat nya tertawa gara gara cerita nya pas waktu SD nya dulu.
'' lho , mas fikri bisa tertawa juga tho?, aku pikir anti tertawa hahaha'' goda nya yang benar benar menusuk hati.
'' aku akan tertwa kalo cerita nya fokus di depanku'' aku jawab dengan aneh. Entahlah apa dia paham akan jawabnku. Bahkan aku sendiri kurang memahaminya.

Aku terbangun dari tidurku di pundak Ilham. Menyebalkan sekali kenapa harus tidur di pundak nya. Dia juga tampak tertidur bersandar di jendela bus. Segera aku beringsut menjauhinya namun malah membuat nya dia terbangun.
''ehhh.... Udah sampe mana?'' tanya Ilham sambil menggeliatkan badan nya.
'' ga tahu nih nyampe mana?'' jawabku.
Kurasa perjalan masih beberapa jam lagi. Satu , dua , tiga aku tertidur lagi.

                 Aku terbangun untuk ke dua kali karena goncangan bus. Aku terbangun dari pundak Ilham lagi dan aku merasakan kepala Ilham juga bersandar di kepalaku. Posisi ini seperti sepasang kekasih saja. Aku membuka mata namun masih tak berani bergerak. Nafas halus nya begitu dekat dengan pendengaranku. Bisa ku rasakan betapa lelap nya dia tertidur. Aku tak tega membangunkan nya. Maka aku biarkan dia tertidur bersandar di kepalaku. Walau kepalaku sedikit sakit tapi tak apa.

                                                        *******************

                      Sekitar pukul 6 pagi aku terbangun. Mendapati tempat kost ku yang berantakan karena aku belum sempat membereskan barang barang ku yang hanya sekedar ku taruh saja. Danu masih terlelap di sampingku. Ah , biasanya aku di Banyuwangi bangun kurang dari jam 5 pagi. Kenapa aku se siang ini ya sekarang?, mungkin karena aku kecapean. Aku ambil hape ku dan melihat jam. Ternyata jam di HP ku masih menunjukan jam 5 pagi. Beda dengan jam dinding di kost ini. Ya , aku baru sadar kalau sekarang aku di Bali WITA.

                    Mandi pagi ku selesai. Walau tak sesegar air di kampung tapi lumayan membuatku fresh setelah perjalanan kemarin. Ku dapati Danu sudah terbangun dan sibuk dengan ponsel nya.
'' Kamu udah buat surat lamaran belum rif?'' tanya Danu.
'' udah Dan , aku buat 5 malah''
'' kamu pengen kerja di mana Rif? , aku sih ada 3 pilihan buat kamu''.
''Di mana aja Dan?'' tanya ku kembali.
'' Pertama di hotel , aku dapet info lowongan dari temenku. Cuma di situ kamu harus siap untuk sift malem yang kemungkinan sampe pagi. Yang ke Dua di restoran , kalo di Restoran gaji aga sedikit lebih tapi harus tenaga lumayan extra. Datang pagi dan pulang kadang larut malam. Dan yang ke 3 di Sogo , semacam ramayana dan matahari gitu rif , cuma kalo sogo lumayan untuk kalangan menengah ke atas. Masalah waktu ini paling nyantai, cukup 7 jam kerja. Cuma gajinya UMR aja sih dan sedikit ada tambahan''. Danu menjelaskan dengan tanpa basi basi dan jelas. Aku pun mulai berpikir pikir. Ya sebagai pelajar yang hanya lulusan SMA memang tak bisa untuk cari pekerjaan yang lebih dari itu. Ku timbang timbang akhirnya aku putuskan untuk di SOGO saja.
'' Kamu yakin mau di SOGO?'' tanya Danu.
'' Iya dan, aku masih belum bisa kayaknya untuk yang berat berat , SOGO itu di mana sih?''
'' Sogo itu di mall discovery, yang semalem kita lewatin'' jelas Danu , aku mengingat nya dan itu tak terlalu jauh dari kost ku. Masih bisa di tempuh jalan kaki 10 menit.
'' oh , di situ. Ya udah aku gpp dah di situ. Kamu temenin aku nganterin surat lamaran nya ya Dan''.
'' iya aku anterin, ga usah khawatir, kalo kamu ga betah bisa pindah cari kerja lain. Kalo di Bali cari kerjaan itu tak se sulit di Jawa. Di sini malah sering perlu tenaga kerja'' terang Danu yang membuat aku begitu lega.

                 Besok pagi nya aku di antar Danu ke SOGO untuk naruh surat lamaran. Sesampai di pintu karyawan Danu menyuruhku masuk sendiri. Ah, aku benar benar takut. Ini pertama kali seperti ini. Aku terus mendesak Danu untuk mengantarku tapi dia tak mau. Dia bilang aku harus belajar berani. Lagi pula nanti kalau aku di wawancarai aku juga harus sendiri.

Aku masuk dan di sambut security kantor.
'' ada perlu apa mas?'' tanya si security.
'' mau naruh surat lamaran pekerjaan'' jelasku sambil menyerahkan amplop surat lamaran.
'' masuk aja mas, soalnya di sini langsung interview, ga perlu nunggu di telpon'' jelas pak security. Apa?, langsung interview? Baiklah , siap tak siap aku siap.

               Aku masuk menuju ruangan interview. Sial, ternyata tak hanya aku. Ada sekitar 8 orang yang hendak interview. Mereka sedang asyik bercakap cakap dengan bahasa Bali yang tak aku mengerti. Canda mereka terhenti sejenak karena kedatanganku. Mukaku benar benar me merah. Mereka semua mengamatiku dari ujung kaki sampe ujung kepala. KU lemparkan senyum pada mereka semua sambil bilang ''permisi'' dan segera ambil tempat duduk yang kosong. Mereka masih terdiam , beberapa ada yang berbisik bisik kecil ke teman nya. Aku mulai tidak nyaman, apa ada yang salah dengan penampilanku. Bisikan bisikan mereka rasanya sedang membicarakanku. Baiklah , abaikan.

               Pak wahyu masuk ke ruangan dan membuat kita semakin tegang. Nama pak Wahyu terlihat jelas pada Name tag di dada nya. Pertama, pak wahyu memperkenalkan diri. Dia masih tetlihat muda. Ternyata dia baru berumur 27. Ke dua , giliran kita di suruh memperkenalkan diri masing masing. Damn , kenapa acara seperti ini selalu ada.
Majulah kita semua satu persatu.
Satu Ngurah, selesai. Dua Arya , selesai. Tiga Eka budayasa , selesai. Empat Ni Luh vina , selesai. Lima Sayful , selesai..... Tunggu, nama sayful nama orang bali kah?. Enam , Desi , selesai. Tujuh Davio , selesai. Delapan
'' perkenalkan , nama saya Rifqy Aghady. Umurku 19 tahun. Saya asli Banyuwangi. '' selesai, dan aku tak pernah punya keinginan untuk memperpanjang kata kata.

           Sesi introducing yang ke kanak kanakan itu selesai. Pak Wahyu menjelaskan bahwa kita harus melakukan beberapa tes. Karena hari ini SOGO butuh 1 orang karyawan SOGO tetap atau di sebut pramuniaga dan butuh juga beberapa SPG beberapa brand yang kebetulan spg nya resign.

               Tes demi tes selesai. Tanpa basa basi aku lah denga hasil terbaik. Maka aku pun di panggil ke dalam untuk di beri arahan. Pak wahyu memberikan 2 pilihan. Jadi pramuniaga atau jadi SPG di brand favorit Levi's?. Aku sempat terdiam, namun aku memilih untuk jadi SPG saja. Pak wahyu pun setuju. Dan resmilah aku di terima di SOGO. Setelah di beri penjelasan sana sini aku pun pulang dengan perasaan senang. Akhirnya mulai besok aku kerja.
chapter 2
go to Chapter 2


Senin, 13 Agustus 2012

What Is Friend? (chapter 2)


*********************************   KOST  *************************************

               Pagi pagi aku dan Ardan   berangkat sekolah bareng. Dan sampai di pertigaan kita berpisah.
''bro,tar pulang sekolah anterin aku ke warnet lagi yo!!'' teriak ardan dari kejauhan
''oke!!!'' balasku dengan suara lantang.

                Pukul 14.00 aku sudah sampai di kost terlebih dahulu. Tumben Ardan belum pulang,  biasanya dia dlu yang sampai kost. Ku keluarkan amplop berisi uangku yang hendak aku belikan HP baru. Aku senang sekali hari ini . Aku di beri uang 2juta oleh nenek untuk beli hape baru. 1,5 juta akan aku  gunakan untuk beli hape lalu ku selipkan pembatas bertuliskan
''buat beli hp'' di kertas kecil itu dan ku lipatkan di tumpukan uang  1,5juta itu. Begitu juga di uang
yang 500ribu, ku selipkan kertas bertuliskan ''buat bayar skul''.
             
              Belum sempat aku sibuk membereskan uangku,tiba-tiba Ardan masuk.
''ueehh...banyak uang ni bro'' godanya padaku sambil tertawa.
''hehe...aku mau beli hp bro,kaya punyamu'' terangku padanya.
''wah,bagus donk'' dia tersenyum.

             Tapi aku lihat ada yang berbeda dengannya. Dia tampak murung dan kebingungan. Aku segera  mengkap gelagatnya yang tak biasa .
''km kenap bro?'' tanyaku  penasaran.
''gpp bro''dia jawab dengan malas.
''bohong ah, udah cerita aja ada
apa?'' Desak ku pada nya. namun dia ngotot tak mau membertitahuku. namun aku juga terus memaksanya dan akhirnya dia buka mulut.
''uangku ilang bro 300ribu, padahal buat bayar iuran  komputer besok''
terangnya secara to the point dengan murung.  Di menceritakan awal mulanya. Sepertinya dia ragu ragu,apakah benar hilang atau lupa naruh.
''gimana uangnya bro?, pecahan berapa? '' tanyaku sambil bantu nyari nyari di kamar.
''6 lembar pecahan 50rbuan bro'' .

Ku bantu dia mencri di bawah kasur,di lemari, di tas nya. Nyaris semua tempat di cari tapi hasilnya nol.
''kamu pake uangku aja ya bro''
''jangan bro'' jawabnya singkat sambil mengobrak abrik lemarinya.
''udah gpp, pake aja'' jelasku.
''aku bilang ga usah ya ga usah!! kamu denger ga sih!!'' teriak
ardan dengan emosi tanpa menoleh ke arahku.
           
             Aku tidak menyangka tawaranku malah membuat dia marah.  Tak pernah aku melihat ardan se marah ini, se kasar ini bicara padaku. Tapi perlahan aku memaklumi pikirannya yang sedang  kacau. Aku hanya bisa diam dan  tertunduk. Dia mendekatiku.

''maaf bro aku emosi, ga usah my bro, itu kan buat beli hp mu,aku bisa pnjem temen lain kok'' dia
berkata begitu halus sambil tangannya menepuk-nepuk bahuku. Aku cuma bisa mengangguk.

''ya udah, aku pinjem ke temanku dulu ya bro'' ucap ardan sambil keluar kamar.

             Setelah 30 menit dia kembali. Dari raut wajahnya tampak sepertinya dia tak mendapat pinjaman itu. Aku tak berani untuk menawari bantuan untuk yang kedua kali. Takut dia marah lagi. Dia terbaring di sebelahku dengan tumpuan kedua tangannya di kepala. Raut wajahnya tampak lelah. Akhirnya dia tertidur. Aku pandangi wajahnya yang menyejukkan itu. Wajahnya tampak penuh keringat.
''ah...ingin sekali aku membantumu kawan,tapi aku bingung '' ucapku dalam hati sambil menatap wajahnya yang terlelap.
Ku usap kening nya yang penuh keringat. Dan lagi lagi aku tak bisa berpaling dari memandang wajah nya. Sebenar nya kenapa dengan diri ku. Perasaan ini benar benar menakutiku . Aku ngeri seandainya benar perasaan itu terjadi. ah, itu tidak mungkin.

              Akhirnya di tengah lamunanku aku punya ide. Diam-diam aku taruh uang 300 ribu di bawah
tumpukan pakaiannya. Mungkin  harus begini caranya karena aku tak berani untuk yang kedua kali menawarinya bantuan ku. Sebenar nya aku paham kebingungan nya. Kemarin kemarin dia juga cerita tentang administrasi komputer nya.

              Ke esokan paginya, Ardan bangun terlebih dahulu sementara aku yang terbangun karena suara gaduh nya masih pura pura tidur. Dia masih sibuk mencari cari uangnya.  Akhirnya dia membuka lemarinya dan menemukan uang yang ku taruh semalam.

''broooo!!!!,uangkuu ketemuu'' teriak ardan kegirangan.
aku yang kaget segera terbangun
''eh? Ketemu dimana bro? Tanyaku pura-pura tidak tahu.
''di bawah pakaianku bro''
''syukurlah''senyumku padanya.

Wajah ardan kembali ceria. Dia tampak fresh pagi ini. Aku yang menyaksikannya ikut senang. Mungkin ini caranya aku membantunya.

         Ah... Hari sabtu yang melelahkan, aku pulang sekolah lebih awal karena ada sesuatu di sekolah. Akhirnya aku pulang pukul 9 pagi. Aku putuskan segera mudik kerumah tanpa pamitan ardan terlebih dulu karena dia belum pulang.

        Seperti biasa ku habis kan waktu weekend ku dengan teman teman rumah. Sabtu dan minggu itu berarti waktu di mana harus tak ada buku.
                
               Bro, besok datang ke kost nya jangan Senin pagi ya , minggu sore ajaSMS singkat dari Ardan yang membuat hatiku ber bunga-bunga. kenapa ya tiba tiba dia begitu?. rindukah dia padaku? haha.

            Ke esokan harinya di minggu sore, aku kembali ke kost lebih awal dari biasanya. Aku tahu Ardan sekarang juga sudah di kost. Dan setelah masuk kamar benar saja dia ada di kamar.

'' Eh, udah nyampe duluan kamu bro, tumben sih dateng nya sore sore gini'' Sapa ku ke ardan.

           Tapi tunggu dulu, aku merasa ada yang tidak beres. Tatapannya begitu beda. Seperti ada aura marah di matanya .

''mana HP barumu bro?'' dia bertanya padaku, aku yang tak siap dengan pertanyaan itu menjawab sekenanya .

''ee...anu bro, belum beli, aku nitip ,mas ku aja,dia mau ke Surabaya'' jelasku sedikit gugup.
''ini apa bro?'' tanya ardan sambil menunjukan secari kertas yang bertuliskan  ''buat beli hp''.
''aku nemuin ini di sela uangku kemarin, itu uangmu kan bro?''sambung ardan dengan
pelan namun seperti menahan emosi.

Otak ku seperti seketika itu gosong di sambar petir. Kenapa aku bisa se bodoh itu.

''jawab broo!!!!!!!'' teriak ardan ke wajahku.

Dia benar benar marah besar padaku. Aku cuma bisa dia mematung di depannya.

''aku cuma ingin membantu bro'' ucapku lirih sambil menunduk.
Aku benar benar tak kuasa menahan luapan emosi ku. Bukan emosi untuk marah tapi rasa nya mataku pedih ingin ngeluarin air mata. Aku bingung, sungguh sebenar nya aku hanya ingin membantu nya. Dia sudah banyak membantu ku.

''tapi bukan gini caranya!!!!'' bentak Ardan.

Ini benar benar gawat. mataku....Tak kuasa aku di marahi sperti ini. Dengan ku sadari aku netesin air
mata. Walau sampai tak ter isak isak tapi merah mataku tak bisa aku sembunyikan.  .Memalukan sekali pikirku bisa nangis di depan orang yang seumur-umur belum pernah ku lakukan  Sebenar nya aku takut , aku taku Ardan benci padaku. Karena dia sahabat terbaikku. Takut sekali.

''Aku minta maaf bro'' Kata kata ku begitu lirih dan terasa serak .

Ardan yang menyadarinya mendekatiku.

''maafin aku my bro,aku cuma ga ingin ngerepotin kamu, apa lagi menyangkut sebuah uang'' ardan berkata dengan halus. Aku lihat emosi nya benar benar lenyap dan itu membuatku sedikit lega. Dia
memelukku dengan tenangnya. Rangkulan yang begitu aneh. Bukan cara dia saat merangkul ku tapi dada ku ini seperti berhenti berdetak. Aku pun membalas merangkulnya. Tak banyak kata yang terucap dari nya. Dia minta maaf padaku dan akhirnya semua baik baik saja.

           Apapun yang terjadi . apa pun keputusan nya nanti ataupun sekarang , Aku tetap menyayangi sahabat ku itu.

           Setelah beberapa hari sejak kejadian itu, keadaan kembali normal. Minggu sore aku sampai kost seperti biasa. Ardan pun sudah ada di kost. Terkejut sekali, ardan membawa bebrapa foto yg di cetak. Tentu saja isi foto itu adalah dia  dan aku di berbagai tempat. Ada satu foto yang aku suka. Saat kita foto di balkon. Foto itu di edit se demikian rupa. Tak lupa di situ ada tulisan '' what is
friend? friend is u n me'' tulisan itu berada di tengah2.

''wihh...keren bro, dapat dr mana kata-kata itu'' tanyaku sambil tak henti henti nya melihat lihat foto itu.

''haha..nggak tahu bro,aku copy paste dari sebuah tulisan'' jawabnya cuek.
aku tak melanjutkan pembicaraan. Tapi yang pasti , aku kecewa berat dengan jawaban nya tadi. Tadi nya aku senang serasa elang yang terbang di langit. tapi dengar jawaban nya, burung elang itu berubah bentuk jadi burung pipit kecil. tak bisa terbang tinggi dan terjatuh . Lebih parah nya tu burung jatuh nya ke aspal. Mungkin dah -mecodot- tu burung. Ah.. seburuk itukah perasaanku. Lebay!!!!
''hahaha'' aku tertawa nyaris tanpa expresi karena malas.

                Dia tempel foto itu acak di  dinding. Dia tempel acak tapi dalam satu tempat. Wajar saja dia begitu , sudah hampir dua tahun kurang kita bersahabat. Iya, kita sudah dua tahun. cerita yang setiap hari kita jalani berbeda ternyata sudah selama ini. se andainya ku ceritakan semua, mungkin  dua tahun pula aku selesai mengetik nya. Walaupun terkadang hal itu ingin aku lakukan.



******************************  ICA OH ICA ********************************
sebenar nya aku benci menulis bagian ini. tapi ini semua berhubungan.              

             Selasa sore yang cerah. Matahari memancarkan cahaya senjanya di atas lapangan yang
hijau. Sore itu aku jalan-jalan dengan ardan di GOR Tawang alun dekat sekolah. Kita biasanya seminggu sekali jalan-jalan kesini. Ya sekedar lari-lari sekaligus cuci mata.

              Aku dan Ardan duduk di trotoar jalan raya di gor yang hanya berisi muda mudi yang sedang lari-lari olahraga sore.
''eh broo... Lihat tu, buset ..manis bener tu cewek'' ucapku pada ardan.
''mana bro?'' tanya dia penasaran.
''Itu'' aku mennjuk pada gadis seumuran ku.
Dia memakai kaos pink, rambutnya di kuncir dan dia memakai earphone di telinganya sambil lari lari.
''kita samperin yok bro'' usul ardan dan langsung aku setujui.
''mbak sendirian aja, mana temennya?'' basa basi ardan yang mengejutkan gadis itu.
''eh?,,iya aku cuma sendirian'' Jawab gadis itu sambil senyum manis.
Kita  berkenalan dengan cewek itu yang ternyata bernama Ica. Kita tuker tukeran
no hp.

***
Singkat cerita , setelah sebulan berkenalan dengan Icha. Icha cewek yang baik dan ramah. Akrab dengannya tak susah. Kita bertiga sering ke mall bareng dan sering renang bareng. Saat komunikasi , icha tidak pernah pilih kasih. Dia adil membalas sms aku dan ardan. Karena kebaikannya itu, diam diam aku menaruh hati padanya. Dan ternyata Ardan pun demikian. Padahal kita masing-masing sudah punya pacar.

           Begini cerita nya.  Aku dan Ardan sudah punya pacar. Pacarku Putri. Aku jadian dengannya 3
tiga bulan lalu. Dan pacar Ardan bernama Rini, mereka jadian dua bulan lalu. Putri pacarku gadis
manis berjilbab. Sedngkan Rini gadis cantik namun tak berjilbab, bahkan ku pikir dia tampak terlihat judes. Tapi entahlah..aku ttak tahu. kalian tahu, kita sekarang sudah kelas 3. Dan bulan depan kita akan ujian nasional.

                  Ica yang lembut sudah mengetahui kalo aku dan Ardan punya pacar. Ica bertanya padaku lewat sms

''aldy, boleh ga aku berteman
dengan cewekmu? Biar kita ga ada
salah paham''

Aku pun meng iya kan permintaannya. Aku kasih ica nomor Putri pacarku. Setelah beberapa hari ternyata kini Ica dan putri jadi teman baik dan akrab. Aku tahu hal ini konyol. tapi jika Icha yang meminta aku pun tak kuasa.

               Kini giliran Icha meminta pada Ardan untuk mengenalkan ceweknya ke Icha. Ardan pun setuju. Ica mengirim sms ke Rini .
''hai rin, aku temennya ardan ...................''

                Jariku serasa lemas setelah sms san dengan icha di kamar. Kebetulan Ardan saat itu ada kegiatan di sekolahnya. Lalu
karena merasa sepi,aku kembali sms icha.

''ca, aku main ke kost mu ya?'' sms ku ke ica
''ngapain di?''bls ica ''ya pengen main ja''
''oke deh,tapi tar aja jam 3 ya''
''oke deh''.

             Aku jam 3 hendak ke tempat icha, karena skrg sudah pukul 14.30 jadi aku harus buru-buru.
Setelah mandi dan siap berangkat, aku kembali sms Ica .

''ca,aku ke situ sekarang''
Namun beberapa kali sms ku tidak di balas nya. Aku pun memutuskan langsung saja ke kost nya.

           Kost nya yang biasanya sepi itu begitu ramai ketika teman-temen kost nya yang lain sedang nge rumpi di teras.
''Ndin,Icha mana? '' tanyaku pada Andin teman kost Icha.

''kayaknya di kamar di'' jawb andin.

Aku hampiri saja ke kamarnya. Ku ketuk pintu tapi ica tak menjawab. Ku ulang terus tapi dia tetap tak merespon. Akhirnya aku buka pintu, ku lihat Ica duduk di kasurnya,dia berlinang air mata. aku yang penasaran mendekatinya.

''kamu kenapa ca?'' tanyaku khawatir.

Namun dia tak menjawab. Ku ambil HP nya yang terjatuh di lantai. Di layar itu ada sms yang masih terbuka. Yang isinya .

''heh, lho itu perempuan gatel, bisa ga sih ga ikut campur urusan orang? nggak usah ganggu pacarku, Pelacur''

aku terkejut baca pesan itu . Dan aku lebih terkejut lagi bahwa sms itu dari Rini pacar Ardan. Aku yang kebingungan berusaha menenangkan Ica. Namun usahaku sia sia. Dia masih mematung sambil menangis.

            Aku jadi geram. ada aja orang yang tega nyakitin gadis sebaik dia. Aku begitu menyayangi  icha. Aku tak mau dia menangis. Aku tak terima dia di guncing sperti itu.

           Aku segera pulang dari kost Ica. Sampai di kost ku ,aku sms Rini .

''heh rin, kamu sms apa ke ica? Kamu itu cewek,seharus nya kamu tahu cewek kalo di katain pelacur
itu sakit, sebelum ngatain orang lain, instropeksi diri dlu donk!!!''

          SMS ku berisi kata-kata yang pedas buat Rini. Aku benar benar geram padanya. Ya mungkin ica juga salah, tapi cara Rini menolak juga sangat salah.

            Aku masih sibuk dengan hp ku di atas kasur ku. Ardan datang tiba-tiba
tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Di menaruh tas nya di atas meja belajar.

'' kamu sms apa ke rini?'' tanya Ardan pelan namun dingin.
''oh, ember juga mulut pacar kamu'' jawabku pelan tanpa mengalihkan pandanganku dr hp ku.
''jaga mulut kamu!!'' ancam Ardan.
''jaga mulut katamu? Bisa ga kamu ngajarin pacarmu jaga mulut juga''.
''tapi kamu seharusnya ga usah ikut campur!!''
''masa bodoh!!, aku sayang sama Icha, aku ga suka dia di katain pelacur sama pacarmu yang bermulut tajam itu, jangan-jangan dia sendiri pelacur!'' kataku begitu ber api-api ,aku sampai tak sadar apa yang baru ku katakan. Wajahku panas,mataku merah menahan emosi.

''resek kamu bro!!!'' teriak ardan ,dia memukul lenganku dengan kerasnya sampai aku merasa sakit sekali. Aku pun yang emosi balik membalas pukulannya di dadanya. Dia tersungkur ke meja sampai-sampai dia menjatuhkan botol-botol parfum. Aku tak pernah semarah ini.

          Dia berdiri mendekat padaku. mata merahnya seakan menyala menahan emosi yang meluap. Aku pkir dia akan memukulku lagi, dia ambil botol parfum dan membanting nya keras-keras di depanku. pyarrrr!!!, lalu dia pergi begitu saja sambil menutup pintu begitu kerasnya. Blangg!!

         Ya Allah, apa yang sudh terjadi?,kenapa aku tadi?. Kenpa aku tak kuasa menahan emosiku. Apa benar tadi itu aku? , sejak kapan aku bisa se kasar itu?. Pikiranku begitu kacau. Otak ku berisi hal-hal yang tak aku pahami. Aku melamun, ah... Otakkku benar-benar gelap. Segelap malam ini.

       Tak sadar hari pun sedah berganti malam tapi aku belaum beranjak dari tempat tidur. Apa yang harus aku pebuat? Bahkan aku sendiri saat itu sperti tak peduli kalau aku berada di gelap gulita. lampu kamar belum aku nyalakan. Ku habiskan malam itu dengan memikirkan kejdian tadi.

          Jam sudah menunjukkan pukul 21.20.  Ah... Tapi Ardan belum pulang juga. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung menuju ke atas tempat tidur dan mencoba terlelap. Sialnya mata ini begitu kuat terjaga. Sms dari icha bahkan tak aku hiraukan saking kacaunya. Aku terus berpikir, apakah jika aku
mendapatkan ica,lalu aku harus kehilangan sahabatku?. Sebenarnya apa yang aku takutkan sudah jelas. Aku lebih takut kehilangan temanku yang sudah bertahun-tahun bersamaku itu. Aku lebih sayang sahabat ku Ardan .Namun dasar keras kepalanya aku
''ah...masa bodoh! Mau si ardan pergi aku juga ga ngurus'' ,dalam hati aku berusaha bersikap tegas
dan egois.

          Pukul 22.00 ardan pulang dan masuk kamar tanpa suara.sedangkan aku masih terjangga sambil memainkan hape ku di atas tempat tidur membelakangi ardan. Sejenak aku ingin berbalik dan menengoknya tapi aku tahan. Ardan tampak mengambil gitarnya dan langsung keluar lagi. Aku semakin kecewa padanya, saat seperti ini dia hendak keluar bermain dengan teman-teman nya.

''waktu terasa semakin
menjauh tinggalkan cerita tentang
kita.... Ada cerita tentang aku dan
dia,saat kita bersama saat kita
tertawa''

suara yang sayup-sayup itu ku dengarkan dengan seksama. Dengan alunan gitar yang begitu
meretakkn kesunyian malam. Itu suara Ardan sedang memainkan gitarnya di balkon kost. Lagu
peterpan yang dibawakannya begitu pelan tapi entah kenapa begitu menyayat hatiku. Suara nya yang pas pas an entah kenap tiba-tiba suara itu begitu merasuki pikiranku. Tak terasa aku lagi-lagi menangis. Apa yang sebenarnya terjadi. Aku terus bertanya tanya dalam hati. Tapi...aku tak boleh
cengeng, pikiran keras kepalaku mulai beraksi .

''ah,siapa Ardan. Aku masih bisa hidup tanpa dia ''. Aku berusaha melawan perasaan sedihku waktu
itu.
Lagi pula, 4 hari lagi aku menjalani ujian nasional. Aku tak boleh terganggu dengan ke adaan ini.


*****************************  SUNYI  * *************************************


          Seminggu sudah sejak pertengkaranku dengan Ardan. Keadaan seperti 180 derajat berubah. Aku dan dia hanya saling diam. Aku dan dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar kost. Kadang dia membawa temannya ke kost, seolah olah dia ingin menunjukan padaku. Bahwa dia masih bisa ceria tanpa aku. entahlah...mungkin hanya perasaanku saja dia memanas manasi aku. Aku pun demikian, karena tak ada teman ngobrol, aku sering mnyuruh Reza datang ke kost ku. Seolah-olah ritual mengajak teman masih masing sepeti sebuah peluru yang saling balas membidik antara aku dan
Ardan.

          Malam yang begitu sunyi. Aku membaca buku Fisika ku di atas tempat tidur. Di sebelahku
Ardan juga membaca buku. Tentu saja masih kondisi diam. Kadang saat kita tak sengaja bertemu
pandang ,membuat aku serba salah tingkah. Dalam kediaman kita, rasanya salah satu dari kita ingin
mengawali percakapan. Tapi masing-masing terlalu keras kepala.

          Kontras sekali malam ini dengan malam biasanya. Biasanya jam segini aku dan ardan bermain
kartu sambil tertawa, bermain gitar, menjadikan kamar tempat konser pribadi kita. Malam yang biasanya di kamar ini penuh kegaduhan kecerian. Penuh dengan suara kamera hp yang saling berebut mengambil gambar. Kini sunyi... Sunyi sekali. jarakku dan dia tak lebih dari sperempat meter, tapi kita masih saling berdiam.

''ya allah, aku nggak kuat sperti ini ya Allah, malam ini sperti neraka'' suara batinku yang seolah-olah ingin ku teriakkan.

          Kita masing-masing masih sibuk belajar, sungguh aku sudah tak konsen dengan buku. apakah Ardan juga sama? Aku tak tahu. Padahal besok pagi aku harus menghadapi Ujian Nasional (UN). begitupun juga Ardan.

********************

               Tak terasa sudah 3 minggu ku lalui sejak UN berakhir, semua ulangan ulangan yang lain juga sudah selesai. Kegiatan di sekolah begitu mulai tak ada pelajaran. Sumpah... Dunia benar2
benar sperti neraka. Hampir satu bulan aku dan Ardan masih saling diam. Aku pun sekarang jadi jarang bertemu dia. Saat sekolahku masuk,sekolah ardan libur. dan saat sekolahku libur,sekolah ardan
masuk. Begitu seterusnya. Padahal jujur aku merindukannya. Kita tak bisa bertemu karena pasti jika
libur kita gunakan untuk mudik.

''ardan ...aku kangen kamu bro'',lamunku dalam hati berharap bisa ketemu dia.


***************************   YOGYAKARTA  *****************************
bersambung ke chapter 3
          

What Is friend? (chapter 3)




*************************  YOGYAKARTA*********************************

          Liburan telah tiba, tentu  bagi kelas tiga itu bukan liburan. Duaminggu sebelum penerimaan ijazah, ya maksudku dua minggu lagi penerimaan ijazah. Kini aku sedang berada di Jogja. Aku di di sini mengikuti bimbingan belajar untuk bisa masuk kampus favouritku UGM. Sebenarnya aku tak terlalu fokus pada bimbel ini. Tujuanku hanyalah ingin menenangkan diri atas kejadian dua bulan terakhir ini. Ardan...kadang nama itu mengusik batin dan ingatanku. Dimanakah dia sekarang? , dia hendak kuliah dimana?, sungguh otakku penuh pertanyaan yang membuat ku pusing.

        entah kenapa tiba-tiba aku terus memikirkan sahabatku yang manis itu. Bahkan sampai tengah malam pun aku tak bisa berhenti melupakan nya. Otak ku cuma berisi Ardan , Ardan dan Ardan lagi. Ditengah lamunanku selalu aku berta nya, apakah dia juga merindukan ku? , gelisah seperti diriku ? apa dia juga merasakan hal yang sama dengan ku?. Tiga rentetan pertanyaan singkat tapi seperti ribuan pertanyaan inti.

       Ku pandangi lampu kamar malam itu sambul melamun. Aku jadi berpikir, sampai kapan harus seperti ini? , aku harus meng akhirinya. Aku tak boleh diam saja. Aku harus minta maaf , ya... harus. Selagi ada kesempatan. Tekad bulat ku meluap luap. rasa nya tak sabar untuk melakukan nya dan membayangkan betapa manis nya saat minta maaf nanti. harus memanfaatkan waktu yang singkat saat penerimaan ijazah nanti.

      Aku bangun kesiangan. Tapi aku tak perlu buru-buru karena bimbel nya di laksanakan sore hari. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke malioboro untuk sekedar mengusir penat ku.

           Ku manjakan mataku dengan melihat pernak pernik khas Jogja yang unik. Walaupun sendirian tapi aku cukup menikmati suasana ini.  Tiba tiba saja mataku terhenti ketika melihat suatu barang. Barang yang unik. ternyata itu flashdisk dengan cover lambang club sepak bola Manchester United (MU). Seketika aku ingat sahabatku Ardan. Dia begitu suka club yang berlambang setan merah itu. lalu aku berinisiatif membeli nya untuk di hadiahkan pada Ardan. Dengan perasaan senang membayangkan betapa manis nya saat aku minta maaf nanti. Aku membeli FD itu seharga 125 ribu.

         Ku jalani hariku di Jogja dengan sedikit rasa lega karena aku sudah bertekad akan minta maaf pada nya. tak terasa 2 minggu telah berlalu. Hari ini hari rabu. Aku pulang dari Jogja dari st lempuyangan. Aku harus segera pulang karena sabtu besok aku ke sekolah yang terakhir kali nya untuk mengambil ijazah. Dan yang paling aku tunggu adalah saat aku minta maaf pada sahabat ku Ardan.


**********************KAMAR KENANGAN*****************************

     Jumat sore aku sudah berada di rumah Banyuwangi. Dan beberapa menit lagi aku akan segera berangkat menuju kost ku. Aku rindu kamarku yang pengap itu. Aku rindu di kamarku , aku rindu tempat tidurku dan aku juga rindu sahabatku itu. Dalam hati aku berharap semoga sudah di kost. walaupun seandainya di tidak datng sekarang juga tak apa lah.

       buru buru aku memanggil mas firman  untuk supaya segera mengantar ku. Aku sudah tak sabar ingin sampai di kamar kost ku yang sudah lama aku tinggalkan.

       Rumah tampak sepi, seperti nya Ibu kost sedang tidak ada di rumah. Ku alihkan mata ku  ke arah pintu kamarku yang usang.

''kamarku, akhirnya aku kembali kesini'' ucapku dalam hati.

      Pintu masih tergembok warna emas. Hm, ternyata Ardan belum dateng, buktinya pintu masih terkunci. Ku buka pintu. Aroma pengap debu begitu khas di kamar ini. karena sudah lama tak di huni , kamar ini tampak kotor karena debu

        ku buka lemariku hendak menaruh tas ku. Tidak... tiba tiba kepalaku panas. jantung ku berdetak lebih kencang, otak ku mulai kacau balau. Rasa nya membuka lemari itu ada sesuatu yang membawa kesadaran ku terbang. Lemari itu kosong. mana pakaian pakaian Ardan? mana buku buku Ardan? semua nya bersih dan kosong. hanya debu halus yang menempel menyelimuti cat cokelat lemari itu.

      Ku dengar suara ibu kost baru datang dari pergi nya. buru buru dan berlari aku segera menghampiri nya

'' bu, Ardan mana '' tanya ku tanpa basa basi yang mengejutkan ibu kost.
'' eh, nak Aldy, kapan dateng?''
''tadi bu''
'' nak Ardan udah pulang. Dia ambil Ijazah nya hari kamis kemarin'' terang ibu kost padaku.
'' terus bu?'' tanya ku belum puas.
''dia udah pamitan kemarin ma Ibu. dia udah bawa barang barang nya semua. emang dia nggak pamit ke nak aldy?''
'' eh?, ya pamit sih bu. cuma aku lupa'' aku menjawab nya bohong. aku tak ingin ibu tahu hubungan ku dengan ardan yang sedak tidak baikan.

           Aku kembali ke kamarku. Kini semua nya kosong. se kosong hatiku yang kalut ini. seketika lututku terasa lemas. Aku terjatuh bersimpuh di lantai. raga ku ini seperti tak ber nyawa lagi.
''Ardan, dimana kamu sahabatku'' ucapku lirih nyaris tanpa suara. tak kuasa aku menahan air mata ini. tetes tetes air mataku membasahi lantai. kali ini luar biasa sekali kesedihan yang ku rasakan. aku sudah tak sanggup memebendung nya.

          Entah berapa lama aku bersimpuh dan menangis di lantai. Aku mencoba bangkit walaupun rasa nya sudah tak ada tenaga lagi. tak ada semangat lagi. Ku lihat kaos hijau di sisi meja, itu kaos ardan. Ku raih baju itu dan menghirupnya dalam dalam berharap menemukan sedikit aroma Ardan. lagi lagi aku tak kuasa menahan tangis ku. Aroma Ardan masih begitu kuat. aku terus menghirupnya berharap bayang nya muncul di pikiran ku. Aku tak sanggup lagi lalu ku taruh baju itu. Ku alihkan pandangan ku ke arah tembok. Foto fotoku dengan Ardan seperti membisu menyaksikan kesedihanku. Sebagian perekat nya sudah hampir terlepas dan melambai lambai terkena tiupan angin.

        Foto saat aku di kalibendo di bawah akar pohon. Ku sentuh foto itu berharap hal yang sama, mengingat masa itu. Foto saat di pantai dengan gaya ala monyet nya sambil menjulurkan lidah nya. membuat ku sedikit senyum di tengah tengah tangis ku. Dan foto saat kita hendak nonton konser di kota. Foto saat dia merangkul ku dan menjulurkan lidah nya bergaya di depan kamera, gaya alay itu. ku amati semua foto satu persatu tapi ada hal yang janggal. Ku cari foto ku dengan ardan yang bertuliskan ''friend is you and me'', tapi tak aku temukan. Padahal aku begitu hafal di mana letak foto itu di tempel. Dimanakah foto itu? di bawa ardan kah?. Apa dia sengaja mengambil nya dan menyimpan nya? aku masih tak tahu


*********************  SELAMAT TINGGAL *************************

            Bulan agustus yang cerah, hampir sepanjang hari matahari menjauh dari awan. Kini aku sudah memahami semua kesalahan ku. bahwa minta maaf itu indah. Aku menyesal dlu tak segera minta maaf pada sahabat baikku Ardan dlu. Aku hanya terbawa ke egoisan ku yang malah membuatku terpuruk.

          Ku keluarkan flashdish merah yang hendak ku berukan pada ardan dlu. Ah... aku jadi mengingat nya lagi. Rambut nya, senyum manis nya dan tingkah lucu nya. harus ku berikan siapa flashdish ini ya?. Di tengah lamunanku di buyarkan oleh para penumpang kereta yang hendak turun. Ternyata sudah sampai di Jogja kembali. Tiga hari lagi adalah hari pertama ku kuliah. kini aku sudah dewasa. kadang aku merasa geli sendiri mengingat ingat betapa ke kanak kanakan nya diriku dulu.

        Sampai jumpa banyuwangi, sampai jumpa Ardan. Namamu tak akan pernah hilang dari memori hidupku

          Aku sampai pada sebuah bangunan ber cat biru. Ya... itu tempat kost baru ku. aku memesan tempat ini sejak aku Bimbel dulu. Samapi di kamar, aku banting badan ku ke atas tempat tidur.
hmmmm... Jadi ingat dulu. saat pertama kali aku kost di Banyuwangi. Aku tersenyum sendiri mengingat nya. hanya saja kali ini berbeda. kamar ini begitu besar dan nyaman.

''tok tok tok''
 suara pintu di ketuk yang segera ku buka. ternyata ibu kost

''nak Aldy, ini ada anak dari semarang yang mau nge kost disini juga. Gpp kan sekamar ma kamu?''
''oh iya bu gpp''

****

''Hoi bro'' sapa anak baru yang berkacamata sepertiku itu.
''aku Ardian. pasti udah di ceritain ibu kost''

................................................TAMAT


Sabtu, 11 Agustus 2012

What is Friends? (chapter 1)

       aku punya cerita, dan setiap orang punya cerita. cerita singkatku yang singkat namun tak pernah ku singkat di hati . Cerita sebuah persahabatan. Dimana kejujuran lah yang harus melandasinya


          Tas biruku kini sudah penuh pakaian dan baju-baju ku yang sudah ku kemas rapi. Jadwal keberangkatan kereta hari ini  pukul 14.00 yang berarti 30 menit  lagi. Aku berpamitan pada kakek dan nenek yg sedari tadi  menungguku di halaman. Raut sedih mereka mulai terukir di  wajahnya seolah2 berat untuk  melepaskanku. Hari ini aku hendak pindah ke kota kelahiranku banyuwangi. Kota dimana dulu aku menjalani sekolah dasar , namun saat SMP aku pindah ke malang karena suatu alasan. Empat bulan lalu aku sudah menduduki bangku salah satu SMA negri di Malang. Namun di pertengahan semester pertama ini aku di haruskan pindah karena suatu hal yang tak perlu ku ceritakan.
      "hati hati ya nak'' ucap kakek dan  nenek nyaris bersamaan saat aku mencium kedua tangan          mereka.

Sedih sekali meninggalkan kota yang sudah tiga tahun lebih ku tinggali. Tapi aku berusaha menerimanya, lagi pula Banyuwangi juga kota yang aku sukai. Dan jarak antara malang Banyuwangi juga tak  terlalu jauh. Aku coba menenangkan diri dengan gumaman gumaman dalam hati yang ku buat sendiri. aku berusaha berpikir positif.
''sudah sampe mas'' suara pak supir angkot membuyarkan lamunanku.
     
         Akhirnya aku sampai di gerbang stasiun kota Malang. Suasana seperti keadaan stasiun
menuju Hogwart , penuh dengan anak-anak remaja yang masing masing membawa tas.

          Sampai jumpa kota Malang. sampai berjumpa lagi ,sampe jumpa kakek,nenek. Seiring laju kereta yang semakin cepat, ku lempar pandanganku keluar melalui jendela kereta yang kusam. Tak terasa pipiku basah. Ah..... seharus nya aku tak se sedih ini ini. Hanya saja aku belum siap. Cepat - cepat ku seka air mataku sebelum orang lain menyadarinya.

           Kurang lebih 7 jam aku  berada di dalam kereta. Tak lama lagi aku akan sampai di stasiun karang asem. Ku lirik jam di ponsel ku menunjukan pukul 22.12. Perjalanan ku tak begitu terasa melelahkan karena aku lebih banyak tidur dalam kereta. Mas Firman sudah siap menungguku di
depan stasiun dengan motor jagoannya. Sepupuku itu bisa aku kenali dengan mudah di tengah kerumunan , karena dia mengenakan jaket kesayangannya yang ku lihat terakhir kali beberapa bulan lalu saat dia berkunjung ke Malang.
'' Gimana, capek nggak?'' tanya mas Firman sambil menepuk nepuk punggungku.
'' capek banget mas , Mas aja ya yang nyetir '' aku memasang tampang letih yang berlebihan untuk meyakinkan mas Firman . sebelum nya padahal aku sudah janji untuk aku yang di depan saat dari stasiun. Tapi, apa di kata tenaga berkata lain.

           Mas Firman memang lihai dalam mengendarai motornya. Hanya dalam beberapa menit saja aku sudah tiba di halaman rumah. Pohon jambu, pagar hijau dan rimbunan bunga sepatu. Persis saat aku tiga tahun lalu  meninggalkan tempat ini. Sedikit berbeda memang ke adaan nya tapi itu hanya sedikit perubahan.
''kasur,aku rindu kamuuuuu'' bisikku kecil sambil jalan sempoyongan.  mas Firman yang mendengar tersenyum mendengar denguh ku.

          Malam itu begitu sunyi. Jam menunjukkan pukul 24.02 namun mataku belum kunjung  terpejam. Mencoba menerawangi apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Baru saja beberapa jam aku di kota ini. Bayangan kakek,nenek dan teman-teman mengusikku untuk segera merindukan mereka.

''Huh....,tempat baru lagi,teman  baru lagi,suasana baru lagi''. Gerutuku dalam hati.
Aku mengeluhkan diriku sendiri. Aku tipe orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru dengan cepat. Tapi, lagi lagi harus seperti ini. Walau aku sering menghadapi keadaan ini. Tetap saja aku tak bisa mudah melakukannya.

        Detak jam dinding seperti meretakkan dinding kamar.  Ku lirik dan sudah  melewati tengah malam. Tapi masih saja aku tak bisa tidur. Segera aku menuju kamar mandi dan mengambil air wudlu untuk sholat. Setelah sholat  yang begitu tenang, akhirnya mata ini bersahabat denganku. Samar samar ku dengar suara yang menggema di pikiran. Mungkin itu suara suara alam mimpi yang memanggil ku.

***
        Hari senin pun tiba, hari yang paling tidak aku tunggu. Hari yang kurasa datang begitu cepat dari
hari senin senin sebelumnya.
''cepetan Al'' teriak mas Firman  dari ruang tamu.
''iya mas, bentar''
Akhirnya aku menyebutkan namaku. Namaku Aldy. Nama yang sudah di pakai banyak orang namun setiap pemiliknya berbeda. Seragam putih abu-abu ku tampak begitu rapi dan putih bersih. Baju yang aku beli tiga hari lalu itu seolah-olah terlalu mencolok saking bersihnya. Sepatu pun sudah di kaki. Tak lupa kacamata bingkai hitamku sudah menempel di wajahku.
''hmm.....aku keren juga'' bisik ku kecil memuji diriku sendiri. Walau
aku begitu menyadari aku bukanlah orang yang keren. Namun tak sedikit pula yang menganggapku keren :) . Kalau orang Banyuwangi ada istilah '' segoro sopo nguyahi'' . hahahaha.


       Dag..dig..dug saat aku memasuki gerbang sekolah yang berlambangkan sayap biru itu. Ya, SMA 1. Saat itu sekolah ini adalah sekolah favorit di kota ini. Gerbang yang indah berwana biru  itu seolah-olah jadi hitam kelam. Di dalamnya seperti keluar lidah-lidah api yang membuat aku makin ngeri untuk melangkah selangkah lagi.

''kenapa sih gerbang ini tidak di cat warna pink saja? dan di hiasi pita warna warni di  atasnya. Mungkin akan membuat aku lebih tenang dan tak se tegang ini''.lagi lagi aku berhayal nakal
dalam hati.

Selangkah , dua langkah, dan akhirnya sampai di lebih dari 50 langkah. Seolah olah aku ini pengukur jalan yang serius yang tahu sudah berapa langkah kaki ku. Aku merasa seperti alien yang baru turun
dari UVO nya. Mata-mata itu mulai beralih padaku seolah-olah aku adalah suku bangsa Na'vy yang turun dari Pandora.

           Lorong yang yang tak berapa panjang itu kurasa sangat panjang sperti jembatan Suramadu. Bukan model, tapi aku berjalan seperti di atas catwalk yang di sisi sisinya. Cukup bersyukur tak ada kamera yang mengabadikan oarng tampan ini #plaaaakkk . Banyak orang yang menyaksikannya. Belum selesai aku menyembunyikan wajah merahku akhirnya aku berhenti di depan pintu yang di atasnya bertuliskan ''RUANG KEPLA SEKOLAH''. Hatiku menjadi lega seperti habis ejakulasi #ehhh???.  ''syukurlah'' bisikku pelan sambil tersenyum.

Aku di antar pak kepala sekolah menuju ruang kelasku X3. Saat itu keadaan belum masuk kelas sehingga aku sedikit tertolong karena aku tidak terlalu mencolok dan masih belum banyak murid murid. Salah seorang siswi berkacamata dan memakai behel menyambutku dan mengantarkanku ke tempat dudukku. Ini seperti ritual pindahan anak TK saja. Gadis manis namun
berpenampilan cupu.

''makasih nia'' senyumku manis  padanya.
''kok kamu tahu namaku'' dia terperanjat heran.
''di seragammu kan ada namanya'' jelasku.
''oh...iya..hehe'' balas nia.

           Sepatah dua patah kata perkenalanku dengan nia selesai. Awal yang tidak terlalu buruk aku pikir. Aku menaikkan alis. Keadaan kelas masih kacau. Para siswa masih sibuk dengan lidah mereka masing masing. Gadis yang duduk di depanku , penampilannya begitu cuek dan
selalu membawa kipas plastik warna oranye. Cowok tinggi besar itu, dia terlihat menggoda temannya . Dan Nia ku perhatikan sibuk dengan buku tulisnya, sepertinya dia anak yang cerdas. Di tengah keadaan kelas yang tak karuan, sosok murid laki - laki yang tampak mencolok. Bukan karena pakainnya yang putih itu tapi dia ttampak paling tenang sendiri sambil membaca...KOMIK
manga??!!.

           Aku tau persis gimana tipe-tipe orang yang suka baca komik. Tubuhnya tinggi dan kurus,
kulitnya begitu putih bersih, di atas bibir merahnya yang tipis,segurat kumis yang
transparan tampak menambah kesan yang baik. Kacamatanya tak jauh beda dengan yang aku pakai.
''ah...kenapa aku tiba2 begitu
pintar menilai? seperti Psikolog aja , atau dukun ? '' , Bodoh nya diriku seperti membicarakan diri sendiri. Bukan nya penampilannya tak jauh beda denganku?.  pikirku sambil menggelengkan kepalaku mengamati alien itu.  Sebenarnya tak berniat untuk mengamati, tapi aku tertarik pada komik yang di bacanya berjudul ''silver valkyries''. Aku pernah punya komik itu saat aku masih SMP dulu. boleh di bilang itu komik terbaik yang pernah aku baca. Mungkin ini sebuah tanda? #eh?.

**
         Ke esokan paginya aku datanglebih awal. Tampak halaman sekolah masih terisi dua tiga orang
saja. Karena tak tahu tempat yang pas aku memutuskan ke kelas. Dua meter sebelum membuka
pintu sedikit ku tengok dari luar. Di tempat kursi paling pojok, sambil membaca komik dan
headset terpasang di telinganya. Orang itu tampak terlalu terbawa suasana musik sehingga dia
meneriakan suara paraunya dengan keras sambil tangannya mengetuk2 meja
''si alien itu'' Gumamku.
Aku masuk berusaha menarik perhatian nya. Maksud nya, supaya dia menyadari kedatanganku dan segera menghentikan tingkah aneh nya itu. Si alien itu belum menyadari kedatanganku. Sampai akhirnya dia menyadarinya dan buru-buru melepas headsetnya dan menghentikan gerakan ala
medusa nya. Dia tersenyum manis ke arahku me mamerkan susunan gigi giginya yang rapi. Tanpa melihatnya tuk kedua kali dia menuju tempat dudukku. Si alien berdiri dan sekonyong konyong menghampiriku .

''pidahan dari mana mas?'' suara basah mengagetkanku yang sebenar nya aku tak kaget.
''dari malang mas'' jwabku.
''Reza'' sembari si alien mengulurkan tangannya.
''Aldy'' jwabku singkat.
Sampai akhirnya kita terlibat obrolan ringan ke sana kemari. Mulai dari hal-hal yang menurutku basi sampai cerita tentang sekolahku dulu. Tak luput juga aku menanyakan tentang komik yang kemarin dia sempat baca. Dia tampak antusias membicarakan komik itu. Dan karena aku juga pernah membaca nya, kita pun nyambung membahas nya. Dari cara bicara nya , dia teman yang baik, dia pintar dan mudah paham dan dia juga tampan #hadeeehhh.

Wajar saja karena di sekolah ini berisi anak-anak cerdas. Apa aku terlihat sedang memuji diriku sendiri?.

        Bel berbunyi, para siswa berbondong-bondong masuk. Duduk di sebelahku seorang siswi manis dan imut .

''hai'' aku menyapanya.
''hai,kamu pindahan dari malang  itu ya''
''iya, aku aldy,kalo kamu?''
''lupita'' jawabnya dengan senyuman termanisnya.
''oya,aku pikir kemarin aku duduk sendirian, bukannya kemarin
kamu nggak ada?'' tanyaku heran.
''aku kemarin absen,aku pergi
keluar kota'' jelasnya.

aku dari kemarin memang tidak melihat dia duduk di sebelah ku. aku pikir aku duduk sendirian. Layaknya perkenalan yang  standard, kita ngobrol segala hal. Akrab dengannya tidak begitu
sulit. Di memuji rambut emasku ,dia juga memuji jariku yang runcing. Lupita cantik sekali. Beruntung sekali aku bisa duduk sebangku dengan gadis secantik dia. Seperti nya ber adaptasi dengan penghuni sekolah ini akan menjadi hal yang mudah. ini seperti sebuah pengecualian. Anak anak Banyuwangi memang ramah-ramah dan sederhana. Tidak berlebihan.

        Hari-hari sekolah ku jalani seperti biasa. Sedikit cerita- cerita perkenalan seperti hanya sebuah intermezzo yang nantinya akan ku sadari bahwa aku tak se canggung itu.

        Sebulan sudah aku melewati hari hariku di sekolah baru ini. Ternyata tak susah akrab dengan
mereka. Mereka sopan-sopan dan rajin. Singkat cerita, aku pun akrab dengan dua orang murid, ya
benar... Reza dan Lupita. Aku tak merasa orang asing di dekat mereka. Kita sering ke kantin bareng.
Bahkan yang dulunya antara lupita dan reza tidak akrab, kini mereka terlihat akrab. Saat makan di kantin bersama seperti ini. Aku ingat saat aku makan di kantin bersama dua sahabatku Intan dan Rudy di Malang. Sepertinya ada pengganti mereka di sini. Aku semakin suka sekolah di sini dan menjalani hari-hari dan bulan bulan berikut nya.
*************************                   KOST              ****************************
Ulangan semster telah berlalu  sejak 4 hari lalu. Aku pikir pikir, kasihan juga mas Firman yang tiap pagi selalu mengantarku. Padahal dia masuk kantor jam 8 , sedangkan aku harus di antar jam stengah
tujuh. Rasanya dia harus menempuh dua kali perjalanan. Akhirnya aku berinisiatif nge kost. Tanpa butuh waktu lama akhirnya aku dapat tempat kost tak jauh dari sekolahku. Aku ngekost di sebuah rumah milik ibu janda. Dia seorang guru SD dan punya anak perempuan yg sekarang duduk di
kelas 3 smp. Sebenarnya itu bukan tempat kost, itu hanya rumah biasa. Tapi ibu itu menawariku saat aku mencari cari kost di depan rumahnya. Tak apalah, dengan begini aku bisa tenang tanpa ada suara berisik dari anak-anak kost yang bermain gitar dengan suara-suara jelek mereka saat malam tiba.

''Kamar yang buruk'' bisikku dalam hati setelah memasuki kamar baruku.
Dinding ber cat putih tampak penuh dengan coretan coretan gravity yang buruk. Poster-poster tua pemain barcelona  tampak memudar warnanya. Namun tempat ini begitu nyaman. Sejuk dan luas dengan tempat tidur yang luas pula. Aku langsung merebahkan diri di kasur tanpa membuka tasku terlebih dahulu dan melemparnya begitu saja. Ternyata di sini memang tempat kost yang dahulu ada penghuni nya.

          Sunyi sekali...sama saat aku pertama datang ke kota inibeberapa  bulan lalu.

          PR ku telah selesai. Aku segra beranjak keluar untuk mencari makan malam. Tak jauh dari kost , hanya menyebrang jalan , warung kecil milik bu Dewi selalu ramai oleh pembeli. Kebanyakan dari mereka adalah anak kost juga. Mereka bergerombol dengan teman temannya. Duduk ala orang warungan dengan satu kaki di naikkan ke atas kursi. Menyantap gorengan dengan rakus nya. Aku cukup memesan nasi bungkus . Aku tak pernah memakan makananku di warung itu. Karena terlalu ramai dan lagi pula aku hanya sendirian tanpa teman. Ku bawa bungkusan yg di berikan bu Dewi itu ke kost dan menghabiskannya tanpa ampun. Ketika malam tiba aku hanya mengerjakan PR dan sesekali ke rental PS atau warnet untuk mengusir jenuh di kamar. Kadang saat malam tiba, itu saat nya penyakit galau tiba.

         Begitulah kehidupan sehari-hari ku di kost yang tak terasa sudah ku jalani beberapa bulan. Pulang sekolah aku hanya bisa belajar sendirian di kamar. Stelah itu tidur. Dan menjelang magrib aku mandi. Dan malamnya aku cari makan sendirian seperti kelelawar yang tersesat.
    

Malam itu, aku duduk di balkon kost ku. Tempat kost ku memang dua lantai. Namun di lantai atas seperti sudah lama tak terpakai. Biasa nya aku suka membaca di situ dimana aku juga bisa melihat pemandangan jalan raya dari situ . Sndiri menatap langit yang hanya ada sedikit bintang.  Berbulan bulan aku tinggal di kost ini dan selalu kesunyian yang ku dapati tiap malam. Bahkan saking parah nya aku merasa tak pernah merasa  kesunyian ,karena kesunyian itu sudah seperti  temanku. Ini sungguh menyedihkan . Terkadang, aku SMS teman-temanku tiap malam. Mungkin karena seringnya aku sms mereka,sehingga lama lama mereka jarang membalas pesanku.

''hmm...tak lama lagi aku kelas 2. Waktu begitu cepat , rasanya baru kemarin aku pindah kesini'' lamunanku dalam hati.

Aku iri setiap melihat anak-anak berjalan dengan teman-teman nya. Tak sperti aku kemana mana harus sendirian. Dari sekolahku jarang sekali yang nge kost. Walaupun ada tapi teman sekelasku tak ada yng nge kost. Padahal yang akrab dengan ku sebagian besar ya temen se kelas ku.

          Ku buka hp ku dan ku cari foto-foto  bersama teman-teman ku saat di malang. '' Teman-teman , aku rindu sekali. Tanpa kalian aku merasa tak berkawan. malam ini, apa kalian juga merindukan aku?, mungkin tidak, kalian sudah mendapat teman teman baru dan perlahan-lahan  melupakanku''

sedih sekali aku malam ini, sampai-sampai tak ku sadari aku menangis menatap foto mereka.

***

           Sabtu sore, aku terbangun dari tidur siangku selama dua jam. Aku harus buru buru mandi dan segera mudik kerumah. mungkin istilah mudik itu terlalu aneh ya? , pulang kampung lah. sudah jadi tradisi anak SMA kost yang di lakukan tiap minggu . Kadang saking sepinya kamar ini, aku berharap
cepat cepat hari sabtu. Aku bisa pulang ke rumah. Bertemu si kecil Tito yang manja padaku. Hanya dia obat stress ku saat aku malas tersenyum.
Tok..tok...tok
Pintu kamar terketuk dan segera ku buka. Ternyata ibu kost .

''ada apa bu?'' tanyaku
''oya nak Aldy, hari senin pagi ada yang
mau kost di sini '' ucap ibu kost yang kedengaran nya sangat to the point. kenapa ibu kost ga basa basi dikit.
''hari senin?''
''iya ,makanya kamu beres beres kamar ya sebelum dia datang''
''iya bu'' jawabku singkat.
Bu kost segera berlalu menuju kandangnya.

Ah.... Teman kost? , Aku harus seneng atau malah sedih. Aku senang karena aku bakal ada teman. Tapi aku kurang senang karena privasiku akan sedikit terganggu. Tapi bagaimana lagi, harus aku terima.
         
             Karena waktu sudah sore,aku tak segera membereskan kamarku yang sperti kapal pecah itu. , aku pikir bukankah anak baru itu datang senin pagi? Jadi lebih baik besok sore saja aku bereskan. Sudah sore....saatnya mudik :) .

            Ku habis kan waktu di rumah dengan mencuci baju, mengunjungi kebunku dan memanen pohon rambutan bersama teman-teman rumah. Minggu yang cerah, teman-teman mengajakku
memancing di sungai. Itulah mengapa aku suka saat mudik. Di rumah aku tak pernah kekurangan
teman. Tak seperti di kost yang seperti pemakaman. Kita mancing ber lima , seusai mancing , temenku Arif mengejak kita untuk mampir ke sawah nya. Di sana kita ber pesta kelapa muda segar. Wah, untuk mendapatkan kelapa muda kita harus manjat pohon kelapa. Dan tak beruntung nya aku ketika setelah di undi aku lah yang di tugas kan manjat. Untung pohon kelapa, bukan pohon pisang :p .  Mungkin masing masing dari kita menghabiskan 2 butir kelapa muda. Suasana sawah yang hijau , pancuran air dari pipa bambu membuat kita betah bertahan lama lama disini. Khusus nya aku yang sudah tak lama menikmati suasa na seperti ini.
       Tak terasa  waktu udah menunjukkan pukul 3 sore. Aku pun buru buru pulang untuk segera kembali ke kost dan membereskan kamar. Mengingat  bahwa akan ada anak kost baru yang sekamar dengan ku. Pukul 16.30 aku sudah sampai di tempat kost ku. Aku sedikit terkejut saat memasuki kamarku. Kamarku sudah rapi dan bersih. Baju-baju ku yang berantakan juga sudah terlipat rapi.
"Ah...ini pasti ibu kost yang beres beres" dalam hati aku bertanya - tanya. Aku merasa tak enak sendiri. Padahal aku janji aku yang akan membereskan.
         
          Tak peduli apa yang terjadi, ku taruh saja tas ku di sebelah lemari dan ku lempar badanku ke atas kasur.
Krieeeett...decit pintu tua kamarku. Seseorang membukanya. Sesosok orang asing berdiri di pintu. Dengan rambut yang masih basah dan handuk di lehernya dan masih bertelanjang dada. seolah-olah memperlihatkan otot ototnya yang padat. Orang itu membuatku terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, biasanya tak pernah ada satu orangpun yang masuk kamarku.
''hoi..bro!!'' sapa anak itu,spertinya dia terkejut menyadari aku sudah di kamar. Aku segera bangkit dari tidurku dan menyapanya balik .

''hoi'' singkatku.
''kamu Aldy ya?, aku Ardan bro,pasti udah di ceritain bu kost
kan?''
''oh...iya,tapi katanya kamu
datangnya hari senin?''
''iya bro,aku putuskan datang
sekarang aja , soalnya kalau besok musti buru-buru kan berangkat sekolah''
jelas ardan padaku.
''hmm...jadi kamu yang beresin kamar bro?'' tanyaku heran.
''iya bro,maaf kalo masih berantakan''
''wah kalo ini mah terlampau rapi bro,weh...jadi malu aku,kemarin kamarku kaya kapal pecah''
terangku sambil senyum malu.
''haha...nyantai aja bro,paling kalo sama aku besok juga kaya kapal pecah lagi'' dia bercanda sambil
cengengesan.

        Dia itu Ardan. Entah siapa nama lengkap nya. Dia baru saja nge kost di tempatku. Ardan adalah siswa kelas dua di SMA 2. Kebetulan SMA 2 tak jauh dari sekolahku SMA 1. Ardan anak nya baik, dia juga tampak memiliki wajahKita seumuran. Aku juga kelas 2 sekarang, ya tepatnya 2 minggu lalu stelah kenaikan kelas. Dari gaya bicaranya dia orang yang cuek dan suka ceplas ceplos. Kulit nya yang aga gelap terlihat serasi dengan badannya yang tinggi dan sedikit kekar. Rambut nya yang sedikit bergelombang itu juga serasi dengan kontur wajahnya. Dan senyumnya , mungkin ibarat gula di tambah madu,di tambah permen,di tambah coklat. Saking manisnya mungkin sampai belepotan di bibirnya. Alisnya yang tebal itu nyaris bertemu antara alis satu dengan yg satunya.  Lagi lagi aku harus pandai mengamati nya. Mungkin dia kalau masalah fisik benar benar dia itu pujaan wanita.  Namun ada satu hal yang membuatku sedikit tak nyaman. Di itu perokok. Bisa di bayangkan kamarku akan selalu ada asap rokok. Macho sih macho tapi semoga merokoknya tidak benar-benar menyiksaku.

          Sesi introducing ku dengannya terlewati. Kita banyak ngobrol saling bertanya tempat tinggal. Dia tinggal di Banyuwangi selatan yaitu di Srono. Entah di mana srono itu aku hanya mengangguk
angguk pura pura paham saat dia menjelaskan. Ardan begitu pandai bermain gitar walau suaranya
begitu memekakkan telinga. Dia menjelaskan alasan kost nya karena capek harus pulang pergi dari
rumahnya.

         Malam itu ardan mengajakku keluar untuk cari makan malam. Dia mengajakku di warung bu
Dewi. Sangat berkesan sekali bagi ku . Ini pertama kali nya aku memakan makananku di tempat
itu. Ya...karena sekarang ada teman jadi aku tak perlu malu lagi. Sepanjang makan malam kami, seperti biasa ardan begitu suka menceritakan pengalamannya sendiri. Mulai dari keluarganya
yang broken home. Sampai dia putus dengan gadis pujaan hatinya. aku tak terlalu memperhatikan pembicaraannya, namun aku pasang tampang seriusku yang sebenarnya itu
adalah topengku.
''oh broo....can we start the dinner?'' gerutuku dalam hati.

          Aku dan dia mudah sekali akrab. Sepulang makan dia masih sempat mengajakku main PS di rental. Dua jam aku main ps dengannya yang membuat mataku terasa sepat sepat jeli. Kita pun jalan pulang ke kost .

''kau ngantuk Dy?'' tanya Ardan di sepanjang perjalanannya yang spertinya memperhatikan aku yg
ngantuk berat.
''ga ngantuk-ngantuk banget sih Dan'' jawabku. Dia sudah bisa memanggil namaku tanpa menggunakan kata Bro lagi. aku pun ya mengimbangi nya.

            Sesampai di kost tanpa buang waktu aku mebanting badan ke kasur. Namun tetap aku tak bisa
tidur karena udara di kamar begitu panas. Biasanya aku tidur di kamarku sendiri bertelanjang dada untuk mengusir hawa panas. Tapi kali ini aku tdiak bisa sebebas itu. Aku harus bersikap lebih sopan karena bagaimanapun kita tidur satu tempat tidur. Ardan tampak paham akan tingkahku yang sering membolak balik badan tak tenang karena panas.
''kamu gerah ya bro?'' tanya ardan padaku.
''iya bro..hehe..tapi udah biasa''
''aku juga gerah banget,boleh ga bro aku buka baju?''
''ha?baru aja aku hendak meminta saran itu ke kamu bro, soalnya aku biasanya tidur juga nggak pake baju'' terangku.
''ya okelah kalo begitu bro'' balas ardan sambil tersenyum manis.

             Well, biarpun sama sama cowok aku tetap merasa tidak nyaman.
''badan mu putih banget bro'' kata ardan tiba tiba.
''badanmu item banget bro'' bales ku bercanda. Dia malah tertawa dan memukul pelan lenganku.
''biarin,yang penting kan cewek cewek suka wkwkwk'' dia membela diri.

             Aku yang sedikit ngilu atas pukulan kecilnya tadi membalasnya, dia balik membalas,aku balas,di balas lagi. Sambil terbahak-bahak sampai sampai ibu kost teriak dari luar .

''hoi,jangan rame udah malem''  teriak ibu kost.

            Seketika aku dan ardan menutup mulut sambil menahan tawa. Akhirnya kita tertidur. Aku merasa senang malam ini. Aku ada teman ngobrol dan bercanda. Syukurlah...:) .

            Sejak kehadiran Ardan, hari hariku selalu penuh tawa dan ceria. Sikapnya yang cuek dan kadang tak tahu malu itu malah membuatku kagum padanya. Dia tak perlu susah susah menyesuaikan diri dgn tempat baru. Tak seperti aku yang cenderung terlalu sopan yang malah membuat aku kesulitan beradaptasi.

            Bagaimanapun dia , merupakan sosok teman baru . Dia yang akan menemani ku mengisi sebuah cerita masa SMA 2008 . sampai saat di mana kita akan di pisahkan jalan kita masing masing. Terlalu jauh memikirkan itu. ah.... memang sebenar nya tak peduli. faktanya, dia teman kost ku yang menyenangkan.

           Tak terasa sebulan lebih sudah aku dan Ardan kost bersama. Kita sudah seperti sahabat sejati saja. Tiap aku ada masalah dia selalu menolongku. Ya walaupun hal hal kecil ketika beresin kamar , nyuci baju dan lain lain. Pernah juga dia aku mintai tolong mengambilkan buku PR ku yang tertinggal di kost. Dia rela mengantarkan nya sampai depan sekolah hanya jalan kaki doank. Begitupun sebaliknya, tiap malam kita bermain kartu uno, dan sebagai hukuman nya harus minum air putih bagi yang kalah. Dia juga tiap malam mengajariku bermain gitar. Kadang dia tampak kesal
dengan ku yang susah sekali untuk bisa bermain gitar. Tapi dia tetap tersenyum. Saat itu dia baru beli
HP dengan fitur kamera. Tentu saja jaman itu punya hp kamera adalah hal yang mewah. Dia sangat
senang punya hp itu. Dia jeprat jepret sana sini dengan kamera barunya itu. Langit , kamar , cermin , bahkan bantal sering jadi sasaran kamera nya. Kadang dia suka
menggodaku , sering memotretku tiba-tiba. Kadang sebelum tidur pun dia sempat mengambil gambar
kita berdua. Bahkan pernah ku dapati foto ku saat tidur di ponsel nya itu . bener bener iseng. Segera ku hapus .

           Ardan,tak bisa lepas dari kamera nya. Tapi ku biarkan saja karena dengan kamera barunya malah membuat kita semakin akrab dan gokil.

''eh,bro!,denger denger besok ada konser nya Nidji ya di kota?'' tanya nya tiba-tiba.
''iya bro,katanya sih gitu''
''kita nonton yuk'' ajaknya.
''tapi kan kita ga punya kendaraan bro''
''kita jalan kaki aja,oke?'' ,
''ah , gila kau bro. dari sini ke Kota kan lumayan jauh kalo jalan kaki'' '' siapa juga yang bilang kita jalan kaki?'' , kata Ardan yang membuatku bertanya-tanya.
''terus?'' aku penasaran.
''naik Sandal '' jawab ardan enteng.
''............................'' aku nggak bia berkata, hanya mendarat kan bantal di wajah nya.
''hmmmm...oke deh terserah, tapi kalo aku pinsan kamu harus tanggung jawab''
'' iya bro, tar aku gendong deh kamu sampe kost haha'' jawab ardan sambil ketawa.
''siiiip kalo gitu'' tegasku.

             Sudah saatnya tidur , pemandangan sperti biasanya. Kamar yang berantkan. Selimut yang tak
terpakai dan aroma keringatku dan ardan memenuhi kamar. Tapi entah kenapa aku dan Ardan merasa ini adalah kamar ter nyaman sedunia. Tapi jangan harap setelah lampu di matikan kenyaman tidur ku tak ter usik. kalo dia mematikan lampu, lalu dia entah bersembunyi lalu gelitik
leher ku dan dia sembunyi lagi entah di mana. kadang aku sampe merasa menyerah bercanda dengan nya yang seperti anak kecil. Kalo sudah malem tiba dia memang sperti anak kecil yang suka bercanda. Tak jarang ibu kost sering kesal karena kita sering gaduh di kamar.

'' udah ah broooo, pokok nya udah aku nyerah!!, ampuuuun!! '' teriak ku kesal gara gara dari tadi dia nggelitikin sampai perutku kram. tentu saja aku tak bisa banyak membela diri karena tenaga nya lebih kuat dari ku.
'' ada syarat nya bro" kata Ardan.
''apa?''
'' besok pulang lihat konser , kamu harus pijitin aku''
''ogahhhh.... enak aja'' bantah ku ke dia sambil menjulurkan lidah ku bercanda.
''oke kalo gitu '' dia menjawab enteng sambil meregang kan otot otot jarinya dan siap menggelitikku lagi.
''eh iya iya iya deh ah, terserah kamu aja. udah aku ngantuk'' aku yang tak punya jawaban lain.

         Kamar kembali sunyi. Tak ada satu pun  suara dan cahaya. Dia begitu dekat tidur nya dengan ku. Lengan kekar nya selalu melekat di lengan ku. Dia balik kan badan nya menghadapku dan tiba tiba mencium keningku. Aku nyaris tak percaya apa yang terjadi. aku dia me matung. sementara dia membalikan badan nya lagi dan bersikap seolah olah dia tak melakukan apa apa.

      Entah apa maksud nya itu. Kenapa dia melakukan nya?. Berani nya dia membuatku tak nyenyak tidur malam ini. Sementara ku lihat dia sudah lelap dengan dengkuran halus nya. Ku tatap dia lekat-lekat , aku benar benar tak bisa berkata-kata selain tersenyum bahagia. Bahagia karena sudah tidak ada kata kesepian lagi. Terimakasih kawan, terimakasih Ardan. Ku kecup lengan nya dengan lembut. itu impas walau aku tak punya keberanian mengecup kening nya.

*******************************  KONSER *********************************
          Kamis petang, aku dan Ardan siap siap menuju kota untuk nonton konser. Sebenarnya jaraknya tak begitu jauh dari tempat kost. Sekitar 3-4km dari kost menuju stadion diponegoro tempat konser berlangsung. Sepanjang perjalanan ada saja tingkah Ardan. Mungkin dia sengaja membuatku semangat dengan lelucon lelucon nya. Karena aku ini tak terbiasa berjalan sejauh ini.

          Di trotoar itu, Ardan mempercepat langkahnya mendahului ku. Menyiapkan kameranya dan siap membidikku
''hentikan ah broo...!!'' teriakku  padanya sambil menutup wajahku.
Namun dasar ardan, tetap aja jeprat jepret ke arahku. tiba2 merangkul pundakku dan jepret lagi kameranya. Ah,itu gaya anak alay. kadang nenek nenek yang sedang jalan di sapanya
''hai cewek''. Membuatku tertawa terus. Tingkah nya yang sperti orang gila itu memang sangat membantu.

          Tak terasa kita sampai di tempat konser. Tanpa tunggu lama kita langsung membeli tiket. Saat Nidji mengalunkan lagu pertamanya yang berjudul hapus aku , kontan suasana jadi riuh. Ardan si gila
mulai menari nari seperti orang mabok. Aku tak terbiasa seperti itu namun Ardan menarikku dan
memaksa aku loncat loncat. Lama lama aku terbawa suasana seru ini. Lapangan yang tak jauh beda
dengan sawah karena becek tak menyurutkan semangat untuk terus loncat2. Sejenak aku berhenti
dan terdiam, ku perhatikan wajah ardan yang begitu ceria. Di tengah kerumunan. Aku pun bergumam dalam hati dan bersyukur.
''ya Allah, terimakasih kau memberiku teman sperti dia, dekat dengannya aku merasa berhak untuk punya teman''  gumamku dalam hati sambil senyum.

''wooiiii!!!!, ayo broo jangan diemaja'' teriak ardan membuyarkan lamunanku. Okay....malam ini
saatnya bersenang senang. Just making the most of life!!! Yeahhh!!!

  ***************************   BOLOS  ****************************************
           Ke esokan paginya, aku dan ardan sudah tak bisa bangun pagi. Dan kita terpaksa membolos
sekolah. Ini pertama kalinya aku bolos sekolah. Tapi anehnya aku merasa tak ada beban. Karena merasa bosan di kost, Ardan mengajakku jalan-jalan ke suatu tempat bernama Kalibendo. Aku sering denger nama tempat itu tapi aku tak pernah ke tempat itu.

          Dengan motor pinjeman ke teman Ardan, kita tancap gas kesana.Ardan yang di depan menyetir
motor. Karena aku memang tidak tahu tempatnya. Ah..rasanya cukup tidak  nyaman juga  saat jam sekolah seperti ini keluar. Takut ketahuan teman atau guru yang tak sengaja lewat. Tapi aku tak peduli dan lupaakan hal itu saat melihat semangat Ardan. Kalibendo adalah agrowisata yang sejuk, sungai yang bening di kelilingi perkebunan karet dan cengkih. Sesampai di sana kita tak basa basi lagi langsung menuju tempat teratas, ke tempat air terjun. Jalannya benar benar sulit di lalui, bukit,sungai dan batu2 kali jadi jalan setapak kami. Akhirnya dengan susah kita sampai juga di tempat yang indah.

         Jauh darinpemukiman, tempat ini nyaris tak terjangkau. Dan tak ada satu orang pun saat itu hanya aku dan Ardan.
''mandi yok bro'' ajak ardan
''entahlah bro,airnya dingin gini..''kataku ragu
''ah...udah ayo ah..!!'' paksa ardan sambil hendak menurunkan celanaku dengan paksa sambil
bercanda
''iya iya bro..ahh!!'' akhirnya aku nyerah dan terpaksa mandi.

Karena tak ada orang, kita mandi cuma pakai celana dalam saja.Ah..masa bodoh, memang tak ada
orang kok.

        Rasanya tempat itu seperti di surga. Tebing yang di penuhi akar-akar pohon, suara air
yang menenangkan. Serta kicauan burung yang sangat merdu. Mungkin bagi ardan ini tempat
yang luar biasa. Karena dia bilang dia tak pernah ke tempat seindah
ini.
         Saling dorong, saling melempar pasir, dan tak lupa kamera hp nya mulai beraksi. Ada pose di atas batu, di belakang air terjun, dan foto bareng di bawah akar pohon. Sudah tak bisa di
hitung berapa banyak moment yang terekam. Bahkan ada pose dimana dia berakting seperti foto model yang sedang mandi dan sedikit menurunkan celana dalam nya. sehingga Bulu-bulu itu sedikit terlihat . bener bener gila dan membuatku tak berhenti tertawa.
         
          Setelah sekitar 1jam lebih , akhirnyakita akhiri mandi kita. Tampak bibir merahku sudah  membiru. Begitu juga Ardan yang menggertakan giginya karena kedinginan. Saatnya pulang.

           Lagi lagi melewati jalan yang sangat menyebalkan ini. Saat hendak menuruni jalan tanah yang becek , aku kehilangan keseimbangan dan karena tak ada jalan aku terpaksa lompat ke sungai yang dangkal. Sungguh tak beruntungnya aku. Kakiku terkena pecahan botol. Sepertinya tertancap dalam.
Terasa nyeri dan darah keluar banyak. Ardan yang kaget segera
menolongku dan menarikku.
''eh bro...kamu nggak apa apa? Kok iso tho? '' tanya ardan khawatir dengan bahasa jawanya.
''ga ngerti aku bro'' jawabku sambil merintih kesakitan
''aduh..kakimu berdarah bro, gimana ni''
''udah gpp bro,cuma luka dikit'' alasanku.
Tak di pungkiri memang sakit. Aku nyaris tak bisa berjalan. Akhirnya Ardan yang baik memapahku juga. Walaupun kasihan padanya yang terlihat susah payah memapahku. Dia merangkul pundakku dan aku pun merangkul pundaknya. Tentu itu hal yang berat baginya. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar tak bisa jalan.
''bro,maafin aku ya..gara-gara  aku ngajak kesini, kamu jadi luka kaya gini'' kata ardan pelan penuh
penyesalan.
''sudahlah bro,santai aja. Justru aku yg minta maaf , gara gara aku,acaara jalan-jalan mu jadi terganggu'' jelasku.

           Akhirnya sampai juga di tempat parkir. Terpaksa , kembali Ardan yang menyetir karena  kakiku sakit. Padahal awalnya aku sudah janji kalo pulangnya aku yang di depan.

           Di sepanjang perjalanan,aku merintih kesakitan sekaligus kedinginan.
''kamu kedinginan ya bro?,masukin aja tanganmu ke jaket ku''
''nggak kok bro '' jawabku.
Tanpa berkata, dia meraih tanganku dan menaruhkan nya di saku jaket nya. Memang sangat dingin. Tepat di jalan , tiba-tiba  hujan turun membuat kita terpaksa berteduh. Akhirnya kita berhenti di sebuah gubuk petani di pinggir jalan. Padahal ingin cepat cepat sampai tapi hujan menghalangi.
Aku makin terlihat kedinginan dan ardan menyadarinya.
''pake jaketku ni bro'' dia membrikan jaketnya.
''ah ga usah bro'' jawabku. Dia mendesak namun aku juga
tetap memaksa menolaknya.

           Ujan yang tak kunjung reda. Akhirnya kita putuskan untuk menerjangnya. Di sepanjang jalan
lagi  , aku hanya tersenyum sendiri di belakangnya.
''kau nggak tahu bro, sebenrnya sakit ini tak begitu ku rasakan jika denganmu'' ucapku
dalam hati sambil tersenyum sndiri.
Sekitar 30 enit aku kita sampai di kost . segera kita mengganti pakaian kita yang basah dan segera naik ke kasur.
          
          tak seperti biasa nya kamar ini begitu terasa dingin . Kita tidur berbagi selimut. Padahal jarang sekali kita tidur memakai selimut .
''met tidur ya bro '' ucap ardan lirih sambil mengecup keningku.


****************************   UANG ARDAN  ************************
BERSAMBUNG ke chapter 2