Rabu, 13 Februari 2013

Pohon Cemara 3


           Ku sambut pagi dengan perasaan yang fresh dan bersemangat. Entahlah kenapa. Rasanya wejangan wejangan mas Ilham pas ngobrol semalam begitu merasuki pikiranku. Dia bilang aku tak perlu merasa kesepian. Tak perlu merasa ter telantarkan karena jauh dari keluarga. Kita ini lelaki , Keras nya hidup adalah tantangan bagi kita. Kelak kita akan tersenyum bangga setelah nanti ternyata dapat melewati hidup yang keras ini.

Seperti biasa aku berangkat pagi lewat depan tempat kerja mas Ilham.
'' Hai mas Ilham'' sapaku dari kejauhan.
'' Halo rif, mau kerja ni?'' balas nya sambil melambaikan tangan dari atas gedung yang tak berdinding itu.
'' yoi mas , oke, selamat kerja juga ya kakashi'' aku begitu sambil tertawa.
''eh , rif.. Kakashi apa sih? Kemarin aku lupa nanya'' tanya dia penasaran setengah berteriak.
'' haha... Aku berangkat dulu mas, dada'' aku berlalu sambil mengerjainya. Dia pun tampak bersungut sungut tak puas ataa jawaban ku.

Tiap pagi, dia seperti energi buat ku. Rasa nya setiap pagi tanpa melihat senyum nya seperti akan ada firasat kalau hari ini akan jadi hari yang menjengkelkan. Aku mengagumi sifat nya. Dia itu begitu berwibawa dan santun. Dan semua kebaikan rasanya melekat didiri nya. Senyum nya yang tulus setiap kali bertemu membuat dia itu seperti bercahaya. Entahlah, bagaimana aku harus menjelaskan sosok nya.

*********

(di tempat kerja)

Jam menunjukan pukul 14.00 tanda jam istirahat sudah datang. Aku pun ngantri untuk beli makanan di kantin kantor seperti antri sembako. Makanan di sini cukup murah. Dengan 4 ribu saja rasanya sudah kenyang dan nikmat.

Dapat juga giliranku untuk di layani bu Eni , si penjaga kantin itu. Dia juga orang banyuwangi. Makanan sudah di tangan dan minuman di tangan kiri. mataku sibuk mencari bangku kosong untuk menikmati makananku ini. Ah, rasanya semua bangku sudah penuh. Aku melihat sedikit ada celah di kerumunan anak anak sogo yang sedang makan. Damn, itu di sebelah nya Dedik. Dengan ragu dan enggan aku putuskan saja untuk menepati tempat itu. Dari pada aku harus makan di tangga yang panas itu. Ku letakkan piring ku tepat di sebelah Dedik. Tanpa bicara dan permisi aku berusaha tak melihat wajah nya.

Menyadari aku duduk di sebelah nya , Dedik mengaangkat makanan nya dan segera pindah tempat entah di mana. Sungguh aku merasa seperti penyakit yang benar benar harus di jauhi. Sakit banget rasanya. Dia pergi dengan ekspresi wajah datar dan sedkit aura tak suka padaku. Lagi lagi aku cukup mengelus dada. Rasa nya aku jadi tak selera makan lagi. Entah mengapa , wajah Dedik yang sempurna itu malah membuat nafsu makanku hilang. Kleng!.
Arghhh... Aku ingin pulang dan dan ketemu mas Ilham.

aku kembali ke konter setelah menyelesaikan acara istirahatku. Rasa nya makanku mencekik leherku sendiri saking aku tak menikmatinya. Aku lihat ke arah Dedik yang sedang melayani customer. Lihat senyuman nya yang menawan itu. Kenapa dia begitu senyum manis pada setiap customer yang datang. Sangat bertolak belakang pada saat dia berbicara dengan teman teman nya. Lihatlah lagi wajah nya. Andai saja dia berambut pirang dan berkulit pucat , pasti dia sudah ku anggap Zayn Malik. Sayang sekali , sikap nya itu menutupi ke indahan lembaran kulit di wajah nya itu. Shit you.

Bad mood lagi seperti yang sudah sudah. Sudah seminggu kerja, hanya 3 hari kerja yang tak badmood. Dan itu semua karena satu orang bedebah, Dedik.

Antri untuk absen pulang adalah ritual paling tak aku suka. Lelah dan rasanya aku tak cukup sabar. Ingin rasanya terbang dan langsung sampai kost. Antri seperti orang beli tiket kereta, giliran ku tiba untuk absen munculah Dedik menyerobot antrian ku dan mendahuluiku. Ya ampun, dia lagi dia lagi. Ya Allah , kenapa ada orang seperti ini de depanku.

Dia menatapku sepintas, aku pasang tampang super BT ku. Ku pasang tampang yang lusuh dan menyedihkan. Biarlah , biar dia sadar kalau perbuatan nya itu tak aku sukai. Hah, itu hanya sia sia. Dia pergi tanpa ada expresi dia membuat kesalahan.

Rasa lelahku tak tertahankan. Ku hempaskan badanku ke kasur dan menarik nafas dalam dalam. Bete , hanya kata itu untuk hari ini. Segera ku ambil air wudlu dan sholat isya'. Sholat itu memang meredam hal hal negatif di diriku.

Aku ingat mas Ilham. Aku ingin ngajak dia ngopi bareng seperti kemarin. Lebih baik aku sms dia.
'' mas , ngopi yok '' message sent.
no replay :( .
Aku terlalu stuck untuk tidur lebih awal. Aku putuskan ngopi sendiri di lesehan tempat biasa. Ngopi , bukan... Lebih tepatnya nge Teh. Kalo mas Ilham baru ngopi. Ku minum se pelan mungkin teh hangatku sambil menikmati keadaan kota yang hendak terlelap.
'' Nunggu seseorang? '' , Mas Ilham muncul tiba tiba di depanku. Dia mengenakan sarung dan baju koko hitam. Manis sekali. dia seperti nya habis sholat. Hatiku senang, rasanya hatiku ingin melompat dari dadaku. Andai wajar , aku pasti udah merangkul nya erat seperti tak bertemu bertahun tahun.
'' eh , pak Haji Ilham. Alim banget'' godaku.
'' hehe, baru tahu?''

Badmood meter ku turun jadi nol karena mas Ilham. Entah kenapa di dekat nya aku tak pernah kuasa untuk tak menceritakan masalahku. Aku pun cerita tentang masalah Dedik di tempat kerja. Dia mendengar dengan seksama dan tiba tiba dia malah tertawa terbahak bahak.
'' hey , apa yang lucu mas? Aku serius erghh'' kataku jengkel.
dia terus tertawa dan dengan suara tertahan tahan. Ingin rasa nya mencekik nya. Dan akhirnya tertawa nya reda. Dia mulai tenang dan memberiku wejangan. Wejangan yang aku tunggu setelah tertawa nya yang sadis itu.
'' Menurutku Dedik itu iri padamu. Dia iri kenapa kau yang pendiam tapi masih bisa di ramahi oleh teman temanmu. Dia pernah mencoba sepertimu dan mungkin dia tidak berhasil '' jelas mas Ilham dengan singkat dan jelas.
'' memang aku pendiam mas?'' tanyaku.
'' iya , tak begitu sulit menebak watakmu Rif. Kau itu pendiam namun masih bisa memberi senyuman''
'' ah masa sih mas , rasanya aku tak seperti itu ''
'' ya itu penilaianku saja , silahkan adu dengan Dedik. Perang sikap dingin. Itu akan lucu pastinya''
'' maksudnya aku harus sama sama dingin dan cuek terhadap nya?''
'' ya , kalau itu menurutmu benar. Lakukan saja. Ide yang keluar dari otakmu sendiri itu kadang lebih berguna dari pada yang keluar dari mulutku ini''
''ehm.... Entahlah mas, aku tak mau pikir pusing akan hal itu'' .
Ya aku tak ambil pusing. Jika di tempat kerja ku ada lah penyakit. Yang terpenting ada obat nya di sini. Orang di sampingku ini.

Mas Ilham membeli 2 jagung bakar yang kita habiskan tanpa ampun. Tertawa lepas , bercanda dan menikmati indah nya malam.
Mas ilham berhenti menggerogoti jagung di tangan nya beberapa saat sambil mimik wajah mengkerut.
Aku pun kaget dan mengerutkan dahi.
'' ada apa mas? Kok jadi bengong?'' tanyaku heran.
'' eh Rif, Kakashi apa sih?''
''.................'' plak. Aku menepuk dahiku sendiri.

Kembali aku pulang dengan perasaan bahagia. Seperti pulang dari pengajian dan mendapat siraman rohani. Walau Ustadnya aga dodol seperti mas Ilham. Paling aku suka saat berpamitan dia selalu mengacak acak rambutku. Aku merasa dia kakak ku yang datang dari langit. Aku rela jika rambut ini di acak acak dengan semen sekali pun.


Kerja lagi. Bertemu lagi dengan Dedik di tempat parkir. Bertemu pandang pula dan aku segera menarik wajahku menjauh dari pandangan nya. Aku tinggalkan seonggok raga tanpa hati itu tanpa ingin aku lihat ke belakang lagi.

Aku hendak memasuk kan tas ku ke loker umum yang kebetulan sedang kosong. Lalu Dedik datang lagi dan mendahului nya. Setelah itu dia pergi seperti biasa. Ughhh, sabar rifqy sabarkan hatimu. Di konter kembali bertemu pandang lagi dan aku enneg sekali.
'' Pinjem sapu nya '' kata Dedik yang tiba tiba ada di depanku. Oh, sejak kapan dia bisa bicara.
'' aku belum selesai Ded'' jawabku pelan.
Dan... Dia ambil begitu saja sapu di tanganku tanpa berkata apa apa lagi. Dan setelah dia selesai menyapunya dia mengembalikan tanpa ada ucapan terimakasih.

Kadang aku heran sendiri. Kenapa sikap nya seperti itu padaku. Dan kenapa hanya padaku. ke yang lain memang cuek , tapi tak pernah membuat masalah seperti yang di lakukan padaku. Sudahlah, abaikan.

Makan di tangga darurat terpaksa aku lakukan. Aku tak mau dan tak akan lagi menepati celah tempat duduk kosong di sebelah Dedik. Panas, tapi melihat es jeruk di gelasku aku jadi semangat untuk makan di manapun. Makananku telah habis setengah nya.
Tumpah.......'' eh sory ya'' , terburu2 ke bawah dan tak sengaja menendang Gelas berisi es jeruk punya ku. Dan ahal paling aku kutuk adalah mendapati orang itu adalah Dedik.

Aku pun tak kembali selera makan. Aku taruh piring yang masih ada makanan nya di depanku dengan sedikit membanting nya. Aku mengacak acak rambutku merasa putus asa. Expresi wajahku kesal seperti hendak menangis. Aku benar benar lelah. Aku ingin keluar dari tempat ini. Aku ingin pulang , aku ingin mas Ilham di sini menghajar Dedik.

Benar saja , tiba tiba hujan rintik rintik. Jatuhnya di pelupuk mataku. Di lorong ini aku sendiri putus asa. Sampai sampi aku meneteskan air mata karena hal yang sepele ini. Ku benturkan kepala belakang ku ke tembok. Tiba tiba Dedik datang setengah berlari dari bawah. Mendapati aku yg stress dan sedikit melihat aku menangis. Dia memelankan langkahku. Aku pun salah tingkah dan berusaha mengusap air mataku dan pura pura sibuk dengan ponselku. Sebelum dia makin dekat denganku aku beranjak pergi meninggalkannya.

Muka ku kuyu tak bersemangat. KU habiskan waktu di konter hanya dengan melamun. Aku tahu saat ini Dedik sedang mengamatiku. Entah apa yang di pikiran nya. Semoga dia sadar dan minta maaf. Ah, tidak... Tak perlu minta maaf. Cukup jauhi aku saja aku sudah sangat berterimakasih

Kasur yang tak terlalu bersih tergeletak di lantai dengan alas karpet biru. Dinding dari batu bata yang belum di tutup oleh semen.
'' Sabar ya Rif , mungkin setelah dia melihat mu kalu seperti itu dia akan sedikit sadar'' kata mas Ilham menenangkanku.
'' iya sih Mas , tapi aku ga betah mas. Aku ingin pindah kerja rasanya''
'' jangan gitu , itu kan masalah kecil Rif . Kan udah aku bilang. Kita laki laki. Lihat saja Kakashi ini. Dia ninja kuat dari konoha. Dia begitu sabar dalam menghadapi masalah dengan rekan nya'' tidak, sejak kapan dia berkata seperti itu di hadapanku. Kakashi. Erhhh, aku memang terpaksa menceritakan nya . Malah Mas Ilham besar kepala saja.
Aku hanya bisa tersenyum mendapati jawaban nya seperti itu. Mas Ilham selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.

Ku buka mata ku pelan dan menangkap cahaya lampu kamar mas Ilham yang redup. Ah, aku tertidur di kamar mas Ilham. Dadaku bergetar hebat mendapati kepalaku tidur di lengan kekar mas Ilham yang tanpa baju. Kulit nya terasa menyentuh tengkuk leherku. Aku bangkit dan melihat jam di ponsel ku menunjukan pukul 12 malam.

Aku bangun dengan pelan supaya mas Ilham tak terbangun. aku pandangi wajah nya yang tertidur lelap dengan alunan dengkuran halus nya yang begitu merdu. Aku tersenyumm menatapnya. Aku jadi ingat pertama kali melihat dia ter tidur di Bus dulu. Pikiranku pun kembali ke masa itu saat bertemu dengan dia di Bus. Siapa sangka aku saat ini begitu dekat dan akrab seperti ini. Si preman itu. Aku nyalakan kipas angin dan mengarahkan ke badan dia yang mengkilap penuh dengan keringat. Aku benar benar iri akan badan mas Ilham yang atletis. Aku ingin jadi kuli saja rasanya.

Istirahat kerja seperti biasa aku ngantri makanan. Aku tak pernah lagi memakan makananku di bangku. Walaupun ada tempat kosong dan walaupun tak ada Dedik. Rasanya aku trauma saja. Lebih baik aku makan di bangku tangga, sendiri tanpa ada yang mengganggu.

Aku tercekat dan menghentikan langkahku. Minuman di tanganku nyari tumpah. Aku mendapati dedik sedang asyik makan di bangku Tangga. Aku yang berada di belakangnya berusaha tak membuat suara dan mundur pelan pelan. Damn, dia melihat ke arahku . Aku seperti maling yang ketangkep.
'' Ngapain jalan mudur gitu? '' tanya Dedik. Aku tak menjawab nya dan berlalu dari hadapannya.
'' Rifqy , kamu duduk sini'' perintah Dedik.
Seperti kerbau di cocok hidung nya aku menurut perintah dia. Aku terlalu malu ketika dia tahu aku jalan mundur.
Aku menghampiri nya berusaha ber expresi muka datar.
'' Aku minta maaf '' kata Dedik.
'' iya '' jawabku singkat sambil meneruskan makan ku.
'' ini minuman nya'' dia menyerahkan segelas es jeruk.
'' kan aku udah ada'' jawabku sambil mengangkat gelas di sebelahku.
'' bukan nya kamu biasanya minum dua gelas?'' kata nya. Ah, kenapa dia bisa tahu. Memang biasa nya aku pas makan bawa satu minuman. Tapi habis makan pasti aku beli minuman lagi.
'' makasih '' jawabku.
'' Kamu banyuwangi mana?'' tanya Dedik
'' di Kebalenan '' jawabku bohong.
'' kebalenan berapa''
'' satu ''
'' masa? Kok aku nggak pernah lihat kamu?''
''......'' shit, apa dia tempat tinggal nya di situ. Memalukan sekali aku kethuan berbohong.
'' kamu bohong ya?''
'' hehe'' aku nyengir terpaksa dan muka merah.
Selanjut nya kita terdiam dan memakan makanan kita masing.
'' eh , Rif'' kata Dedik tiba tiba.
'' Kebalenan itu mana sih?''
'' ............'' aku dorong jidat nya. Dia hanya tertawa memperlihatkan senyum nya yang seperti Zayn Malik itu. Aku benar benar di tipu mentah mentah.

Apa aku mimpi? . Aku melihat dia tersenyum padaku. Nggak salah. Begitu dekat dan janggal rasa nya.

'' oke, makan ku sudah selesai , aku masuk duluan ya Rif , aku mau nyelesain laporan dlu '' , dia beranjak dan mengacak rambutku seperti yang di lakukan mas Ilham ke aku. Aku hanya mematung dgn mulut terbuka seolah olah tak percaya. Mataku mengkuti langkah nya yang menghilang di balik pintu. Plak! , aku menampar pipiku sendiri. sakit. Ini bukan Mimpi pastinya.

Aku pulang dengan perasaan berkecamuk namun sedikit lega. Aku langsung menuju ke kost mas Ilham. Aku ceritakan semua kejadian tadi dan juga sifat Dedik yang berubah.
'' mending kamu jauhin dia deh Rif'' kata mas Ilham.
'' kenapa mas?''
'' ya aku rasa dia tak begitu baik''
'' ah , mas ini ada ada saja. Dulu kamu bilang nya kita tak boleh bersikap sombong ke siapa pun.'' bantahku.
'' iya , tapi aku kurang suka ma sikap si Dedik itu''
'' ehm....'' . Entah kenapa dia berbicara sedkit ngotot. Seperti bukan mas Ilham saja.
'' Oya , aku punya sesuatu buat Rifqy ''
'' apa mas?''
'' nih'' sambil mas Ilham menyerahkan T-shirt hitam bertuliskan. '' You say i'm nasty but i don't give a damn''
.
'' wah, mas... Ini beli di Mana?'' tanyaku sambil membalik balikan baju itu.
'' di pasar kreneng , tadi pas nganterin boss ku aku lihat kaos itu cocok buat kamu''
'' apik iki mas, regane piro tho?''
'' 25 ribu ''
'' wow sekali mas harga nya. Mahal banget''
'' mahal gundul mu! , nyindir ga usah terang terangan gitu''
'' xixxixixi, makasih ya mas. Aku suka sekali, warna item cocok buat aku''
Ku lihat ada rona puas di mata mas Ilham melihat tingkahku yang senang. Aku bahagia sekali. Di hidupku selama ini jarang sekali ada yang memberiku sesuatu. Boleh di bilang hanya dua orang. Aulia dan mas Ilham ini.
'' Rif, kamu besok masuk apa?''
'' siang mas jam 2 , kenapa''
'' aku tidur di kost mu ya?, bosan di kamar ga ada teman ngobrol''
'' boleh mas, ayok dah''

Mas ilham tdur di kost ku malam ini. Wahahaha.... Kapan bisa tidur nya kalau ada dia bisa nya hanya bergurau saja.
'' Rif, coba pake T shirt tadi'' kata mas Ilham.
Aku pun melepas pakaian ku dan mengenakan T shir nya. Aku begitu menyukai nya. Cocok sekali buat ku dan aku melepas nya lagi tak ingin merusak nya untuk tidur.
Ketika aku hendak mengenakan kaos ku mas ilham malah menahan nya.
'' nggak usah pakai baju , kamu nggak gerah? Nggak ada kipas''
Aku nurut apa yang dia katakan. Dia pun melakukan hal yang sama. Melepas kemeja kotak kotak nya dan mempertontonkan dada bidang nya yang berkeringat.
'' Kenapa kamu itu kok kurus sih rif?''
'' tahu deh yang badan nya gede''
'' hehe, kamu jarang olah raga ya?''
'' enggak juga mas, aku sering kok. Ya pas di bali ini aja belum nemuin waktu yang pas''
''ehm...... Berarti kamu sering coli ya?''
'' ehh?'' mataku terbelalak heran.
'' enggak, aku ga sering coli, cuma sesekali saja lah mas''
'' nah lo, ketahuan, tiap malem ya. Ni buktinya sprei kok banyak noda?''
'' dasar'' aku mendaratkan bantal ke muka nya. Di malah menangkis nya dan berbalik menyerangkau. Malah jadi nya kita bergulat salah menutup wajah dengan bantal. Aku berusaha memnyembunyikan bantal ku yang ku peluk erat supaya tak bisa di ambil mas Ilham. Dia berusaha merebut nya dengan kasar dari belakang. Namun dia terdiam. Dia memeluk ku dari belakang. Kulit di dada bidang nya menyentuh kulit punggung ku.
'' Rifky'' bisik mas Ilham begitu pelan di telingaku.
''iya mas'e''
'' ayo tidur''
'' baik lah mas''
Kita tertidur tak merbuah posisi. Pelukan nya di tubuh ku makin erat. Ini lah pertama kali nya aku merasa nyaman. Pertama kali nya di dekap seseorang di hidup ku. Damaiiii sekali. Aku tarik tangan mas Ilham berharap dia makin erat memeluk ku.

chapter 4
go to chapter 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar