Rabu, 13 Februari 2013

pohon cemara 4

(coming soon)             Kasur yang tak terlalu bersih tergeletak di lantai dengan alas karpet biru. Dinding dari batu bata yang belum di tutup oleh semen.
'' Sabar ya Rif , mungkin setelah dia melihat mu kalu seperti itu dia akan sedikit sadar'' kata mas Ilham menenangkanku.
'' iya sih Mas , tapi aku ga betah mas. Aku ingin pindah kerja rasanya''
'' jangan gitu , itu kan masalah kecil Rif . Kan udah aku bilang. Kita laki laki. Lihat saja Kakashi ini. Dia ninja kuat dari konoha. Dia begitu sabar dalam menghadapi masalah dengan rekan nya'' tidak, sejak kapan dia berkata seperti itu di hadapanku. Kakashi. Erhhh, aku memang terpaksa menceritakan nya . Malah Mas Ilham besar kepala saja.
Aku hanya bisa tersenyum mendapati jawaban nya seperti itu. Mas Ilham selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.

             Ku buka mata ku pelan dan menangkap cahaya lampu kamar mas Ilham yang redup. Ah, aku tertidur di kamar mas Ilham. Dadaku bergetar hebat mendapati kepalaku tidur di lengan kekar mas Ilham yang tanpa baju. Kulit nya terasa menyentuh tengkuk leherku. Aku bangkit dan melihat jam di ponsel ku menunjukan pukul 12 malam.

                Aku bangun dengan pelan supaya mas Ilham tak terbangun. aku pandangi wajah nya yang tertidur lelap dengan alunan dengkuran halus nya yang begitu merdu. Aku tersenyumm menatapnya. Aku jadi ingat pertama kali melihat dia ter tidur di Bus dulu. Pikiranku pun kembali ke masa itu saat bertemu dengan dia di Bus. Siapa sangka aku saat ini begitu dekat dan akrab seperti ini. Si preman itu. Aku nyalakan kipas angin dan mengarahkan ke badan dia yang mengkilap penuh dengan keringat. Aku benar benar iri akan badan mas Ilham yang atletis. Aku ingin jadi kuli saja rasanya.

                Istirahat kerja seperti biasa aku ngantri makanan. Aku tak pernah lagi memakan makananku di bangku. Walaupun ada tempat kosong dan walaupun tak ada Dedik. Rasanya aku trauma saja. Lebih baik aku makan di bangku tangga, sendiri tanpa ada yang mengganggu.

               Aku tercekat dan menghentikan langkahku. Minuman di tanganku nyari tumpah. Aku mendapati dedik sedang asyik makan di bangku Tangga. Aku yang berada di belakangnya berusaha tak membuat suara dan mundur pelan pelan. Damn, dia melihat ke arahku . Aku seperti maling yang ketangkep.
'' Ngapain jalan mudur gitu? '' tanya Dedik. Aku tak menjawab nya dan berlalu dari hadapannya.
'' Rifqy , kamu duduk sini'' perintah Dedik.
Seperti kerbau di cocok hidung nya aku menurut perintah dia. Aku terlalu malu ketika dia tahu aku jalan mundur.
Aku menghampiri nya berusaha ber expresi muka datar.
'' Aku minta maaf '' kata Dedik.
'' iya '' jawabku singkat sambil meneruskan makan ku.
'' ini minuman nya'' dia menyerahkan segelas es jeruk.
'' kan aku udah ada'' jawabku sambil mengangkat gelas di sebelahku.
'' bukan nya kamu biasanya minum dua gelas?'' kata nya. Ah, kenapa dia bisa tahu. Memang biasa nya aku pas makan bawa satu minuman. Tapi habis makan pasti aku beli minuman lagi.
'' makasih '' jawabku.
'' Kamu banyuwangi mana?'' tanya Dedik
'' di Kebalenan '' jawabku bohong.
'' kebalenan berapa''
'' satu ''
'' masa? Kok aku nggak pernah lihat kamu?''
''......'' shit, apa dia tempat tinggal nya di situ. Memalukan sekali aku kethuan berbohong.
'' kamu bohong ya?''
'' hehe'' aku nyengir terpaksa dan muka merah.
Selanjut nya kita terdiam dan memakan makanan kita masing.
'' eh , Rif'' kata Dedik tiba tiba.
'' Kebalenan itu mana sih?''
'' ............'' aku dorong jidat nya. Dia hanya tertawa memperlihatkan senyum nya yang seperti Zayn Malik itu. Aku benar benar di tipu mentah mentah.

Apa aku mimpi? . Aku melihat dia tersenyum padaku. Nggak salah. Begitu dekat dan janggal rasa nya.

'' oke, makan ku sudah selesai , aku masuk duluan ya Rif , aku mau nyelesain laporan dlu '' , dia beranjak dan mengacak rambutku seperti yang di lakukan mas Ilham ke aku. Aku hanya mematung dgn mulut terbuka seolah olah tak percaya. Mataku mengkuti langkah nya yang menghilang di balik pintu. Plak! , aku menampar pipiku sendiri. sakit. Ini bukan Mimpi pastinya.

Aku pulang dengan perasaan berkecamuk namun sedikit lega. Aku langsung menuju ke kost mas Ilham. Aku ceritakan semua kejadian tadi dan juga sifat Dedik yang berubah.
'' mending kamu jauhin dia deh Rif'' kata mas Ilham.
'' kenapa mas?''
'' ya aku rasa dia tak begitu baik''
'' ah , mas ini ada ada saja. Dulu kamu bilang nya kita tak boleh bersikap sombong ke siapa pun.'' bantahku.
'' iya , tapi aku kurang suka ma sikap si Dedik itu''
'' ehm....'' . Entah kenapa dia berbicara sedkit ngotot. Seperti bukan mas Ilham saja.
'' Oya , aku punya sesuatu buat Rifqy ''
'' apa mas?''
'' nih'' sambil mas Ilham menyerahkan T-shirt hitam bertuliskan. '' You say i'm nasty but i don't give a damn''
.
'' wah, mas... Ini beli di Mana?'' tanyaku sambil membalik balikan baju itu.
'' di pasar kreneng , tadi pas nganterin boss ku aku lihat kaos itu cocok buat kamu''
'' apik iki mas, regane piro tho?''
'' 25 ribu ''
'' wow sekali mas harga nya. Mahal banget''
'' mahal gundul mu! , nyindir ga usah terang terangan gitu''
'' xixxixixi, makasih ya mas. Aku suka sekali, warna item cocok buat aku''
Ku lihat ada rona puas di mata mas Ilham melihat tingkahku yang senang. Aku bahagia sekali. Di hidupku selama ini jarang sekali ada yang memberiku sesuatu. Boleh di bilang hanya dua orang. Aulia dan mas Ilham ini.
'' Rif, kamu besok masuk apa?''
'' siang mas jam 2 , kenapa''
'' aku tidur di kost mu ya?, bosan di kamar ga ada teman ngobrol''
'' boleh mas, ayok dah''

               Mas ilham tdur di kost ku malam ini. Wahahaha.... Kapan bisa tidur nya kalau ada dia bisa nya hanya bergurau saja.
'' Rif, coba pake T shirt tadi'' kata mas Ilham.
Aku pun melepas pakaian ku dan mengenakan T shir nya. Aku begitu menyukai nya. Cocok sekali buat ku dan aku melepas nya lagi tak ingin merusak nya untuk tidur.
Ketika aku hendak mengenakan kaos ku mas ilham malah menahan nya.
'' nggak usah pakai baju , kamu nggak gerah? Nggak ada kipas''
Aku nurut apa yang dia katakan. Dia pun melakukan hal yang sama. Melepas kemeja kotak kotak nya dan mempertontonkan dada bidang nya yang berkeringat.
'' Kenapa kamu itu kok kurus sih rif?''
'' tahu deh yang badan nya gede''
'' hehe, kamu jarang olah raga ya?''
'' enggak juga mas, aku sering kok. Ya pas di bali ini aja belum nemuin waktu yang pas''
''ehm...... Berarti kamu sering coli ya?''
'' ehh?'' mataku terbelalak heran.
'' enggak, aku ga sering coli, cuma sesekali saja lah mas''
'' nah lo, ketahuan, tiap malem ya. Ni buktinya sprei kok banyak noda?''
'' dasar'' aku mendaratkan bantal ke muka nya. Di malah menangkis nya dan berbalik menyerangkau. Malah jadi nya kita bergulat salah menutup wajah dengan bantal. Aku berusaha memnyembunyikan bantal ku yang ku peluk erat supaya tak bisa di ambil mas Ilham. Dia berusaha merebut nya dengan kasar dari belakang. Namun dia terdiam. Dia memeluk ku dari belakang. Kulit di dada bidang nya menyentuh kulit punggung ku.
'' Rifky'' bisik mas Ilham begitu pelan di telingaku.
''iya mas'e''
'' ayo tidur''
'' baik lah mas''
Kita tertidur tak merbuah posisi. Pelukan nya di tubuh ku makin erat. Ini lah pertama kali nya aku merasa nyaman. Pertama kali nya di dekap seseorang di hidup ku. Damaiiii sekali. Aku tarik tangan mas Ilham berharap dia makin erat memeluk ku.

********************

coming soon chapter 5

Pohon Cemara 3


           Ku sambut pagi dengan perasaan yang fresh dan bersemangat. Entahlah kenapa. Rasanya wejangan wejangan mas Ilham pas ngobrol semalam begitu merasuki pikiranku. Dia bilang aku tak perlu merasa kesepian. Tak perlu merasa ter telantarkan karena jauh dari keluarga. Kita ini lelaki , Keras nya hidup adalah tantangan bagi kita. Kelak kita akan tersenyum bangga setelah nanti ternyata dapat melewati hidup yang keras ini.

Seperti biasa aku berangkat pagi lewat depan tempat kerja mas Ilham.
'' Hai mas Ilham'' sapaku dari kejauhan.
'' Halo rif, mau kerja ni?'' balas nya sambil melambaikan tangan dari atas gedung yang tak berdinding itu.
'' yoi mas , oke, selamat kerja juga ya kakashi'' aku begitu sambil tertawa.
''eh , rif.. Kakashi apa sih? Kemarin aku lupa nanya'' tanya dia penasaran setengah berteriak.
'' haha... Aku berangkat dulu mas, dada'' aku berlalu sambil mengerjainya. Dia pun tampak bersungut sungut tak puas ataa jawaban ku.

Tiap pagi, dia seperti energi buat ku. Rasa nya setiap pagi tanpa melihat senyum nya seperti akan ada firasat kalau hari ini akan jadi hari yang menjengkelkan. Aku mengagumi sifat nya. Dia itu begitu berwibawa dan santun. Dan semua kebaikan rasanya melekat didiri nya. Senyum nya yang tulus setiap kali bertemu membuat dia itu seperti bercahaya. Entahlah, bagaimana aku harus menjelaskan sosok nya.

*********

(di tempat kerja)

Jam menunjukan pukul 14.00 tanda jam istirahat sudah datang. Aku pun ngantri untuk beli makanan di kantin kantor seperti antri sembako. Makanan di sini cukup murah. Dengan 4 ribu saja rasanya sudah kenyang dan nikmat.

Dapat juga giliranku untuk di layani bu Eni , si penjaga kantin itu. Dia juga orang banyuwangi. Makanan sudah di tangan dan minuman di tangan kiri. mataku sibuk mencari bangku kosong untuk menikmati makananku ini. Ah, rasanya semua bangku sudah penuh. Aku melihat sedikit ada celah di kerumunan anak anak sogo yang sedang makan. Damn, itu di sebelah nya Dedik. Dengan ragu dan enggan aku putuskan saja untuk menepati tempat itu. Dari pada aku harus makan di tangga yang panas itu. Ku letakkan piring ku tepat di sebelah Dedik. Tanpa bicara dan permisi aku berusaha tak melihat wajah nya.

Menyadari aku duduk di sebelah nya , Dedik mengaangkat makanan nya dan segera pindah tempat entah di mana. Sungguh aku merasa seperti penyakit yang benar benar harus di jauhi. Sakit banget rasanya. Dia pergi dengan ekspresi wajah datar dan sedkit aura tak suka padaku. Lagi lagi aku cukup mengelus dada. Rasa nya aku jadi tak selera makan lagi. Entah mengapa , wajah Dedik yang sempurna itu malah membuat nafsu makanku hilang. Kleng!.
Arghhh... Aku ingin pulang dan dan ketemu mas Ilham.

aku kembali ke konter setelah menyelesaikan acara istirahatku. Rasa nya makanku mencekik leherku sendiri saking aku tak menikmatinya. Aku lihat ke arah Dedik yang sedang melayani customer. Lihat senyuman nya yang menawan itu. Kenapa dia begitu senyum manis pada setiap customer yang datang. Sangat bertolak belakang pada saat dia berbicara dengan teman teman nya. Lihatlah lagi wajah nya. Andai saja dia berambut pirang dan berkulit pucat , pasti dia sudah ku anggap Zayn Malik. Sayang sekali , sikap nya itu menutupi ke indahan lembaran kulit di wajah nya itu. Shit you.

Bad mood lagi seperti yang sudah sudah. Sudah seminggu kerja, hanya 3 hari kerja yang tak badmood. Dan itu semua karena satu orang bedebah, Dedik.

Antri untuk absen pulang adalah ritual paling tak aku suka. Lelah dan rasanya aku tak cukup sabar. Ingin rasanya terbang dan langsung sampai kost. Antri seperti orang beli tiket kereta, giliran ku tiba untuk absen munculah Dedik menyerobot antrian ku dan mendahuluiku. Ya ampun, dia lagi dia lagi. Ya Allah , kenapa ada orang seperti ini de depanku.

Dia menatapku sepintas, aku pasang tampang super BT ku. Ku pasang tampang yang lusuh dan menyedihkan. Biarlah , biar dia sadar kalau perbuatan nya itu tak aku sukai. Hah, itu hanya sia sia. Dia pergi tanpa ada expresi dia membuat kesalahan.

Rasa lelahku tak tertahankan. Ku hempaskan badanku ke kasur dan menarik nafas dalam dalam. Bete , hanya kata itu untuk hari ini. Segera ku ambil air wudlu dan sholat isya'. Sholat itu memang meredam hal hal negatif di diriku.

Aku ingat mas Ilham. Aku ingin ngajak dia ngopi bareng seperti kemarin. Lebih baik aku sms dia.
'' mas , ngopi yok '' message sent.
no replay :( .
Aku terlalu stuck untuk tidur lebih awal. Aku putuskan ngopi sendiri di lesehan tempat biasa. Ngopi , bukan... Lebih tepatnya nge Teh. Kalo mas Ilham baru ngopi. Ku minum se pelan mungkin teh hangatku sambil menikmati keadaan kota yang hendak terlelap.
'' Nunggu seseorang? '' , Mas Ilham muncul tiba tiba di depanku. Dia mengenakan sarung dan baju koko hitam. Manis sekali. dia seperti nya habis sholat. Hatiku senang, rasanya hatiku ingin melompat dari dadaku. Andai wajar , aku pasti udah merangkul nya erat seperti tak bertemu bertahun tahun.
'' eh , pak Haji Ilham. Alim banget'' godaku.
'' hehe, baru tahu?''

Badmood meter ku turun jadi nol karena mas Ilham. Entah kenapa di dekat nya aku tak pernah kuasa untuk tak menceritakan masalahku. Aku pun cerita tentang masalah Dedik di tempat kerja. Dia mendengar dengan seksama dan tiba tiba dia malah tertawa terbahak bahak.
'' hey , apa yang lucu mas? Aku serius erghh'' kataku jengkel.
dia terus tertawa dan dengan suara tertahan tahan. Ingin rasa nya mencekik nya. Dan akhirnya tertawa nya reda. Dia mulai tenang dan memberiku wejangan. Wejangan yang aku tunggu setelah tertawa nya yang sadis itu.
'' Menurutku Dedik itu iri padamu. Dia iri kenapa kau yang pendiam tapi masih bisa di ramahi oleh teman temanmu. Dia pernah mencoba sepertimu dan mungkin dia tidak berhasil '' jelas mas Ilham dengan singkat dan jelas.
'' memang aku pendiam mas?'' tanyaku.
'' iya , tak begitu sulit menebak watakmu Rif. Kau itu pendiam namun masih bisa memberi senyuman''
'' ah masa sih mas , rasanya aku tak seperti itu ''
'' ya itu penilaianku saja , silahkan adu dengan Dedik. Perang sikap dingin. Itu akan lucu pastinya''
'' maksudnya aku harus sama sama dingin dan cuek terhadap nya?''
'' ya , kalau itu menurutmu benar. Lakukan saja. Ide yang keluar dari otakmu sendiri itu kadang lebih berguna dari pada yang keluar dari mulutku ini''
''ehm.... Entahlah mas, aku tak mau pikir pusing akan hal itu'' .
Ya aku tak ambil pusing. Jika di tempat kerja ku ada lah penyakit. Yang terpenting ada obat nya di sini. Orang di sampingku ini.

Mas Ilham membeli 2 jagung bakar yang kita habiskan tanpa ampun. Tertawa lepas , bercanda dan menikmati indah nya malam.
Mas ilham berhenti menggerogoti jagung di tangan nya beberapa saat sambil mimik wajah mengkerut.
Aku pun kaget dan mengerutkan dahi.
'' ada apa mas? Kok jadi bengong?'' tanyaku heran.
'' eh Rif, Kakashi apa sih?''
''.................'' plak. Aku menepuk dahiku sendiri.

Kembali aku pulang dengan perasaan bahagia. Seperti pulang dari pengajian dan mendapat siraman rohani. Walau Ustadnya aga dodol seperti mas Ilham. Paling aku suka saat berpamitan dia selalu mengacak acak rambutku. Aku merasa dia kakak ku yang datang dari langit. Aku rela jika rambut ini di acak acak dengan semen sekali pun.


Kerja lagi. Bertemu lagi dengan Dedik di tempat parkir. Bertemu pandang pula dan aku segera menarik wajahku menjauh dari pandangan nya. Aku tinggalkan seonggok raga tanpa hati itu tanpa ingin aku lihat ke belakang lagi.

Aku hendak memasuk kan tas ku ke loker umum yang kebetulan sedang kosong. Lalu Dedik datang lagi dan mendahului nya. Setelah itu dia pergi seperti biasa. Ughhh, sabar rifqy sabarkan hatimu. Di konter kembali bertemu pandang lagi dan aku enneg sekali.
'' Pinjem sapu nya '' kata Dedik yang tiba tiba ada di depanku. Oh, sejak kapan dia bisa bicara.
'' aku belum selesai Ded'' jawabku pelan.
Dan... Dia ambil begitu saja sapu di tanganku tanpa berkata apa apa lagi. Dan setelah dia selesai menyapunya dia mengembalikan tanpa ada ucapan terimakasih.

Kadang aku heran sendiri. Kenapa sikap nya seperti itu padaku. Dan kenapa hanya padaku. ke yang lain memang cuek , tapi tak pernah membuat masalah seperti yang di lakukan padaku. Sudahlah, abaikan.

Makan di tangga darurat terpaksa aku lakukan. Aku tak mau dan tak akan lagi menepati celah tempat duduk kosong di sebelah Dedik. Panas, tapi melihat es jeruk di gelasku aku jadi semangat untuk makan di manapun. Makananku telah habis setengah nya.
Tumpah.......'' eh sory ya'' , terburu2 ke bawah dan tak sengaja menendang Gelas berisi es jeruk punya ku. Dan ahal paling aku kutuk adalah mendapati orang itu adalah Dedik.

Aku pun tak kembali selera makan. Aku taruh piring yang masih ada makanan nya di depanku dengan sedikit membanting nya. Aku mengacak acak rambutku merasa putus asa. Expresi wajahku kesal seperti hendak menangis. Aku benar benar lelah. Aku ingin keluar dari tempat ini. Aku ingin pulang , aku ingin mas Ilham di sini menghajar Dedik.

Benar saja , tiba tiba hujan rintik rintik. Jatuhnya di pelupuk mataku. Di lorong ini aku sendiri putus asa. Sampai sampi aku meneteskan air mata karena hal yang sepele ini. Ku benturkan kepala belakang ku ke tembok. Tiba tiba Dedik datang setengah berlari dari bawah. Mendapati aku yg stress dan sedikit melihat aku menangis. Dia memelankan langkahku. Aku pun salah tingkah dan berusaha mengusap air mataku dan pura pura sibuk dengan ponselku. Sebelum dia makin dekat denganku aku beranjak pergi meninggalkannya.

Muka ku kuyu tak bersemangat. KU habiskan waktu di konter hanya dengan melamun. Aku tahu saat ini Dedik sedang mengamatiku. Entah apa yang di pikiran nya. Semoga dia sadar dan minta maaf. Ah, tidak... Tak perlu minta maaf. Cukup jauhi aku saja aku sudah sangat berterimakasih

Kasur yang tak terlalu bersih tergeletak di lantai dengan alas karpet biru. Dinding dari batu bata yang belum di tutup oleh semen.
'' Sabar ya Rif , mungkin setelah dia melihat mu kalu seperti itu dia akan sedikit sadar'' kata mas Ilham menenangkanku.
'' iya sih Mas , tapi aku ga betah mas. Aku ingin pindah kerja rasanya''
'' jangan gitu , itu kan masalah kecil Rif . Kan udah aku bilang. Kita laki laki. Lihat saja Kakashi ini. Dia ninja kuat dari konoha. Dia begitu sabar dalam menghadapi masalah dengan rekan nya'' tidak, sejak kapan dia berkata seperti itu di hadapanku. Kakashi. Erhhh, aku memang terpaksa menceritakan nya . Malah Mas Ilham besar kepala saja.
Aku hanya bisa tersenyum mendapati jawaban nya seperti itu. Mas Ilham selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.

Ku buka mata ku pelan dan menangkap cahaya lampu kamar mas Ilham yang redup. Ah, aku tertidur di kamar mas Ilham. Dadaku bergetar hebat mendapati kepalaku tidur di lengan kekar mas Ilham yang tanpa baju. Kulit nya terasa menyentuh tengkuk leherku. Aku bangkit dan melihat jam di ponsel ku menunjukan pukul 12 malam.

Aku bangun dengan pelan supaya mas Ilham tak terbangun. aku pandangi wajah nya yang tertidur lelap dengan alunan dengkuran halus nya yang begitu merdu. Aku tersenyumm menatapnya. Aku jadi ingat pertama kali melihat dia ter tidur di Bus dulu. Pikiranku pun kembali ke masa itu saat bertemu dengan dia di Bus. Siapa sangka aku saat ini begitu dekat dan akrab seperti ini. Si preman itu. Aku nyalakan kipas angin dan mengarahkan ke badan dia yang mengkilap penuh dengan keringat. Aku benar benar iri akan badan mas Ilham yang atletis. Aku ingin jadi kuli saja rasanya.

Istirahat kerja seperti biasa aku ngantri makanan. Aku tak pernah lagi memakan makananku di bangku. Walaupun ada tempat kosong dan walaupun tak ada Dedik. Rasanya aku trauma saja. Lebih baik aku makan di bangku tangga, sendiri tanpa ada yang mengganggu.

Aku tercekat dan menghentikan langkahku. Minuman di tanganku nyari tumpah. Aku mendapati dedik sedang asyik makan di bangku Tangga. Aku yang berada di belakangnya berusaha tak membuat suara dan mundur pelan pelan. Damn, dia melihat ke arahku . Aku seperti maling yang ketangkep.
'' Ngapain jalan mudur gitu? '' tanya Dedik. Aku tak menjawab nya dan berlalu dari hadapannya.
'' Rifqy , kamu duduk sini'' perintah Dedik.
Seperti kerbau di cocok hidung nya aku menurut perintah dia. Aku terlalu malu ketika dia tahu aku jalan mundur.
Aku menghampiri nya berusaha ber expresi muka datar.
'' Aku minta maaf '' kata Dedik.
'' iya '' jawabku singkat sambil meneruskan makan ku.
'' ini minuman nya'' dia menyerahkan segelas es jeruk.
'' kan aku udah ada'' jawabku sambil mengangkat gelas di sebelahku.
'' bukan nya kamu biasanya minum dua gelas?'' kata nya. Ah, kenapa dia bisa tahu. Memang biasa nya aku pas makan bawa satu minuman. Tapi habis makan pasti aku beli minuman lagi.
'' makasih '' jawabku.
'' Kamu banyuwangi mana?'' tanya Dedik
'' di Kebalenan '' jawabku bohong.
'' kebalenan berapa''
'' satu ''
'' masa? Kok aku nggak pernah lihat kamu?''
''......'' shit, apa dia tempat tinggal nya di situ. Memalukan sekali aku kethuan berbohong.
'' kamu bohong ya?''
'' hehe'' aku nyengir terpaksa dan muka merah.
Selanjut nya kita terdiam dan memakan makanan kita masing.
'' eh , Rif'' kata Dedik tiba tiba.
'' Kebalenan itu mana sih?''
'' ............'' aku dorong jidat nya. Dia hanya tertawa memperlihatkan senyum nya yang seperti Zayn Malik itu. Aku benar benar di tipu mentah mentah.

Apa aku mimpi? . Aku melihat dia tersenyum padaku. Nggak salah. Begitu dekat dan janggal rasa nya.

'' oke, makan ku sudah selesai , aku masuk duluan ya Rif , aku mau nyelesain laporan dlu '' , dia beranjak dan mengacak rambutku seperti yang di lakukan mas Ilham ke aku. Aku hanya mematung dgn mulut terbuka seolah olah tak percaya. Mataku mengkuti langkah nya yang menghilang di balik pintu. Plak! , aku menampar pipiku sendiri. sakit. Ini bukan Mimpi pastinya.

Aku pulang dengan perasaan berkecamuk namun sedikit lega. Aku langsung menuju ke kost mas Ilham. Aku ceritakan semua kejadian tadi dan juga sifat Dedik yang berubah.
'' mending kamu jauhin dia deh Rif'' kata mas Ilham.
'' kenapa mas?''
'' ya aku rasa dia tak begitu baik''
'' ah , mas ini ada ada saja. Dulu kamu bilang nya kita tak boleh bersikap sombong ke siapa pun.'' bantahku.
'' iya , tapi aku kurang suka ma sikap si Dedik itu''
'' ehm....'' . Entah kenapa dia berbicara sedkit ngotot. Seperti bukan mas Ilham saja.
'' Oya , aku punya sesuatu buat Rifqy ''
'' apa mas?''
'' nih'' sambil mas Ilham menyerahkan T-shirt hitam bertuliskan. '' You say i'm nasty but i don't give a damn''
.
'' wah, mas... Ini beli di Mana?'' tanyaku sambil membalik balikan baju itu.
'' di pasar kreneng , tadi pas nganterin boss ku aku lihat kaos itu cocok buat kamu''
'' apik iki mas, regane piro tho?''
'' 25 ribu ''
'' wow sekali mas harga nya. Mahal banget''
'' mahal gundul mu! , nyindir ga usah terang terangan gitu''
'' xixxixixi, makasih ya mas. Aku suka sekali, warna item cocok buat aku''
Ku lihat ada rona puas di mata mas Ilham melihat tingkahku yang senang. Aku bahagia sekali. Di hidupku selama ini jarang sekali ada yang memberiku sesuatu. Boleh di bilang hanya dua orang. Aulia dan mas Ilham ini.
'' Rif, kamu besok masuk apa?''
'' siang mas jam 2 , kenapa''
'' aku tidur di kost mu ya?, bosan di kamar ga ada teman ngobrol''
'' boleh mas, ayok dah''

Mas ilham tdur di kost ku malam ini. Wahahaha.... Kapan bisa tidur nya kalau ada dia bisa nya hanya bergurau saja.
'' Rif, coba pake T shirt tadi'' kata mas Ilham.
Aku pun melepas pakaian ku dan mengenakan T shir nya. Aku begitu menyukai nya. Cocok sekali buat ku dan aku melepas nya lagi tak ingin merusak nya untuk tidur.
Ketika aku hendak mengenakan kaos ku mas ilham malah menahan nya.
'' nggak usah pakai baju , kamu nggak gerah? Nggak ada kipas''
Aku nurut apa yang dia katakan. Dia pun melakukan hal yang sama. Melepas kemeja kotak kotak nya dan mempertontonkan dada bidang nya yang berkeringat.
'' Kenapa kamu itu kok kurus sih rif?''
'' tahu deh yang badan nya gede''
'' hehe, kamu jarang olah raga ya?''
'' enggak juga mas, aku sering kok. Ya pas di bali ini aja belum nemuin waktu yang pas''
''ehm...... Berarti kamu sering coli ya?''
'' ehh?'' mataku terbelalak heran.
'' enggak, aku ga sering coli, cuma sesekali saja lah mas''
'' nah lo, ketahuan, tiap malem ya. Ni buktinya sprei kok banyak noda?''
'' dasar'' aku mendaratkan bantal ke muka nya. Di malah menangkis nya dan berbalik menyerangkau. Malah jadi nya kita bergulat salah menutup wajah dengan bantal. Aku berusaha memnyembunyikan bantal ku yang ku peluk erat supaya tak bisa di ambil mas Ilham. Dia berusaha merebut nya dengan kasar dari belakang. Namun dia terdiam. Dia memeluk ku dari belakang. Kulit di dada bidang nya menyentuh kulit punggung ku.
'' Rifky'' bisik mas Ilham begitu pelan di telingaku.
''iya mas'e''
'' ayo tidur''
'' baik lah mas''
Kita tertidur tak merbuah posisi. Pelukan nya di tubuh ku makin erat. Ini lah pertama kali nya aku merasa nyaman. Pertama kali nya di dekap seseorang di hidup ku. Damaiiii sekali. Aku tarik tangan mas Ilham berharap dia makin erat memeluk ku.

chapter 4
go to chapter 4

Pohon Cemara 2

ke                      Mendengar kabar kalau aku di terima kerja Danu tampak senang. Walaupun dia tampak kusut karena menunggu ku di tempat parkir cukup lama.
'' lama banget sih rif , kulitku sampe eksotis nih '' gerutu Danu.
'' Nigga '' Jawabku singkat sambil menjulurkan lidah dan membuat Danu diam seribu bahasa. Kenapa dengan kata ''NIGGA'' ? Nanti saja aku ceritakan.

Cuaca bali yang panas memang seperti membakar kulit. Terlebih kita jalan kaki ke Centro. Walaupun tak jauh dari kost tetap saja panas ini tak tertahankan.
'' Dan , Aku beli minum bentar ya di Minimart'' kataku sambil nunjuk minimart di sebrang jalan.
''Oke, aku juga beliin ya'' balas Danu.

Dengan rasa tak sabar aku sambar 2 botol minuman isotonik untuk segera ke kasir. Ngantri nya nggak tahan. Tidak ngantri, hanya satu orang di depanku. Tapi kenapa begitu lama?. Dia pun hanya membeli sebungkus rokok. Orang ini lama sekali. mana aroma keringat nya kurang menyenangkan. Pakaian lusuh dengan penuh noda noda semen di seluruh baju dan celananya. Dan masker putih yang sudah tak terlihat putih menutupi wajah nya. Heran sekali. Di sini Kuli bangunan pun beli nya di Minimart. Mewah sekali ya, pikirku. Haha, norak nya diriku. Masa seperti itu ganjil sih, kan sudah biasa.
'' Rifqy????!!'' sapa orang itu.
Aku menaikan alis heran. Dia tahu namaku?!!.
'' Aku Ilham '' lanjut dia sambil membuka masker yang di kenakan nya.
'' Mas Ilham??!!, Kok di sini mas?'' tanyaku kaget sambil bersalaman.
'' Iya , aku kerja di sini. Itu di depan'' ucap Ilham sambil menunjuk ke pembangunan Hotel di depan yang masih dalam tahap pembangunan.
'' oh, di situ proyek nya mas. Wah , aku kost deket sini mas , aku juga kerja di Centro situ'' jelasku.
'' wah sip donk, eh ngomong2 minta tolong donk''
'' apa mas?''
'' Dompetku ketinggalan nih. ni di suruh beli rokok ma si boss''
'' oh, oke sip'' jelasku sambil membayar minuman dan rokok mas Ilham.

Ku minum minumanku tanpa ampun sambil berjalan menuju kost. Danu pun hanya sekali teguk menghabiskan setengah botol minuman nya.
'' Rif , kamu Ninja dari konoha ya?''
'' ???????? '' aku heran dengan pertanyaan Danu.
'' Kok kamu punya temen Kakashi?''
''kakashi?''
'' Iya kakashi, temenmu pas keluar dari Minimart tadi loh. Pake masker dan rambut nya putih, hahaha''
'' dasar! '' aku menjitak kepala Danu.
'' Dia itu anak banyuwangi loh, kemarin pas di Bus ketemu, eh tenyata di kerja di bangunan situ. Rambutnya bukan putih. Itu tadi kepala nya mungkin banyak kapur nya, kau ini payah'' jelasku ke Danu.
'' wah, ketemu di sini lagi Rif, Romantis nya. Kaya di film film aja. Jodoh mungkin, haha'' kata Danu sambil nyengir menggodaku.
'' Iya , kita memang jodoh untuk berteman Dan'' jawabku datar.
'' Duh Rif, kalo di becandain itu bales dengan becandaan juga donk. Nggak asik puol kamu ni mah''
'' ooo, gitu ya'' jawabku sambil menaikkan alis dan meneguk minumanku.
Dan Danu pun tak tertarik mengajak ku bercanda kembali.

Jam 13.30 siang aku sudah rapi dengan kemeja hitam dan sepatuku yang hitam mengkilap. Ini hari pertamaku merasakan yang nama nya kerja. Di kamar sebelah , kamar Danu, aku dengar dia sedang telponan sambil marahan dengan cewek nya. Aku hanya senyum senyum mendengar ucapan danu '' Ayo to yank jok marah , ngono ae marah a''
Haha itu lah sepenggal kata dari percakapan nya.

Deg deg an juga saat jalan pertama kali nya menuju tempat kerja. Pasti banyak orang baru yang nggak aku kenal. Aku nanti harus bagaimana ya? , ngobrol dengan siapa?. Semua pikiranku berkecamuk dengan pertanyaanku itu.
'' Woey! Rifqy!!'' .
Aku menoleh ke arah suara yang memangilku. Ternyata itu Mas Ilham yang sedang istirahat duduk di lantai dua bangunan yg belum jadi.
'' Woey, Mas Ilham, lagi istirahat ni!?'' Teriakku sambil melambaikan tangan.
'' Ganteng banget kamu Rif, mau kemana tu rapi amat''
'' Mau ke proyek bangunan mas''
'' hah? Proyek bangunan?''
'' haha, ya enggak lah. Aku mau kerja di Centro situ mas. Masa cakep gini percaya aku mau jadi kuli bangunan'' aku jawab sambil senyum2 bercanda.
'' Eh , jangan salah kamu. Kuli bangunan juga ada yang ganteng'' Jawab Mas Ilham sambil menunjuk2kan jempol nya ke dada nya pamer diri.
'' haiissshhh, dasar Kakashi'' aku jawab sambil terus berjalan meninggalkan nya.
'' kakashi apa Rif, woey'' teriak Mas Ilham yang makin jauh ku tinggalkan.
Lucu juga mas Ilham. Memang iya sih, Kok ada Kuli bangunan se tampan dia. Jadi artis pun dia sangat sangat pantas. Hanya kulitnya yang kecoklatan membuat dia sedikit terlihat tak ter urus. Tapi senyuman nya bagai malaikat. Seolah olah ketika dia biacara dan tersenyum itu seperti ada kupu kupu indah dari bibir nya. Haiiishhhh bang Ilham kakashi.

***********************

Hari pertama kerja yang melelahkan. Capek juga ternyata berdiri 7 jam. Tapi seru juga karena ternyata temen temen di sini penuh canda. Dan aku bersyukur konterku hari ini menjual 15 pieces jeans. aku pikir itu sedikit, tapi kata teman teman itu sudah bagus. Dia saja hari ini menjual 8 pieces. Aku jadi senang mendengar nya. Padahal satu piece celana jeans Levi's itu harga nya 699 ribu. Aku sendiri menggeleng gelengkan kepala. Ni celana jeans Mahal amat..

Saat nya me review teman teman kerja. Ya karena karyawan SOGO itu ratusan orang, Maka yang ku review hanya teman teman yang dekat konterku saja.
Sebalah kiri konterku pas ada konter Baju POLO. SPG nya cewek namanya Eci. Ini gadis tingkah nya binal banget. Tapi dia itu bercanda. Hanya saja dia suka bercanda yang erotis. Beberapa teman teman cowok banyak suka menggodai nya dan bercanda sampai terbahak bahak. Dia pun kalo menggodaku binal sekali. Seperti ini.
'' Eh rifqy , Kamu udah punya cewek belum.? Oya , aku jual obat obatan kuat loch. Mau beli nggak?, di jamin cewek mu akan kewalahan nerima pelayananmu setelah kamu minum obat itu. Tokcer pokok nya''
Jdieng, Bitch please!. Dia berbicara seperti itu dengan suara lantang. Tapi teman teman di samping hanya tersenyum dan sudah biasa.
'' Hati hati Rif, tar kamu di lahap ma Eci'' kata temenku Eka.
'' eh Eka, kok tahu sih aku suka melahab , apalagi sosis'' balas Eci ke eka yang kemudian di sambut ketawa Eka yang khas.

Teman teman yang lain ada Fandi , Herman , Nyoman , Yasa dan lain lain. Mereka adalah temen temen tetangga konterku. Baru 2 hari saja teman teman disini sudah banyak yang mengenal aku. Di sini itu adalah contoh sebuah keragaman dan kerukunan. Di sini itu ada Orang Bali , Jawa , madura , sumba dan kupang. Ada agama Hindu , islam dan protestan. Semua perbedaan itu di satukan oleh satu hal, Senasib.
Ya kira kira seperti itulah. Senasib memang. Kita semua pastinya bukan orang orang mampu dan kaya. Kalau kaya kenapa harus kerja di sini. Biarpun kadang penampilan teman teman ku itu tampan, cantik dan penampilan ala orang kaya. Tapi tetap mereka semua se nasib. Dan itu membahagiakan.

7 meter di depan konterku adalah konter nya Adidas. Yang boleh di bilang itu brand unggulan di Sogo karena harga nya sedikit di atas Levi's. boleh di bilang sejajar lah. Dan SPG nya menyebalkan. Nama nya Dedik , aku bahkan tahu namanya dari name tag di saku nya. Dia tak pernah mau ramah seperti yang lain. Ketika dia bertemu pandang dengan ku tak sedikit senyum tampak di bibir nya. Dia super cuek dan dingin. Dan itu tak cuma ke aku saja. Itu ke semua teman di sini. Baiklah, dia memang tampan. Mungkin paling tampan di antara semua karyawan laki laki di sini. Aku benci sekali mengakui nya. Rambutnya yang rapi dan kulit nya yang bersih . Dan dia begitu pandai menyempurnakan penampilan nya dengan gaya rambutnya yang keren. Keren seperti apa? Intinya keren lah. Malas sekali aku mendeskripsikan nya lebih jauh. Buang buang otak.

Jam 20.38. Siap siap untuk tutup toko dan kita semua menyapu konter kita masing masing. Aku lihat Dedik menyapu dengan cepat dan sigap. Kalau masalah pekerjaan dia memang sempurna. Penjualannya pun selalu bagus. Banyak para supervisor yang menyukai hasil kerja nya. Dia menyapu debu debu itu ke arah konterku tanpa peduli kalau itu mengotori konterku. Aku tahu dia menyadari , atau mungkin dia sengaja. Aku berhenti sejenak , memandangi dia yang se enak jidat mengotori konterku. Dia malah cuek dan kembali ke konter nya. Aku menarik nafas dalam dalam dan menyapu kembali konterku.
'' Sabar rifky, namanya juga dia senior'' ucapku dalam hati.

Akhirnya lampu toko pun di matikan, kita semua sudah berkumpul di ruang absensi. Gawat, kertas absenku tertinggal di konter. Aku pun menuju ke konter tergesa gesa dan takut setengah mati. Takut takut pintu sudah di tutup. Sialnya lampu benar benar sudah di matikan total. Aku tak bisa melihat apapun. Gerayangan, begitulah aku menuju konterku. Tiba tiba Dedik berdiri di belakan sambil menyalakan senter dari jam tangan nya. Dia tak berkata apa apa dan aku pun tak ingin berkata apa apa dan segera sigap mengambil abesnsiku sebelum cahaya itu benar benar di matikan.
Aku hendak berterimakasih dengan nya namun dia sudah melangkah membelakangiku seolah olah dia amnesia akan apa yg dia lakukan 1 menit lalu. Sudahlah, aku tak mau ambil pusing.

- Pulang kerja-

Aku jalan sempoyongan kecapaian menuju kost. Aku berhenti sejenak di depan gedung proyek mas Ilham. Sudah sepi. Pasti mas Ilham sudah tidur. Padahal aku ingin mendengar sedkit suara nya untuk menghilangkan badmood ku hari ini yang mengganjal di hati.

'' Rif, kakashi itu apa?''
Itu sms dari Ilham. Sebaiknya aku panggil dia Ilham saja. Dia hanya lebih tua 2 tahun. Sms itu membuatku senyum geli sendiri. Bagaimana mungkin dia mengingat perkataan kakashi yang konyol itu. Ya, dia sempat meminta nomorku saat pas di Minimart kemarin.
aku pun membalas sms nya.
'' kakashi itu apa ya, panjang mas, males ngetik nih''
Balasku singkat.

Dia balas lagi.

'' Ya udah, ketemu aja. Aku mau makan ni, kamu sudah makan belum?''

Ku balas

'' Belum mas, traktir aku ya mas, hehehe :D ''

'' Siiip, keluar aja. Di dkat Minimart''

Tanpa ganti seragam kerja ku, aku menuju ke warung dekat minimart. Ilham sudah menunggu dan duduk di lesehan. Goshhhhhh, dia berbeda sekali. Dia dalam keadaan bersih. Dia mengenakan celana selutut model army. Mengenakan singlet merah dan wajahnya terlihat segar. Aku tak mempercayai mataku. Apa itu Ilham? .
'' wuih, cakep banget kamu mas, tumben ga belepotan semen'' gurauku ke dia.
'' kan dah ku bilang, aku ni kuli paling tampan''
'' xixixixixi , iya bener itu mas'' aku jawab sambil cengengesan.
'' Jadi benar aku tampan?''
'' Iya''
'' iya apa rif?''
''iya itu tadi''
'' tadi apa sih?''
'' kamu tampan! Puas''
''ohhh... , eh apa? Aku nggak denger''
'' .................'' segera aku pesan makanan.

Mas ilham begitu baik. Dan dia begitu pintar. Tak ku sangka seorang kuli bangunan seperti dia tahu banyak hal. Tutur katanya pun tak pernah kasar seperti para kuli kuli di kampungku yang mulutnya seperti setan tak karuan. Kita ngobrol banyak hal dan semua dia tahu. Sperti masalah misteri segitiga bermuda , misteri danau Lochness dan lain lain. Aku benar benar tak menduga dia tahu semua itu.

Umurnya memang muda, tapi entah kenapa dia begitu dewasa dan punya aura aura mengayomi. Gurat gurat otot dan sorot mata nya yang tajam seperti bayangan atas hidupnya yang keras. Aku sebelumnya tak pernah mengobrol seakrab ini dengan orang lain. Bahkan dengan Danu pun masih sering terlalu formal.
'' Kamu di Jawa punya cewek Rif?'' tanya Ilham.
'' belum punya''
'' kok bisa? Kan kamu manis''
'' manis? Tampan maksudnya kali ya ?'' becandaku ke dia.
'' iya gitu dah, sama aja ''
'' biar di kata banyak yang bilang aku manis lah , gini lah. Lha faktanya aku nggak laku laku. Gimana nih mas?''
'' mungkin kamu terlalu manis. Namamu juga terlalu manis. Rifqy , nama itu terlalu imut buat kamu''
'' jadi menurtmu mas Ilham nama itu ga cocok?'' tanyaku.
'' iya, ga cocok''
'' gimana sih, tadi muji sekarang menjatuhkan, payah!''
'' hehehehehehe''
Aku ambil tisu dan segera membungkamkan ke mulutnya supaya dia berhenti tertawa yang menyayat hati.
Dan berhasilah aku menyumpal kan tisur ke bibirnya. Respon nya yang telat untuk menutup mulutnya denga tangan nya malah membuat suasana aneh dan serasa runyam. Bagaimana tidak, maunya mau becandain dia. Malah terlihat aku hendak mengelap bibirnya denga tisu karena tangan nya menahan tanganku. Dan kejadian itu terbeku beberapa detik. Dengan tatapan nanar dan manis nya dia menikmati kejanggalan itu. Tersadar, kita pun malah salah tingkah.
'' Ya udah, kita pulang yuk, udah malem'' ajak Ilham.
'' Iya mas, ayok''. Padahal aku tak ingin cepat cepat pulang.

Kita pun berdiri dari tempat duduk dan beranjak.
'' eh Rif, ini buat kamu'' kata Ilham sambil memberikan sesuatu padaku.
'' eh? Chocolatos?'' tanya ku heran sambil menerima chocolatos itu.
'' iya , masa buah kelapa'' jawabnya.
'' bukan gitu mas, aku pikir ini kapur''
Dia malah gemes dan mengacak acak rambutku.

Kita pulang dengan hati yang senang. Segala badmood hari ini telah di hilangkan oleh Ilham. Si kakashi dari Banyuwangi. Sejak itu aku selalu terbayang terus oleh wajah nya yang menyejuk kan itu. Rasa nya ingin terus berbagi cerita dengan dia. Apa pun pertanyaan ku selalu dia jawab dengan jawaban yang aku suka.

chapter 3
go to chapter 3

Pohon Cemara 1

                  Namaku Rifky, aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Aku anak termuda di keluargaku. Umurku saat ini 19 tahun. Aku tinggal di sebuah desa kecil di Banyuwangi. Desa itu bernama Losari. Aku anak sederhana dari seorang pasangan petani miskin di Desa itu. Biarpun miskin, tapi kami hidup rukun dan menghadapi susah senang bersama. Sebagai anak paling kecil, aku begitu di manja oleh ke dua orang tuaku jika di banding kakak kakak ku. Aku memang tipe anak yang berbeda dari anak anak desa lain nya. Aku cenderung pendiam dan tak banyak bicara. TapiAku sedikit bersyukur ber otak lumayan encer. Yang cukup aku banggakan ketika waktu sekolah dari SD sampai SMA selalu menduduki peringkat 3 besar. Aku jarang keluar rumah. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah seperti membaca buku , bantu orang tua. Kadang sesekali ke sawah untuk membantu ayah dan ibu. secara sifat aku memang sedkit punya sikap yang berbeda. Aku itu cenderung pendiam. Tapi bukan berarti aku selalu bersikap dingin. Aku selalu senyum pada siapapun yang menyapaku. Hanya saja dalam sebuah obrolan , aku jarang sekali menunjukan kalau aku ingin lebih akrab. Aku hanya menjawab seperlu nya. Kadang itu mungkin yang membuatku sulit untuk beradaptasi dan banyak teman seperti yang lain. Tapi aku punya sahabat yang baik dan memahamiku lah.
Aku baru saja menyelesaikan sekolah SMA ku. Rencana punya rencana aku ingin kerja di luar kota. Kerja di mana pun yang penting aku tak harus jadi kuli bangunan seperti kebanyakan teman teman di desaku lain nya. Aku sih sebenarnya mau saja jadi kuli bangunan. Hanya saja fisik ku itu terlalu lemah , dan tak se kekar teman teman di kampungku. Lagi pula aku tak ingin banyak merepotkan orang tuaku. Aku ingin mandiri dan seandainya bisa aku akan membantu mereka walau tak seberapa. Awalnya orang tuaku tak mengijinkan aku tapi aku meyakinkan mereka kalau aku akan baik baik saja. Akhirnya mereka bisa melepasku dengan berat hati.

             Hari itu, aku sudah putuskan untuk kerja di Bali. Aku dapat informasi pekerjaan di Bali dari temanku , kakak kelas ku dulu di SMA. Tanpa basa basi aku pun membulatkan tekad untuk merantau ke pulau sebrang. Ah , sperti mau keluar negri saja. Banyuwangi dan Bali kan dekat. Aku akan sering sering pulang. karena aku mudah rindu pada apapun di desaku itu. Ayah , ibu dan kakak kakak ku. pasti juga akan ada yang rindu berat padaku. Aulia , bunga desa itu begitu menyukaiku. Memang tak benar benar dia menyatakan nya. Tapi dari sikap nya yang suka curi curi perhatian saat di hadapanku. Kita memang sering di jodoh jodohkan oleh ibu ibu di kampung. Mereka bilang kita serasi. Sama sama manis dan kalem. Ya, begitulah kata orang orang itu. Aku hanya tersipu mendengar kata kata mereka.

                 Sebelum hari keberangkatanku ke Bali. Benar saja Aulia datang kerumahku. Ini hal yang langka. Biasa nya dia malu malu walau hanya sekedar bertemu pandang. Dia selalu menyembunyikan pipi merahnya di balik jilbab nya. Aku pun tak siap dengan kedatangan nya. Karena jujur aku pun pemalu pada nya. Aku pun sebenar nya tak ada rasa spesial padanya. Tapi aku hanya bersikap ramah dan sopan. Walaupun seperti biasanya aku tak menunjukan bahwa aku tertarik untuk lebih akrab.

                   Padahal dulu waktu kita kecil kita selalu bermain bersama. Namun , dia kembali dari pondok pesantren di Jawa tengah dalam keadaan sudah dewasa. Dia mungkin tak mengira kalau aku di umur dewasa akan semenarik ini. Ya , itu hanya dugaanku. Karena aku pun demikian. Begitu mengagumi perbedaan yang begitu jauh. Sekarang dia jauh lebih cantik , manis ,putih dan ramah.
'' kamu kapan berangkat ke Bali Cak Rif?''
Tanya Lia padaku. Dia memanggilku dengan panggilan ''cak'' yang berarti kakak. Padahal kita seumuran. Mungkin itu bagian dari rasa sopan nya.
'' Besok Lia , Lia mau ikut?'' aku mencandainya. Dia hanya senyum senyum malu.
'' Hati hati ya cak , oya, ada sesuatu buat cak rif'' ucap lia sambil memberikan sebuah buku. Bukan, itu bukan buku. Itu Al Qur'an.
'' Lia?? Kenapa kamu ngasih aku Al-Quran?'' tanyaku.
'' menurut cak rif , apa fungsi alqur'an buat cak rif?'' dia balik bertanya dengan senyuman manis nya.
Aku pun tak berkata apa apa hanya menrima pemberian Aulia itu dengan hati yang bahagia. Begitu baik sekali gadis ini. Pujaan semua pemuda di kampung ini. Kadang aku begitu menyesali diriku kenapa aku tak bisa mencintai nya.

                Sabtu sore aku di antar mas Hafiz ke pelabuhan ketapang. Tas yang penuh dan sebuah kardus yang berisi macam macam turut serta dalam perjalanan ku. Ibu ku , membekali ku barang yang banyak. Yang menurutku rasanya tak perlu ku bawa. Tapi demi menenangkan hati nya aku pun nurut. Kaos hitam dan topi hitam terlihat begitu kontras dengan kulitku yang putih. Ya, topi ini juga pemberian Aulia.

                Aku pun mencium tangan mz Hafis dan berpamitan. Se Jujur nya ini pertama kali aku bepergian jauh sendirian. Biasa nya di temani keluarga atau kadang teman. Tapi kali ini aku sendirian. Perasaan berat , tertantang dan juga takut berkecamuk di pikiranku. Pikiranku terlalu menerawang jauh tentang bagaimana aku di sana? , Bgaimana kehidupanku di sana.

                 Setelah membeli tiket aku segara menuju ke kapal. Dengan penampilan khas pemudik lengkap dengan tentengan kardus, aku melangkah menginjakkan lantai kapal dengan rasa sedikit takut. lelash sekali , aku ambil duduk di atas. Di Deck atas yang bisa jelas melihat pemandangan laut selat bali dan juga belaian angin. Aku segera sms Danu temenku kalau aku sudah di kapal. Supaya dia bisa siap siap menjemputku. Danu teman yang mengajak ku kerja di Bali itu, kakak kelasku.

              '' Keep giving me hope for a better day . Keep giving me love to find a way. Through this heaviness I feel. I just need someone to say, everything's okay ''
              Alunan lagu ceria Lenka ''everything ok'' begitu menghanyutkanku sambil menikmati keindahan lautan yang tenang. Deru mesin kapal sama sekali tersamarkan oleh musik yang tersalurkan dari HP ke telingaku lewat kabel headset. Sesekali aku mengalun alu pelan sambil mengangguk anggukan kepala menikmati musik ini.
'' mas .... Mas ... Mas....''
Seseorang menepuk pelan pundak ku. Karena aku tak mendengar panggilan nya.
Aku pu n melepas headsetku dan berbalik badan.
''iya mas?'' tanyaku.
''punya korek nggak?'' Tanya pemuda itu.
''nggak punya mas, aku nggak ngerokok''
''oke makasih ya'' dia pun pergi mencari korek apai ke orang lain.

              Aku  kembali memasang headsetku untuk menikmati kembali musik yang terputus tadi. Kembali aku terbawa suasana lagu nya Lenka ''two''.
''mas'' oke, panggilan itu cukup sekali saja segera aku sadari.
'' iya mas?'' jawabku . Pemuda itu kembali lagi dan rokok nya sudah berapi dan panas. Apa pula mau ini orang? Tanyaku dalam hati.
'' Mau ke Bali ya mas?'' tanya nya.
''iya'' jawabku singkat. Adakah kapal ini menuju ke papua? Ya pasti ke Bali lah. Aku menggurutu dalam hati.
'' Kuliah?'' tanya nya lagi.
''enggak mz, kerja'' ini orang se norak itu kah. Mana ada orang kuliah bawa kardus kaya gini.
'' o, aku pikir kuliah mas. Kaya anak kuliahan sih'' jawab nya enteng nyaris sangat sedikit senyum dan sambil menikmati rokok nya.
                 Orang yang aneh. Topi coklat nya di pakai terlalu dalam sehingga sedkit menutup setengah wajah nya. Tas di punggung nya jauh lebih besar dan sesak dari punyaku.
'' kerja di Mana mas?'' tanya di kembali.
'' di Daerah Kuta mas'' aku jawab seperlunya saja dan melanjutkan kembali kesibukanku dengan HP ku.
Orang ini menyeramkan, pakaian nya kaya preman. Celana jeans nya di sayat pas di bagian lutut dengan gaya khas preman. Badan nya yang tinggi dan lengat berurat nya menambah kesan preman nya. Dali dalih karena aku takut aku berusa ramah dan menanyainya balik.
'' mau ke Bali juga mas? Bali mana?'' tanyaku.
'' Belum tahu bali mana, tergantung proyeknya ada nya dimana' jawabnya datar.
'' kerja di proyek? '' tanyaku.
''iya, aku cuma kuli bangunan kok''
''oooo''. Pantas saja penampilan nya seperti preman. Sekarang aku tahu, dia tak mungkin bermaksud berpakaian preman. Hanya saja dia tak peduli dengan penampilan nya itu.

                                                                ************                Kapal mulai merapat di pelabuhan Gilimanuk. Para penumpang mulai berhamburan dan sibuk mempersiapkan diri untuk keluar kapal. Mas preman tadi telah berlalu tanpa berkata kata lagi dan aku pun juga tak peduli. Aku cek semua barangku takut ada yang tertinggal. Pintu keluar yang berdesakan. Payah , diantara semua orang yang naik kapal hanya aku saja yang tak memakai kendaraan. Dan terpaksa dari pelabuhan ke terminal bus aku jalan kaki. Untung saja tak terlalu jauh. Hanya saja barang barang ini terlalu berat bagi tubuh ku yang sedkit kurus ini.

                   Bersyukur sekali akhirnya aku sampai di terminal dengan keringat deras dari kulit. Segera saja aku naik bus jurusan Ubung. Damn , bus nya penuh. Untung saja dengan sedikit usaha keras aku bisa naik tapi belum dapat tempat duduk. Benar benar sial , giliran ada yang kosong tapi posisi penumpang nya seenak nya saja. Karena aku kecapekan berdiri aku pu memberanikan diri untuk meminta ijin pada orang yang duduknya aga tiduran dan memakan tempat itu. dia sengaja acuh pada penumpang lain dengan menutup kan jaketnya ke muka nya dan melipat kedua tangan nya di dada.

                 Dia pun menggeser duduk nya tanpa berkata apa apa dan aku mensyukurinya.
'' Kamu lagi?'' kata orang yg tadi tiduran di sebelahku.
''???????'' aku mengernyitkan dahi tanda tidak paham. Dia bilang ''kamu lagi'' padahal ketemu saja baru kali ini.
'' aku yang tadi di kapal , masa ga kenal'' katanya.
aku pun makin mengernyitkan dahi. Mengamati orang ini. Oh benar saja, lihat celana yang robek robek ala preman itu. Tentu saja aku tak kenal, di kapal tadi dia mengenakan topi yang menutupi wajah nya sekali. Kali ini dia melepas topi nya. Mas kuli bangunan itu seperti power ranger yang tak sedang bertransformasi, payah. Kembali ku amati dia , rambut hitamnya yang kemerahan mungki karena sering di bawah matahari. Hanya saja , apa benar itu dia? Si preman itu?. Soalnya wajauh nya jauh lebih tampan dan terlihat sopan dan menyejuk kan. Bibir manis nya begitu jauh menutupi kejelekan akan kulit gelap nya. Ya, kulit gelapnya jauh terkalahkan oleh bibir manis nya.
Aku pun sedikit lega. Karena aku pikir dia berwajah beringas ala preman. Dan aku tak jadi takut pada nya.

'' lha mas ini , kok ketemu lagi sih mas?'' ucapku dengan expresi sok kaget, tapi memang kaget sih.
'' kenapa mas, nggak nyangka kalo aku ganteng ya?'' dia bercanda sambil senyum manis.
'' heh' pecundang'' , kataku...maksudku kataku dalam hati saja.
'' hehehe '' jawabku tertawa kecil dan malas.
'' Nama nya siapa mas?'' tanya nya padaku sambil mengulurkan tangan.
'' Fikri maz, kamu?'' jawabku sambil menjabat tangan nya.
'' Ilham'' jawab nya.
'' tinggal di mana mas?''
'' di Rogojampi''
.............
............ (percakapan panjang).......

                      Intermezzo ya ini pastinya. Hal hal perkenalan seperti ini pasti sering terjadi pada banyak orang. aku berkenalan dengan nya. Ternyata dia pandai melucu. Aku pun berhasil di buat nya tertawa gara gara cerita nya pas waktu SD nya dulu.
'' lho , mas fikri bisa tertawa juga tho?, aku pikir anti tertawa hahaha'' goda nya yang benar benar menusuk hati.
'' aku akan tertwa kalo cerita nya fokus di depanku'' aku jawab dengan aneh. Entahlah apa dia paham akan jawabnku. Bahkan aku sendiri kurang memahaminya.

Aku terbangun dari tidurku di pundak Ilham. Menyebalkan sekali kenapa harus tidur di pundak nya. Dia juga tampak tertidur bersandar di jendela bus. Segera aku beringsut menjauhinya namun malah membuat nya dia terbangun.
''ehhh.... Udah sampe mana?'' tanya Ilham sambil menggeliatkan badan nya.
'' ga tahu nih nyampe mana?'' jawabku.
Kurasa perjalan masih beberapa jam lagi. Satu , dua , tiga aku tertidur lagi.

                 Aku terbangun untuk ke dua kali karena goncangan bus. Aku terbangun dari pundak Ilham lagi dan aku merasakan kepala Ilham juga bersandar di kepalaku. Posisi ini seperti sepasang kekasih saja. Aku membuka mata namun masih tak berani bergerak. Nafas halus nya begitu dekat dengan pendengaranku. Bisa ku rasakan betapa lelap nya dia tertidur. Aku tak tega membangunkan nya. Maka aku biarkan dia tertidur bersandar di kepalaku. Walau kepalaku sedikit sakit tapi tak apa.

                                                        *******************

                      Sekitar pukul 6 pagi aku terbangun. Mendapati tempat kost ku yang berantakan karena aku belum sempat membereskan barang barang ku yang hanya sekedar ku taruh saja. Danu masih terlelap di sampingku. Ah , biasanya aku di Banyuwangi bangun kurang dari jam 5 pagi. Kenapa aku se siang ini ya sekarang?, mungkin karena aku kecapean. Aku ambil hape ku dan melihat jam. Ternyata jam di HP ku masih menunjukan jam 5 pagi. Beda dengan jam dinding di kost ini. Ya , aku baru sadar kalau sekarang aku di Bali WITA.

                    Mandi pagi ku selesai. Walau tak sesegar air di kampung tapi lumayan membuatku fresh setelah perjalanan kemarin. Ku dapati Danu sudah terbangun dan sibuk dengan ponsel nya.
'' Kamu udah buat surat lamaran belum rif?'' tanya Danu.
'' udah Dan , aku buat 5 malah''
'' kamu pengen kerja di mana Rif? , aku sih ada 3 pilihan buat kamu''.
''Di mana aja Dan?'' tanya ku kembali.
'' Pertama di hotel , aku dapet info lowongan dari temenku. Cuma di situ kamu harus siap untuk sift malem yang kemungkinan sampe pagi. Yang ke Dua di restoran , kalo di Restoran gaji aga sedikit lebih tapi harus tenaga lumayan extra. Datang pagi dan pulang kadang larut malam. Dan yang ke 3 di Sogo , semacam ramayana dan matahari gitu rif , cuma kalo sogo lumayan untuk kalangan menengah ke atas. Masalah waktu ini paling nyantai, cukup 7 jam kerja. Cuma gajinya UMR aja sih dan sedikit ada tambahan''. Danu menjelaskan dengan tanpa basi basi dan jelas. Aku pun mulai berpikir pikir. Ya sebagai pelajar yang hanya lulusan SMA memang tak bisa untuk cari pekerjaan yang lebih dari itu. Ku timbang timbang akhirnya aku putuskan untuk di SOGO saja.
'' Kamu yakin mau di SOGO?'' tanya Danu.
'' Iya dan, aku masih belum bisa kayaknya untuk yang berat berat , SOGO itu di mana sih?''
'' Sogo itu di mall discovery, yang semalem kita lewatin'' jelas Danu , aku mengingat nya dan itu tak terlalu jauh dari kost ku. Masih bisa di tempuh jalan kaki 10 menit.
'' oh , di situ. Ya udah aku gpp dah di situ. Kamu temenin aku nganterin surat lamaran nya ya Dan''.
'' iya aku anterin, ga usah khawatir, kalo kamu ga betah bisa pindah cari kerja lain. Kalo di Bali cari kerjaan itu tak se sulit di Jawa. Di sini malah sering perlu tenaga kerja'' terang Danu yang membuat aku begitu lega.

                 Besok pagi nya aku di antar Danu ke SOGO untuk naruh surat lamaran. Sesampai di pintu karyawan Danu menyuruhku masuk sendiri. Ah, aku benar benar takut. Ini pertama kali seperti ini. Aku terus mendesak Danu untuk mengantarku tapi dia tak mau. Dia bilang aku harus belajar berani. Lagi pula nanti kalau aku di wawancarai aku juga harus sendiri.

Aku masuk dan di sambut security kantor.
'' ada perlu apa mas?'' tanya si security.
'' mau naruh surat lamaran pekerjaan'' jelasku sambil menyerahkan amplop surat lamaran.
'' masuk aja mas, soalnya di sini langsung interview, ga perlu nunggu di telpon'' jelas pak security. Apa?, langsung interview? Baiklah , siap tak siap aku siap.

               Aku masuk menuju ruangan interview. Sial, ternyata tak hanya aku. Ada sekitar 8 orang yang hendak interview. Mereka sedang asyik bercakap cakap dengan bahasa Bali yang tak aku mengerti. Canda mereka terhenti sejenak karena kedatanganku. Mukaku benar benar me merah. Mereka semua mengamatiku dari ujung kaki sampe ujung kepala. KU lemparkan senyum pada mereka semua sambil bilang ''permisi'' dan segera ambil tempat duduk yang kosong. Mereka masih terdiam , beberapa ada yang berbisik bisik kecil ke teman nya. Aku mulai tidak nyaman, apa ada yang salah dengan penampilanku. Bisikan bisikan mereka rasanya sedang membicarakanku. Baiklah , abaikan.

               Pak wahyu masuk ke ruangan dan membuat kita semakin tegang. Nama pak Wahyu terlihat jelas pada Name tag di dada nya. Pertama, pak wahyu memperkenalkan diri. Dia masih tetlihat muda. Ternyata dia baru berumur 27. Ke dua , giliran kita di suruh memperkenalkan diri masing masing. Damn , kenapa acara seperti ini selalu ada.
Majulah kita semua satu persatu.
Satu Ngurah, selesai. Dua Arya , selesai. Tiga Eka budayasa , selesai. Empat Ni Luh vina , selesai. Lima Sayful , selesai..... Tunggu, nama sayful nama orang bali kah?. Enam , Desi , selesai. Tujuh Davio , selesai. Delapan
'' perkenalkan , nama saya Rifqy Aghady. Umurku 19 tahun. Saya asli Banyuwangi. '' selesai, dan aku tak pernah punya keinginan untuk memperpanjang kata kata.

           Sesi introducing yang ke kanak kanakan itu selesai. Pak Wahyu menjelaskan bahwa kita harus melakukan beberapa tes. Karena hari ini SOGO butuh 1 orang karyawan SOGO tetap atau di sebut pramuniaga dan butuh juga beberapa SPG beberapa brand yang kebetulan spg nya resign.

               Tes demi tes selesai. Tanpa basa basi aku lah denga hasil terbaik. Maka aku pun di panggil ke dalam untuk di beri arahan. Pak wahyu memberikan 2 pilihan. Jadi pramuniaga atau jadi SPG di brand favorit Levi's?. Aku sempat terdiam, namun aku memilih untuk jadi SPG saja. Pak wahyu pun setuju. Dan resmilah aku di terima di SOGO. Setelah di beri penjelasan sana sini aku pun pulang dengan perasaan senang. Akhirnya mulai besok aku kerja.
chapter 2
go to Chapter 2